Share

Alasan Bertahan

last update Huling Na-update: 2024-03-22 21:43:50

"Bagaimana, kau sudah memikirkan apa yang aku katakan semalam?" tanya Azril dingin dan tajam, sama seperti sikapnya selama ini. Berbeda dengan sikap kepada Nafisah, padahal mereka baru kenal.

"Ya." jawab Devina sambil tersenyum. Ia bersikap seolah semalam tidak mendengar dan tidak terjadi apapun.

"Jangan selalu tersenyum begitu, aku muak!" ucap Azril tajam sambil memindahkan nasi ke piringnya.

"Tidak apa-apa, Mas. Maaf, aku sudah terbiasa." Devina tidak mempedulikan perkataan Azril yang bagai torehan sembilu jika dengar oleh seorang istri. Ia malah menganggap perkataan Azril adalah ucapan semangat untuk menjalani hari.

"Bodoh!" Azril mengeluarkan kata umpatan setelah mendengar suara wanita yang dibencinya mala selalu berbicara dengan tenang.

"Makan yang banyak, Mas." Devina memberikan beberapa lauk kesukaan suaminya, tapi Azril menolak.

"Apa motif di balik sikapmu selama ini?" tanya Azril yang selalu merasa kalau Devina selalu punya niat terselubung. Ketika masih bersahabat, mereka sangat dekat. Bahkan, Azril selalu menceritakan segala hal kepada Devina.

Namun, semua keharmonisan, kebersamaan, dan semua yang menjadi kenangan seakan lenyap ketika Devina menjadi istrinya. Bagi Azril, Devina jelas tahu kalau ia tak mencintai dirinya, tapi tidak dengan Devina.

"Apapun yang kau pikirkan, Mas. Anggap saja seperti itu." Senyum Devina semakin merekah dan Azril tidak suka itu.

"Stop lakukan hal seperti itu, kita bukan suami istri, Devina!" hardik Azril dengan mata yang tajam.

Devina yang akan segera menangis pun berusaha untuk tetap tersenyum. "Bawa Nafisah kembali, menikahlah di sini, Mas. Jika ia tak tahu kalau Mas sudah menikah, katakan saja kalau aku adalah pembantu di rumah ini." jelas Devina membuat Azril mengentikan aktivitas mengunyah makanannya dan menatapnya tajam.

"Apa maksudmu?"

"Izinkan aku berada di sisimu, setidaknya sampai aku benar-benar ingin pergi, Mas." Membicarakan kepergian pun Devina masih menyunggingkan senyumnya.

"Tentu saja! Hanya saja, apa kau tidak apa?" suara Azril tertahan, ia merasa gengsi harus bertanya seperti itu pada Devina yang selama ini dibencinya.

"Tidak apa-apa, ini kan keinginanku. Sudah siang, Mas. Sebaiknya kamu segera berangkat kerja." Setelah selesai makan, Devina mendorong Azril untuk keluar dari rumah.

Setelah laki-laki itu berada di luar, ia tak bersalaman seperti biasa. Devina langsung menangis setelah pintu terkunci. Ia menyandarkan tubuhnya pada pintu.

"Maafkan Mama, Nak. Mama gak bisa membuatmu berada di samping Papa lebih lama." lirihnya sambil mengusap perut beberapa kali.

Beberapa bulan yang lalu, Devina merasa aneh dengan minuman yang diberikan oleh Azril, sehingga membuatnya ragu untuk minum. Meskipun tidak tahu itu apa, tapi Devina lebih memilih untuk berpura-pura meminumnya di depan Azril, padahal ia tumpahkan ke samping tempat tidur. Terkadang juga ke plastik yang sudah siapkan sedari siang.

Semalam, ia mendengar Azril muntah-muntah. Berhubung pernah mendengar cerita beberapa temannya yang sempat hamil tapi suami yang mengalami ngidam, Devina pun mencoba untuk melakukan tes kehamilan dengan sebuah alat kecil.

Benar saja, benda kecil itu menunjukkan dua garis merah. Dalam artian, dirinya sedang mengandung, dan membuatnya ingin terus berada di sisi Azril.

Tidak ada niat sama sekali untuk memberitahu Azril, Devina malah membereskan semua pakaiannya agar bisa pergi ketika ingin.

Sementara di luar, Azril masih terdiam. Ia merasa heran dengan sikap Devina yang malah mendorongnya untuk cepat-cepat pergi. Padahal biasanya, dia akan merengek untuk menahannya, dan memaksa bersalaman. Namun, tidak dengan kali ini.

