Home / Rumah Tangga / WANITA YANG KAU HINAKAN / BAB 2. Mertua yang baik.

Share

BAB 2. Mertua yang baik.

Author: Kencana Ungu
last update Last Updated: 2022-10-20 03:51:11

Kulihat paha Kia, benar saja ada bekas cubitan berwarna biru menghitam. Aku hanya beristighfar dalam hati, tega sekali Mbak Lili berperilaku seperti itu pada bayiku.

Bayiku tidak salah kalau dia benci padaku boleh melakukan apa pun yang dia suka pada diriku tapi tidak pada Kia.

“Tuh, kan, biru gini, Nak. Nanti jangan lupa dibaluri minyak telon yang dicampur bawa merah ya?” saran ibu Mas Eko.

“Iy—a, Bu,” jawabku singkat. Jujur minyak telon Kia sudah habis aku mau minta uang pada ibu pun pasti tidak dikasih.

“Ko, bengong? Ngantuk ya?” tanya beliau lagi.

“Iya, Bu,” jawabku sungkan.

“Ya, sudah kamu istirahat, kamu pasti sangat lelah, Ibu tahu kamu yang masak tadi untuk makan malam kami, tunggu sebentar ya?” Ibu Mas Eko pergi begitu saja tak lama kembali dengan membawa sekantong plastik berlogo Indoapril itu.

“I—ini apa, Bu?” Meski aku tahu isinya, tapi aku harus bertanya karena tidak mau terjadi salah paham antara aku dan Mbak Lili.

“Ibu sengaja beli ini untuk kamu sama Kia, kan kemarin waktu aqiqah Kia kami tidak bisa datang, diterima, ya?” jawab ibu sumringah.

“Tapi ... aku merepotkan, Ibu,” jawabku. Aku gelisah dan sesekali melihat ke arah pintu takut Mbak Lili tahu.

“Enggak repot, Ibu malah senang, kamu enggak usah takut. Ya, sudah, kamu istirahat ya, Nak, Ibu keluar dulu.” Seolah tahu kegelisahan hatiku yang sejak tadi terus saja melihat ke arah pintu. Mertua Mbak Lili mencium Kia yang terlelap sebelum ke luar kamar. 

Ucapan terima kasih rasanya tidak cukup, baru kali ini ada orang baik padaku selama aku tinggal di sini.

Aku tertegun menatap kantong plastik berukuran lumayan besar itu. Kutidurkan Kia ke kasur lalu mengunci pintu dan membuka isinya.

 Alhamdulillah aku sampai menitikkan air mata. Ada keperluan mandi Kia satu set lengkap, keperluan mandiku, bedak wardah, pensil alis, lipstik, dan aneka jajanan.

Sudah lama sekali aku tidak belanja seperti ini. Dari mana ibu mertua Mbak Lili tahu kalau pelengkapan pribadiku habis. Hanya doa yang bisa kuberikan untuk membalas kebaikan beliau.

 Kusimpan baik-baik di lemari bajuku. Kukunci dan kuncinya aku kaitkan dengan peniti di dalam baju dasterku. Bukan aku pelit, tapi aku takut ibu dan Mbak Lili tiba-tiba merebutnya dariku.

Seperti biasa sebelum ayam berkokok aku sudah bangun untuk menghidupkan tungku dan masak, sebenarnya lelah, tapi aku sangat terpaksa. Kalau tidak begini nanti ibu akan lebih murka padaku.

 Aku takut Kia yang jadi pelampiasan mereka.

Baru saja membuka pintu sudah terdengar suara orang mengiris sayuran. Apa ibu sudah bangun tumben sekali. Biasanya akan merepet kalau aku tidak ada di dapur saat dia tengah memasak.

“Loh, Bu, kenapa pagi sekali bangunnya. Sudah Bu, biar aku saja. Nanti Ibu capek.” Kuambil pisau dan sayur mayur yang sudah dipotong oleh mertuanya Mbak Lili.

“Eh, enggak apa-apa, Ibu malah senang bisa bantuin kamu di dapur. Yuk, kita masak bareng.”

“Tapi, Bu ... aku takut dimarah Mbak Lili. Sudah, Ibu masuk saja istirahat,” tolakku halus.

