Share

BAB 18. Perang di rumah ibu.

“Enak aja enggak bisa gitu dong, Li! Ini rumah bagianku sebagai anak tertua, kamu anak bungsu bagiannya tanah di gunung itu sekaligus mengurus Ibu!” Aku yang sedang menimba air di belakang rumah Ibu kaget mendengar teriakan Mbak Asih.

“Itu namanya enggak adil, Mbak. Selama ini aku sudah mengurus Ibu apa mata kamu buta? Dan tentang warisan ini tentunya bagi rata. Kalau Mbak enggak setuju bagi rata kita pakai pengadilan aja!” teriak Mbak Lili tidak mau kalah.

Aku mengelus dada mereka hanya dua bersaudara, tapi masih saja ribut soal warisan dari dulu pertama kali aku menginjakkan kaki di rumah ibu.

Hening tidak terdengar teriakan dari mereka berdua mungkin ibu sedang menasihati mereka.

Bak mandiku sudah penuh, aku berganti mencuci piring dan baju. Pagi tadi aku tidak sempat makanya siang beginilah saat Kia tidur aku baru bisa beres-beres rumah.

Prang!

Aku terlonjak kaget mendengar suara rantang dibanting dari rumah ibu disusul benda-benda lain yang saling bersahutan juga tangisan dari i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status