"Kenapa? Pagi-pagi sudah bengong!" Haris--sahabat sekaligus rekan kerjanya itu menepuk pundak Azril pelan.

"Devina, hari ini dia sangat berbeda." ucap Azril yang langsung menceritakan bagaimana istri yang tak diharapkannya itu hari ini.

"Kenapa? Apa kau sudah menceritakan tentang Nafisah?" tanya Haris yang juga tahu tentang wanita yang ingin dinikahi Azril.

"Ya, katanya aku bisa menikah dengan Nafis tanpa memedulikan keberadaannya. Dia bahkan bersedia dianggap sebagai pelayan." jelas Azril sambil memijat pelipisnya yang terasa berat.

"Mungkin dia sedang bersiap untuk pergi."

Azril tertawa. "Mana mungkin Devina mau berpisah dariku? Dia itu cinta mati padaku tahu."

Kini giliran Haris yang tertawa. "Kenapa kau yang resah? Bukankah ini bagus. Untuk kedepannya tidak ada lagi yang kau anggap sebagai lalat pengganggu dan dia juga bisa memiliki laki-laki yang benar-benar mencintainya." jelas Haris membuat Azril terdiam, ada rasa tidak rela di dalam hatinya ketika membayangkan Devina bersama dengan laki-laki lain.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zuriah Jamalin
Hanya satu kata BODOHHHHH...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 41 Akhir Kisah

    Adrian sudah memasang perangkap untuk bisa menangkap Nurdin tanpa membuat Aira berada dalam bahaya. Benerapa orang yang ada di rumah Devina, terutama yang bertugas membantu pernikahannya bukanlah orang sembarangan. Memang bukan hanya Nurdin yang akan melancarkan aksi jahatnya, tapi dia juga meminta bantuan orang yang berada di rumah Devina. Orang yang rela melakukan apapun demi uang, dan sekarang wanita ini yang sedang memegang kendali atas Aira. "Kamu tenanglah, Aira pasti akan baik-baik saja." Adrian berusaha sebisa mungkin untuk menenangkan Devina. "Aku bisa pastikan, asal kita harus tenang sebagai orang tuanya." lanjutnya. Devina langsung terdiam, tapi air mata terus mengalir dari matanya tanpa bisa dihentikan. "Aku minta Aira selamat. Aku yakin Mas pasti punya rencana di balik ini semua." lirihnya sambil menatap Adrian lembut. "Betul. Tunggulah sebentar lagi, jangan lupa untuk mendoakan, ya." Adrian mengusap puncak kepalanya lembut. Sengaja, ia tidak memberitahu kalau Azril

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 40

    Azril terus aja mencari keberadaan di mana laki-laki yang bernama Nurdin itu di kota tempatnya kuliah, tapi tetap saja tidak ketemu. Banyak orang dia kerahkan, tapi tetap tidak membuahkan hasil. "Kira-kira di mana dia berada? Aku tidak ingin dia datang menyakiti keluargaku." Azril berucap lirih. Ia sudah faham betul jalan ceritanya. Jika ada Nurdin tahu kalau Pak Herman, laki-laki yang selama ini melindunginya itu sudah berada di tahanan, dia tidak mungkin akan diam saja. "Sepertinya belum ada pergerakan, ya." Haris menanggapi dengan biasa saja. "Terus bagaimana dengan bayimu, apa dia sudah ada pergerakan?" tanyanya lagi. Azril memilih diam daripada menjawab pertanyaan Haris. Ia tahu kalau sahabatnya itu pasti sudah mendengar kabar kelahiran Devina. "Apa kamu masih belum melihatnya?" tanya Haris lagi sambil menatap Azril bingung. "Aku tidak punya kesempatan untuk melihatnya." lirih Azril membuat Haris menatap kesal ke arahnya. "Alasan apa itu? Jika kamu memang cinta dan peduli