“Enggak akan ada yang marahi kamu, yuk, cepetan! Nanti keburu Kia bangun loh,” ucap beliau lagi.

Gegas aku mengambil kayu di luar rumah dan menghidupkan tungku.

"Ada kompor gasnya juga penuh, kenapa kamu pakai tungku begitu, Ta?” tanya beliau heran dan mengajakku beranjak dari tungku.

“Em, itu. Anu ... Bu?” jawabku terbata.

“Mertuamu marah? Atau Lili yang marah?” sahut ibu telak.

“Eng—gak, Bu. Bukan begitu, tapi ....”

“Sudah, kamu enggak usah takut gitu, biar Ibu nanti yang bilang ke mertuamu. Ayo, goreng ayam yang sudah Ibu ungkep tadi, biar Ibu yang lanjut motong-motong sayurannya.” Aku akhirnya menurut saja.

“Ibu perhatikan dulu, pas kamu lagi hamil besar dibawa ke sini sama suamimu juga masak di tungku, kasihan sekali kamu, Nduk,” ucap beliau lagi. Aku hanya diam saja, itu belum seberapa mereka tidak main kasar padaku sudah Alhamdulillah.

“Loh, Besan kok, sudah bangun? Kamu Ita, ngapain?!” Ibu mertuaku kaget melihat kami yang masak bersama sepagi ini. Matanya melotot ke arahku.

“Situ enggak lihat? Ya, masak lah,” jawab mertua Mbak Lili.

“Besan istirahat saja, biar Ita yang masak ini sudah tugas dia,” sahut ibu.

“Enggak apa-apa, aku ini terbiasa begini. Kalau di rumah setelah tahajud langsung ke dapur masak untuk sarapan, lagi pula memasak bukan hanya tugas Ita, dia punya bayi kasihan harus banyak istirahat,” sanggah mertua Mbak Lili.

“Loh, Besan kok, jadi belain Ita?” Suara mertuaku kini mulai meninggi.

“Ya, bukan membela, tapi yang aku ucapkan benar to? Kalau tugas masak itu ya, dikerjain sama-sama karena tugas seorang wanita dan istri. Apa Ita ini istrinya Eko, sampai sarapan yang siapkan dia sendirian, Lili ke mana?” Mertua Mbak Lili pun ikut meninggi suaranya.

“Ita, kerjaannya kan, di rumah. Santai saja, kalau Lili kan, harus ngantor, lagi pula Ita menantu di sini, jadi sudah menjadi tugas dia berbakti pada Ibu Mertuanya,” jawab ibu.

“Besan enggak bisa gitu dong, beda-bedain anak, kantor apa? Wong cuma tenaga sukarela saja di kantor Kelurahan, mendingan di rumah ngurus suami. Mau menantu ataupun anak sendiri itu tetap saja sama. Memang Besan mau kalau Lili tinggal di rumahku mendapat perlakuan sama seperti yang Ita alami?” tanya mertua Mbak Lili menohok.

“Ck, Besan ini apaan si, lagian besan mertua baik jadi ya, mana mungkin  memperlakukan Lili dengan semena-mena,” jawab ibu terkekeh.

“Itu Besan tahu, kalau begitu juga harus perlakuan menantu perempuanmu dengan baik, heran zaman modern begitu masih ada mertua kolot,” sindir mertua Mbak Lili lagi.

“Ya, sudah, dilanjutkan saja masaknya aku mau salat subuh,” elak ibu, kemudian beliau pergi lagi ke kamarnya. Pagi ini aku selamat, besok pasti ibu akan murka setelah besannya pulang.

Terdengar suara tangis Kia, buru-buru aku mengambil Kia lalu menggendongnya sambil memasak.

“Sini biar Kia sama Ibu, kalau enggak kamu sana ke depan ajak Kia duduk di teras biar kena udara pagi.” Aku menggeleng dengan cepat takut ibu memarahiku.

“Ya, sudah, kalau tidak mau lebih baik kamu sarapan dulu, kamu pasti lapar, bentar ya, ibu ambilkan.”

Aku tak mampu menolak lagi, akhirnya aku sarapan tepat waktu, aku memang sangat lapar. Biasanya aku akan memakan sisa mereka. Itu pun lauknya masih ibu simpan jadi lebih banyak aku makan nasi putih saja.

