âDik, jangan bengong gitu, ini sarapannya tadi Mas masak telur dadar.â Mas Danu menyuapiku makan karena aku sedang menyusui Kia jadi tidak bisa makan sendiri.âTerima kasih banyak ya, Dik, kamu mau bantuin Mas dan menggantikan posisi Mas sementara waktu ini,â ucap Mas Danu sedih.âIya, Mas. Aku senang bisa bantu dan aku bahagia semoga kesusahan kita tidak berlarut-larut ya, Mas.ââMaafkan suamimu ini ya, Dik, tidak bisa berbuat banyak dan tidak bisa membahagiakanmu.ââMas, sudah jangan bilang seperti itu terus aku jadi sedih. Mas, makan juga gih, pasti belum makan karena nungguin aku, kan?â Mas Danu tersenyum lalu memasukkan nasi ke mulutnya.Terima kasih Tuhan meski kami hidup serba dalam keterbatasan, tapi hati ini bahagia karena Engkau beri pasangan hidup yang tulus menyayangiku.âHeh, Ita! Kembalikan uangku!âteriak Mbak Lili tiba-tiba lalu merampas tasku yang tadi kugeletakkan begitu saja di tikar.âMbak, jangan asal nuduh istriku bukan pencuri!â bela Mas Danu dia kesusahan mengam
POV Mbak Lili.Assalamualaikum selamat pagi semuanya. Terima kasih atas supportnya sampai sejauh ini. Yuk bantu follow akunku biar aku makin semangat update.đ¸đ¸đ¸"Kamu sudah yakin, Dan, dengan keputusanmu?" Itu suara ibu yang sedang ngobrol dengan Mas Danu."Yakin, Bu. kami sudah sama-sama dewasa dan siap berumah tangga."Apa? Danu mau menikah? Samar aku mendengar obrolan Danu dan juga ibu. Aku sendiri sudah berada di kamar hendak tidur karena sudah larut malam. Tadi sewaktu kami sedang berkumpul kenapa Danu tidak mengatakan niatnya itu apa dia malu.âCalonmu orang mana, Dan?â tanya ibu.âOrang kabupaten Permai Menawan, Bu.ââCantik atau tidak? Kamu kan, ganteng Ibu enggak mau kalau punya calon menantu jelek,â tanya ibu, aku cekikikan mendengar penuturan ibu.âInsya Allah cantik hatinya, Bu,â jawab Danu. Kalau sudah begitu aku yakin calon istrinya Danu wajahnya dibawah rata-rata.âKaya?â Kali ini aku dengar suara ibu dari dapur beliau sedikit berteriak.âBiasa saja, Bu,â jawab Dan
POV Mbak Lili.âAh, Mbak Lili ini bisa aja. Ayo, Mbak, sarapan nanti kita telat!â ajak Danu. Kami memang sedang sarapan. Danu mau berangkat ke bengkel di kabupaten sebelah sekaligus mengantarkan aku ke tempat kerjaku di pusat kota. Aku tadi memaksanya untuk mengantarkanku. Sebenarnya ada Mas Eko, tapi sedang ogah sama dia.Aku dan Mas Eko bertemu di bus saat perjalanan pulang. Dari sana kamu mulai pendekatan dan akhirnya jadian. Aku tidak suka sama Mas Eko, tapi karena dia kaya aku mau-mau saja dijadikan pacarnya. Orang tuanya juga baik.Dulu aku jarang sekali pulang, tapi karena Mas Eko punya mobil dan sering ke kosan aku jadi hampir tiap hari pulang. Lumayan enak naik mobi tidak kepanasan dan juga tidak kehujanan.Setelah berpamitan pada ibu kami meluncur berangkat. Di jalan aku memeluk Danu erat-erat Jika Danu hendak melepaskan pelukanku maka aku beralasan takut jatuh. Jalan di kampung kami memang sangat jelek, tapi tidak mengapa ini sangat menguntungkanku.âDanu, kamu beneran mau
POV Lili.đ¸đ¸đ¸âIbu, kenalkan ini Ita, calon istriku.â Aku yang masih di kamar teleponan dengan Mas Eko kaget, itu Danu kapan pulang dia bawa pacarnya? Kumatikan telepon dan bersiap-siap menyambut Danu. Aku dandan secantik mungkin agar terlihat menarik. Pasti pacar Danu jelek dan kampungan dengan aku dandan begini dia akan minder dan pergi ninggalin Danu.Kuhiraukan telepon yang terus saja berdering panggilan masuk dari Mas Eko dia pasti kaget aku matikan telepon begitu saja. Danu lebih penting dari dia. Aku harus mendapatkan hati Danu.Kulihat ibu sedang menyiapkan air minum di dapur. Baik sekali ibuku ini. Ngabisin gula aja.âBu, biar aku aja yang buat minumnya, Ibu ke depan aja sana.ââIya, sekalian ya, kue itu kamu taruh di piring sudah ibu potong-potong, buahnya juga, ya?â titah ibu.âBu, ini makanan yang bawa Danu?â tanyaku heran karena ini lebih mirip seperti orang hajatan ada tiga paper bag isinya aneka kue kering, empat loyang bolu yang sangat menggoda selera, dan juga dua
