🌸🌸🌸“Suamimu itu ke mana, Li. Jarang sekali pulang ini sudah dua hari malah enggak pulang, gimana kamu mau punya anak kalau ditinggal-tinggal terus begitu?” ucap ibu mertuaku. Aku sedang mandi sore jadi dengar obrolan mereka.“Kerjalah, Bu. Tadi pagi aku sudah ditransfer sama Mas Eko banyak nanti aku mau beli perhiasan,” jawab Mbak Lili terdengar sangat senang.Aku jadi kasihan padanya apa aku jujur saja perihal pernikahan Mas Eko, tapi apa mereka akan percaya padaku.“Ibu, kalau anak menantu lagi kerja itu enggak usah ditanyain terus. Beruntung loh, Lili dapat suami pekerja keras dari pada anak Ibu itu si Danu udah pengangguran sekarang cacat pula,” sahut Mbak Asih.“Ibu punya firasat yang tidak enak.”“Itu Cuma perasaan Ibu aja lagi pula nih, si Lili itu cantik Bu sedang Eko jelek mana mungkin dia mau macam-macam,” kata Mbak Asih lagi.“Duh, Ibu, aku juga jadi merasa tidak enak ini,” sahut Mbak Lili.“Nah, kan, udahlah kalian ini enggak usah neting mulu, mending besok kita shoppi
“Semoga, ya, Dik. Allah beri kita rezeki banyak biar bisa pasang listrik jadi kamu dan juga Kia enggak kegelapan gini.”“Aamiin, Mas, semoga Allah SWT kabulkan do’a kita.”“Gimana kakinya apa sudah banyak perubahan, Mas?”“Alhamdulillah, Dik. Sudah semakin enteng untuk digerakkan. Lihatlah Mas, jalannya sudah semakin lancar, kan?” jawab Mas Danu bahagia dia mempraktikkan jalannya di depanku.Aku tak kuasa menahan haru, kupeluk dan kucium suamiku semoga saja Mas Danu cepat sembuh dengan begitu semoga kehidupan kami berubah jadi lebih baik.“Oh, iya, Mas, duduk sini ada yang ingin aku sampaikan,” kataku sedikit berbisik takut ada yang dengar.“Kamu lucu sekali, kenapa harus bisik-bisik begitu?” Mas Danu menjawil hidungku kemudian duduk di dekatku.“Aku bingung musti dari mana ngomongnya.”“Lah, tinggal ngomong aja, Mas siap jadi pendengar setia.”“Itu em ... Mas Eko tadi— itu, anu ... Mas Eko tadi sudah melangsungkan pernikahan sirinya dengan wanita yang aku ceritakan kemarin, Mas,” kat
🌸🌸🌸“Mas, kamu mau apa? Sudah tidak perlu diladeni orang miskin ini ayo, lebih baik kita cepat berangkat nanti keburu siang!” ajak Mbak Asih saat Mas Roni mau menghampiriku dengan kepalan tangan seperti hendak meninjuku.Aku pun gegas meninggalkan mereka berdua aku takut mereka khilaf dan mencelakaiku.Aku bergidik ngeri membayangkan mereka berbuat nekat ini masih pagi tidak akan ada yang menolongku apa lagi lewat kebun sawit begini.Meskipun aku besar dan dilahirkan dari keluarga miskin, tidak lantas kami mencelakai dan merugikan saudara kandung sendiri. Ibu dan bapak justru mengajarkan kami untuk saling welas asih.Ini berbeda sekali dengan keluarga suamiku walaupun bukan saudara kandung, tapi mereka dibesarkan bersama dalam satu asuhan apa lagi Mas Danu itu sangat sayang pada ke dua kakaknya dan juga pekerja keras.Sibuk dengan pikiranku sendiri tidak terasa sudah sampai warung Wak Haji. Alhamdulillah Wak Haji membayar kueku dulu padahal aku tidak memintanya dan takut tidak hab
“Dik, jangan bengong gitu, ini sarapannya tadi Mas masak telur dadar.” Mas Danu menyuapiku makan karena aku sedang menyusui Kia jadi tidak bisa makan sendiri.“Terima kasih banyak ya, Dik, kamu mau bantuin Mas dan menggantikan posisi Mas sementara waktu ini,” ucap Mas Danu sedih.“Iya, Mas. Aku senang bisa bantu dan aku bahagia semoga kesusahan kita tidak berlarut-larut ya, Mas.”“Maafkan suamimu ini ya, Dik, tidak bisa berbuat banyak dan tidak bisa membahagiakanmu.”“Mas, sudah jangan bilang seperti itu terus aku jadi sedih. Mas, makan juga gih, pasti belum makan karena nungguin aku, kan?” Mas Danu tersenyum lalu memasukkan nasi ke mulutnya.Terima kasih Tuhan meski kami hidup serba dalam keterbatasan, tapi hati ini bahagia karena Engkau beri pasangan hidup yang tulus menyayangiku.“Heh, Ita! Kembalikan uangku!”teriak Mbak Lili tiba-tiba lalu merampas tasku yang tadi kugeletakkan begitu saja di tikar.“Mbak, jangan asal nuduh istriku bukan pencuri!” bela Mas Danu dia kesusahan mengam