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 39

    Azril memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap Herman dan juga Nafisah. Ia ingin mereka mendapatkan balasan yang setimpal dan sesuai dengan proses hukum. Terlebih lagi, Herman memang seorang mafia yang sudah berhasil menipu banyak orang dan perusahaan untuk kesenangannya sendiri. Melihat Azril jarang pulang ke rumah membuat Pak Halim dan Bu Ami bisa bernapas lega. Mereka sudah berjanji kepada Devina tidak akan mengatakan kalau bayinya sudah lahir dengan selamat dan sehat. Devina sementara waktu tidak ingin bertemu dengan Azril karena hatinya sedang membutuhkan pertolongan. "Darimana, Pa?" Suara yang terdengar seperti menodong membuat Bu Ami dan Pak Halim menghentikan langkah. Hari ini adalah hari kedua setelah putra Devina lahir dan mereka selalu pulang-pergi untuk melihat kondisi cucunya. "Dari luar dan kamu tidak perlu tahu hal itu!" tegas Bu Ami kemudian. Azril tersenyum kecut. Ada rasa sedih ketika melihat kedua orang tuanya lebih memilih berbohong daripada mengatakan y

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 38

    ”Tidak ada kata paling indah, selain aku mencintaimu karena Allah." ucap seorang laki-laki yang selalu dipanggil Ustaz Abdul oleh kelurga Pak Dean. "Namun kata-kata itu akan indah ketika diucapkan atau di katakan ketika orang yang menerimanya adalah pasangan halal kita. Karena apa? Karena tidak ada cinta karena Allah sebelum menikah. Semuanya pasti karena nafsu." jelasnya membuat Adrian dan yang lainnya menundukkan pandangan. "Jadi, maksud Nak Adrian ke sini benar untuk melamar sepupu saya, keponakan saya, sekaligus tetangga saya yang baik dan selalu mencintai orang lain dengan tulus?" tanyanya pada Adrian. Adrian hanya mengangguk. Matanya berusaha terlihat tegar, padahal ingin sekali dia menangis untuk mengungkapkan segala isi hatinya. Proses acara lamaran pun selesai. Meksipun keluarga Pak Dean dan keluarga Pak Halim bukan orang yang kolot, tapi tetap saja mereka menjalankan tradisi seperti dulu. Yaitu, yang mana laki-laki dan perempuan tidak boleh bersentuhan sebelum menikah. M

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 37

    "Bagaimana bisa kau tahu tentang Devina?" Azril menatap Septi dingin. Suasana tiba-tiba menjadi berubah sepi karena Azril yang mengatakan tentang yang dialami Devina selama ini. Septi tersenyum menyeringai. "Siapa yang tidak kenal Devina? Bukan kampus yang selalu dingin kepada semua mahasiswa, kecuali padamu!" ucapnya geram sambil menatap Azril dengan penuh kebencian. Azril berdecih. "Oh, ternyata kau adalah salah satu laki-laki yang tertolak. Mau bagaimana lagi, hanya aku yang ada di matanya." "Aku tidak ditolak, karena memang tidak menyatakan perasaan. Hanya saja, sangat disayangkan perasaannya yang halus dirobek olehmu." Septi memilih untuk menjauh dari Azril dan mendekat ke arah Ayu. "Kupikir kau mencintaiku dengan setulus hati, nyatanya tidak. Mulai saat ini, kita bukan lagi hubungan suami-istri." tegasnya. Nafisah mulai tersenyum lebar. Jika Septi menalak Ayu, tandanya laki-laki masih punya perasaan padanya. Dengan penuh percaya diri, dia mendekat ke arah Septi. "Pasti kar

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 36

    Azril sudah ada perasaan tidak enak ketika mendatangi rumah pakdenya Nafisah yang dulu pernah dia tinggali selama beberapa waktu itu. Sangat hening dan sepi. Sudah ada perasaan kalau penghuni rumahnya sedang tidak di tempat. Sementara Nafisah malah membuka setiap pintu kamar dengan tangis yang hampir pecah. "Jangan sampai kau menunjukkan rasa kasihanmu, karena aku tidak akan kasihan apapun keadaanmu," tegas Azril. Nafisah tidak bicara jelas kepada Azril, dari tadi dia hanya bergumam. "Sudahlah, tidak usah berteriak dengan sekuat tenaga. Keluargamu memang sudah meninggalkan rumah ini," jelas Azril membuat Nafisah geram. "Jangan sembarangan bicara kalau tidak tahu apapun!" teriaknya kepada Azril. Rasa panik pun semakin menjadi ketika tidak ada satu pun anggota keluarganya yang berada di rumah. Bahkan, baju-baju terbaik mereka pun sudah tidak ada lagi. "Kau memang tidak punya harapan!" lirih Azril. Dia memilih untuk duduk di teras sambil menunggu Nafisah melakukan apa yang ingin

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status