Setelah sarapan aku memandikan Kia, lalu kususui dan dia kembali tidur. Aku gegas membereskan rumah ini yang lumayan besar. Nyapu, ngepel, terakhir mencuci piring.

Mbak Lili yang tahu aku bersama mertuanya marah-marah tidak jelas. Segala apa yang ditemuinya dibanting

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 203. Ending.

    ~k~u 🌸🌸🌸“Mas, siapa perempuan ini?” Akhirnya kutanyakan langsung foto yang tadi siang dikirim oleh paman.Mas Danu mengerutkan keningnya matanya menatapku penuh selidik.“Ini nomor Paman Mas, lihat tuh, WA-nya dari atas,” jelasku. Mas Danu memang tidak paham jika pakai smartphone.“Ini dikirim tadi pagi kenapa enggak bilang langsung, Dik?”“Gimana mau bilang kan, Mas sibuk di toko.”“Siapa wanita berbaju orange itu, Mas?” cecarku.“Itu ... em, tapi kamu jangan marah, ya?” Mendengar jawaban Mas Danu justru aku semakin takut. Takut kalau apa yang aku pikirkan benar.“Jawablah, Mas jangan berkelit gitu.”“Namanya Maya, dia teman sekolah Mas waktu SD. Waktu itu tanpa sengaja bertemu di toko. Setelah pertemuan pertama dia sering datang dan banyak bercerita tentang rumah tangganya ....” Mas Danu menjeda ceritanya.Aku sudah berkeringat panas padahal suhu udara malam ini dingin karena tadi sore hujan sangat deras dan sekarang pun masih gerimis kecil.“Karena Mas kasihan makanya Mas seri

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 202. Mengusir benalu.

    “Enggak bersih berarti tidak ada acara masuk rumah.” Mamah Atik ikut menimpali.“Apa ini sudah cukup, Bu?” tanya Evi memperlihatkan irik yang berisi pucuk daun singkong.“Belum! Petik yang banyak, di rumah banyak orang jadi banyak juga yang makan kalau cuma segini habis sama kamu aja!” Mamah Atik pun tidak kalah sengit memarahi Evi.“Aku adukan kalian sama Mas Danu biar kapok!” Ancam Evi.“Adukan saja sana! Danu tidak akan pernah ambil pusing,” jawab Mamah Atik.“Paman, jangan main HP terus nanti HP-nya masuk parit kami lagi yang disalahin dan suruh ganti,” kataku agak kuat karena jarak kami lumayan jauh.“Eh, iya, Ya. Ini aku hanya kirim pesan pada Danu saja,” jawab paman.Benar saja setelah kucek ponsel Mas Danu yang ada di saku celanaku ternyata ada pesan masuk lagi dari paman.[Keputusanmu akan menentukan nasib rumah tanggamu, Dan. Cepat katakan iya atau tidak!]Lagi hanya kubaca saja. Aku tidak berminat sama sekali untuk membalas.“Sudah ada gledek, tuh! Buruan nanti keburu turun

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 201. Mungkinkah?

    🌸🌸🌸Hidup sejatinya adalah perjalanan. Sekarang tergantung kita mau pilih jalan yang mana. Di depan sana ada banyak sekali rintangannya. Berkelok-kelok, lurus mulus, licin berlumpur atau naik turun.Aku menghela nafas berat saat membaca pesan dari paman Mas Danu. Pesan itu langsung kuteruskan ke ponselku.Paman Mas Danu sebenarnya belum selesai berbicara dengan Mas Danu hanya saja tadi tiba-tiba Joko menelepon ada pelanggan tetap mau belanja bulanan dan jumlahnya sangat banyak. Makanya Mas Danu buru-buru pergi ke toko.Paman dan juga Evi kami persilakan untuk menunggu di rumah. Bagaimana pun juga mereka adalah tamu.‘... Barang siapa beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya .... HR. Bukhari dan Muslim.Aku memang bukan seorang yang mulus tanpa dosa, tapi aku akan selalu berusaha berbuat baik pada siapa pun meski dianggap bodoh.Bapakku selalu berpesan untuk selalu berbuat baik meski kita dimanfaatkan, meski kita tidak dianggap. Karena kebaikan itu aka

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 210. Wanita baju Orange.