POV Lili.âTerima kasih, ya. Siapa tadi namamu?ââIta, Mbak.â Duh, suaranya lembut banget lagi. Nemu di mana sih, Danu barang begini.âGimana Mbak, udah enakan?â tanya Danu.âBelum, lah, Dan. Memang iklan obat begitu diminum langsung sembuh?â jawabku kesal. Baru saja minum semenit yang lalu sudah ditanya sembuh apa belum dasar tidak peka!Mendengar ucapanku Danu dan pacarnya tertawa, ibu juga ikutan tertawa. Memang aku pelawak apa yang ngasih hiburan gratis.âDanu, pacarmu ini kerja di mana?â tanya ibu. Bagus ibu bertanya begitu pasti ini cewek kerjanya di ladang dia, kan dari udik.âBiar Ita saja yang jawab, Bu.ââAku kerja di toko kue, Bu,â jawab pacar Danu. Santun sekali ini orang.Kerja di toko kue saja bangga. Aku dong, kerja di minimarket Indoapril gaji UMR pasti dia gajinya kecil. Pantas saja dia pandai buat kue.âKalau orang tuamu kerja apa, Ta?â tanya ibu lagi. Sebenarnya aku ingin sekali bertanya, tapi kepalaku tidak bisa diajak kompromi.âBapak dan Ibu kerja di ladang dan s
âIya, benar Bu, jadi kami memang tidak mau merepotkan keluarga,â jawab Danu, dia menatap mesra pada Ita. Tolong! Hatiku panas terbakar api cemburu.âSykurlah kalau begitu. Oh, iya, silakan diminum tehnya ini yang buat Lili katanya spesial untuk Danu dan calon istrinya.â Duh, ibu kenapa bilang begitu si, ibu sepertinya berpihak pada mereka berdua dari tadi iya-iya saja.âUhuk!â Pacar Danu terbatuk. Gimana teh buatanku spesial kan, jelas dong, karena rasanya asin. Tadi aku sengaja pakai garam untuk teh pacarnya Danu.âKenapa, Dik?â tanya Danu khawatir. Dasar lebai. Sebelum menjawab pertanyaan Danu Ita melirikku aku balik melototi dia. Awas saja kalau ngadu.âEm ... enggak apa-apa, Mas, tadi aku keselek aja,â jawabnya. Bagus dah dia nurut. Sepertinya memang ini perempuan tipe orang yang penurut jadi seleranya Danu begini wanita yang penurut.Obat yang diberikan oleh pacarnya Danu sepertinya membuatku ngantuk, mataku berat sekali susah diajak melek.Aku terbangun sudah malam, Danu dan pac
POV Lili.Pengantin baru itu terus saja bermesraan. Cih, lebai udah kayak dunia milik berdua saja. Menyebalkan. Bikin tensiku terus saja naik.Aku tidak bisa berbuat lebih karena takut Danu marah padaku.Meski mereka berangkat kerja bareng naik motor, tapi terlihat bahagia. Beda denganku yang naik mobil di dalam hatiku nyesek. Aku cemburu tingkat dewa.Seperti pagi ini dia menimba air berdua dengan Ita, padahal aku sudah sengaja mengerjai Ita agar aku bisa lama-lama dengan Danu di depan. Dasar saja Danu terlalu memanjakan istri nimba air saja dibantuin.âIta, kenapa kamu libur kerja tidur aja dari tadi. Sana bantuin Ibu beres-beres rumah. Sudah macam Nyonya besar saja kamu ini!â Aku menyeret Ita hingga dia hampir terjatuh.âAku lagi enggak enak badan, Mbak. Kepalaku sakit dan lemas,â jawabnya alasan.âEnggak mau tahu! Cepetan bantu Ibu!â teriakku. Ita tergopoh-gopoh ke dapur bantu ibu.Aku akan buat hidupmu menderita salah kamu merebut dia yang kucinta untuk selamanya.âIta, setelah i
POV Lili.âEko! Kamu apakan anakku hah!â teriak ibu.âTanyakan sendiri apa yang sudah dia lakukan pada menantu perempuan Ibu ini! Lihat jidat Ita sampai biru lebam begini!â jawab Mas Eko.Ibu langsung mengalihkan pandangannya pada Ita dan terbelakang kaget lalu memandangku.Tanpa berkata-kata lagi ibu membantuku berdiri dan membawaku ke kamar.Kudengar Ita menangis, hah! Dasar cengeng. Nangis aja yang kuat beli perlu pergi dari rumah ini.Mas Eko kenapa juga pakai belain Ita segala. Apa Mas Eko suka juga pada Ita? Ah, sana lah, aku sama sekali tidak cemburu.âLi, kamu harus hati-hati jangan main kasar begitu nanti kalau Ita mengadu pada Danu kita bisa kena marah. Kamu tahu kan, apa akibatnya?â ucap ibu aku mengangguk saja.âJadi Ibu, lebih membela Ita juga dari pada aku?ââBukan begitu, kita tidak bisa main bar-bar begitu urusan akan panjang,â jawab ibu. Benar juga si, apa kata ibu, tapi aku tadi sangat emosi makanya begitu.âLili, kamu kalau begitu terus sama Ita lebih baik kita perg