POV Mbak Lili.Assalamualaikum selamat pagi semuanya. Terima kasih atas supportnya sampai sejauh ini. Yuk bantu follow akunku biar aku makin semangat update.🌸🌸🌸"Kamu sudah yakin, Dan, dengan keputusanmu?" Itu suara ibu yang sedang ngobrol dengan Mas Danu."Yakin, Bu. kami sudah sama-sama dewasa dan siap berumah tangga."Apa? Danu mau menikah? Samar aku mendengar obrolan Danu dan juga ibu. Aku sendiri sudah berada di kamar hendak tidur karena sudah larut malam. Tadi sewaktu kami sedang berkumpul kenapa Danu tidak mengatakan niatnya itu apa dia malu.“Calonmu orang mana, Dan?” tanya ibu.“Orang kabupaten Permai Menawan, Bu.”“Cantik atau tidak? Kamu kan, ganteng Ibu enggak mau kalau punya calon menantu jelek,” tanya ibu, aku cekikikan mendengar penuturan ibu.“Insya Allah cantik hatinya, Bu,” jawab Danu. Kalau sudah begitu aku yakin calon istrinya Danu wajahnya dibawah rata-rata.“Kaya?” Kali ini aku dengar suara ibu dari dapur beliau sedikit berteriak.“Biasa saja, Bu,” jawab Dan
POV Mbak Lili.“Ah, Mbak Lili ini bisa aja. Ayo, Mbak, sarapan nanti kita telat!” ajak Danu. Kami memang sedang sarapan. Danu mau berangkat ke bengkel di kabupaten sebelah sekaligus mengantarkan aku ke tempat kerjaku di pusat kota. Aku tadi memaksanya untuk mengantarkanku. Sebenarnya ada Mas Eko, tapi sedang ogah sama dia.Aku dan Mas Eko bertemu di bus saat perjalanan pulang. Dari sana kamu mulai pendekatan dan akhirnya jadian. Aku tidak suka sama Mas Eko, tapi karena dia kaya aku mau-mau saja dijadikan pacarnya. Orang tuanya juga baik.Dulu aku jarang sekali pulang, tapi karena Mas Eko punya mobil dan sering ke kosan aku jadi hampir tiap hari pulang. Lumayan enak naik mobi tidak kepanasan dan juga tidak kehujanan.Setelah berpamitan pada ibu kami meluncur berangkat. Di jalan aku memeluk Danu erat-erat Jika Danu hendak melepaskan pelukanku maka aku beralasan takut jatuh. Jalan di kampung kami memang sangat jelek, tapi tidak mengapa ini sangat menguntungkanku.“Danu, kamu beneran mau
POV Lili.🌸🌸🌸“Ibu, kenalkan ini Ita, calon istriku.” Aku yang masih di kamar teleponan dengan Mas Eko kaget, itu Danu kapan pulang dia bawa pacarnya? Kumatikan telepon dan bersiap-siap menyambut Danu. Aku dandan secantik mungkin agar terlihat menarik. Pasti pacar Danu jelek dan kampungan dengan aku dandan begini dia akan minder dan pergi ninggalin Danu.Kuhiraukan telepon yang terus saja berdering panggilan masuk dari Mas Eko dia pasti kaget aku matikan telepon begitu saja. Danu lebih penting dari dia. Aku harus mendapatkan hati Danu.Kulihat ibu sedang menyiapkan air minum di dapur. Baik sekali ibuku ini. Ngabisin gula aja.“Bu, biar aku aja yang buat minumnya, Ibu ke depan aja sana.”“Iya, sekalian ya, kue itu kamu taruh di piring sudah ibu potong-potong, buahnya juga, ya?” titah ibu.“Bu, ini makanan yang bawa Danu?” tanyaku heran karena ini lebih mirip seperti orang hajatan ada tiga paper bag isinya aneka kue kering, empat loyang bolu yang sangat menggoda selera, dan juga dua
POV Lili.“Terima kasih, ya. Siapa tadi namamu?”“Ita, Mbak.” Duh, suaranya lembut banget lagi. Nemu di mana sih, Danu barang begini.“Gimana Mbak, udah enakan?” tanya Danu.“Belum, lah, Dan. Memang iklan obat begitu diminum langsung sembuh?” jawabku kesal. Baru saja minum semenit yang lalu sudah ditanya sembuh apa belum dasar tidak peka!Mendengar ucapanku Danu dan pacarnya tertawa, ibu juga ikutan tertawa. Memang aku pelawak apa yang ngasih hiburan gratis.“Danu, pacarmu ini kerja di mana?” tanya ibu. Bagus ibu bertanya begitu pasti ini cewek kerjanya di ladang dia, kan dari udik.“Biar Ita saja yang jawab, Bu.”“Aku kerja di toko kue, Bu,” jawab pacar Danu. Santun sekali ini orang.Kerja di toko kue saja bangga. Aku dong, kerja di minimarket Indoapril gaji UMR pasti dia gajinya kecil. Pantas saja dia pandai buat kue.“Kalau orang tuamu kerja apa, Ta?” tanya ibu lagi. Sebenarnya aku ingin sekali bertanya, tapi kepalaku tidak bisa diajak kompromi.“Bapak dan Ibu kerja di ladang dan s