    ~k~u🌸🌸🌸“Loh, siapa kamu!” tegur Mamah Atik saat melihat pria seumuran bapak main nyelonong duduk di teras rumah tanpa permisi.Kami sedang berjemur sekalian menyuapi Kia. Beberapa hari ini hujan terus udara di sini pun sangat dingin.Orang itu bukannya menyahut malah menyalakan rokok.“Paman, ini sarapannya. Nasi uduk aja, ya? Duitku nipis,” ucap Evi. Kami kaget ternyata itu pamannya Mas Danu.“Kamu itu kenapa juga beli beginian. Rumah Mamasmu ini besar gendongan tentunya di dalam banyak makanan. Makan nasi uduk begini Paman mules perutnya.”“Kalian ngapain lihat-lihat! Sekarang mana Mas Danu. Aku mau ketemu Mas Danu,” bentak Evi pada kami.Baru saja aku hendak menyangkal ucapan Evi, Mas Danu sudah ke luar rumah.“Masss ....” Evi lari menghampiri Mas Danu.“Danu. Akhirnya kita bisa bertemu lagi. Paman dari kemarin sudah ada di sini, tapi anak buahmu bilang kamu ada urusan keluarga dan enggak pulang.” Orang yang mengaku Paman Mas Danu pun tergopoh-gopoh menghampiri Mas Danu.Mas Da

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 209. Mbak Susi lagi.

    Assalamualaikum everyone ....Alhamdulillah bisa up bab baru. Yuk, bantu follow akunku 😍🌸🌸🌸“Sini, Ta, biar Mamah yang telepon, Joko!” Kuberikan ponselku pada Mamah.Tidak menunggu lama telepon tersambung.“Halo, Mas Joko! Ini Mamah Atik. Tolong itu barang-barang yang mau diangkut sama Susi ambil lagi!”“Loh, a—nu, Bu. Itu katanya sudah dapat izin dari Ita,” jawab Mas Joko terbata pasti Mas Joko kaget Mamah Atik to the poin begitu.“Enggak! Baik Ita ataupun Danu enggak ada yang izinin. Di mana Susi? Apa sudah pulang?”“Be—lum, Bu. Ma—sih nimbang telur.”“Dasar orang tidak tahu malu. Pokoknya aku enggak mau tahu, ya, ambil lagi apa yang mau diangkut Susi kalau enggak gaji kamu bulan ini tidak aku berikan!” Ancam Mamah Atik.“Aduh! Ba—ik, Bu.”Tuuuutt ....Mamah mematikan telepon.“Ini, Ta. 10 menit lagi kita telepon Joko. Kamu itu menyek-menyek jadi orang makanya saudara-saudara kamu itu selalu saja meremehkanmu.”“Aku hanya tidak ingin hubungan yang sudah tidak baik makin tidak b

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 208. Istri muda?

    Hatiku panas mendengar perempuan lain mengagumi suamiku.“Mana anakmu kenapa tidak kamu ajak?” tanya Mas Danu.“Mas aku capek loh, nungguin kamu panas dan haus juga kamu malah tega tanya ini dan itu di sini,” rengeknya.Kami masuk dan Evi membuntuti kami.“Mas, rumahmu bagus banget ya, pantas paman selalu membanggakan kamu.” Mas Danu diam saja. Dia fokus minum dan menikmati donat yang kusuguhkan.“Danu, kamu makan dulu. Pasti kamu lapar,” titah Mamah Atik.“Iya, Mah. Dik, temani Mas makan, ya?”“Aku juga mau makan Mas. Yuk, aku temani.” Evi gegas berdiri dan menarik tangan Mas Danu.“Bukan Dik, kamu. Itu panggilan untuk istriku. Aku memanggilmu dengan namamu saja.” Mas Danu menampik tangan Evi. Dia seperti menahan malu.“Mas meja makanmu bagus banget. Seumur-umur aku baru lihat,” ucap Evi. Dia langsung duduk dan mengambil makan tanpa kami suruh terlebih dahulu.“Evi, sebentar lagi kami mau pergi sebaiknya kamu pulang dulu. Rumah ini akan kami kosongkan.”“Apa? Ya ampun, Mas! Aku jauh-

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 207. Tidak sopan.

    “Terserah Mbak aja mau bilang apa,” sungutku.“Eh, Ta. Aku cuma mau kasih tahu, ini Ibu lagi sakit, tadi pas ambil wudu untuk salat Zuhur terpeleset dan jatuh. Kami sudah bawa ke klinik. Ibu sekarang di rawat. Kamu ke sini, ya? Eh, jangan lupa bawa uang kami tidak ada duit untuk bayar biaya rawat Ibu.” Sebenarnya aku sangat syok dan juga sedih mendengar kabar ini, tapi karena yang memberi tahu adalah Mbak Susi aku jadi kesal padanya.“I—ya, Mbak. Insya Allah aku ke sana.”“Jangan pakai insya Allah, Ta! Kamu harus segera ke sini!”“Iya, Mbak. Insya Allah.”“Kamu itu insya Allah terus. Aku ti ....” Tuuutt! Kumatikan telepon. Percuma saja ngasih tahu Mbak Susi.Ponsel kembali berdering. Tapi, tidak kujawab. Biarkan saja. Mbak Susi itu bisanya ngajak ribut saja.“Siapa, Ta. Kok kayaknya kamu kesal gitu?”“Mbak Susi, Mah. Ngasih tahu kalau ibu masuk rumah sakit. Jatuh di kamar mandi,” jawabku sedih.“Innalillahi wa’innailaihiroji’un. Terus gimana kondisi ibumu, Ta?”“Aku enggak tanya sama

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 206. Adik tiri.

    *Cinta adalah perbuatan. kata-kata dan tulisan indah hanyalah omong kosong! (Tere Liye)*Assalamualaikum semuaaaaaaa senang sekali Danu kembali hadir. Semoga kalian sehat dan bahagia selalu. Bantu follow, yuk!🌸🌸🌸 “Maaf siapa, ya?”Bukannya menjawab pertanyaanku justru perempuan ini nyelonong masuk begitu saja lalu duduk manis di sofa.“Eh, siapa kamu! Datang-datang enggak sopan!” bentak Mamah Atik.“Perkenalkan aku Evi, adik Mas Danu,” ucapnya bangga.Aku dan Mamah Atik saling berpandangan. Mamah Atik seolah menanyakan apa benar. Aku hanya menggeleng tidak tahu.“Salah alamat kali. Kan, banyak ‘tu yang namanya Danu,” ujar Mamah Atik lagi.“Enggak, dong! Nih, lihat!” Wanita yang bernama Evi ini memperlihatkan foto Mas Danu. Dari mana dia dapat foto terbaru Mas Danu. Itu foto diambil dua hari yang lalu saat kami jalan-jalan ke air terjun. Itu foto bersamaku bisa-bisanya fotonya dicrop begitu saja.“Iya, benar ini Danu anakku, dan ini Ita istri Danu,” ucap Mamah Atik. Wanita yang b

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 205. Evi datang.

    “Mainan sama Kia. Anakmu ini cantik dan pintar sekali ya, Dan. Aku jadi pingin punya anak,” jawab Mbak Asih seolah-olah dia tidak sedang sakit.“Alhamdulillah iya, Mbak.“ Mas Danu memangku Kia. Aku ikut duduk di lantai bersama mereka.“Mbak Asih kemarin ke mana sih, katanya kerja kok, enggak pulang?” tanyaku hati-hati. Mbak Asih hanya menggeleng saja.“Mbak Asih, Ita itu mau ngajak shopping beli baju baru. Eh, malahan Mbak Asih enggak pulang-pulang,” kata Mas Danu lagi.“Harusnya kamu telepon dulu, Ta. Jangan main asal tunggu. Kalau kamu kasih tahu mau ngajakin aku shopping pasti aku enggak mau janjian sama Mas Roni,” jawab Mbak Asih sambil menoyor kepalaku.“Oh, jadi Mbak Asih pergi shopping sama Mas Roni?” tanyaku.“Bukan shopping sih, tapi bulan madu. Kami tidur di hotel.” Mendengar pengakuan Mbak Asih Mas Danu sangat marah. Aku pun kaget. Kalau sudah ngomongin hotel sudah pasti ada bumbu-bumbu di dalamnya.“Mbak, harusnya jangan mau diajak Mas Roni kalau enggak shopping. Enak shop

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status