Share

Makan siang bersama

"Stop!" teriak Arnold menghentikan langkah Catherine  sesaat. Lalu segera berlari dan dan bersembunyi di balik semak-semak, agar tidak di ikuti Pria tersebut.

Dirasa aman, Catherine kembali pulang ke rumahnya, dia harus segera bersiap-siap, untuk makan siang dengan calon keluarga suaminya siang ini.

Menghabiskan waktu 90 menit untuk mandi dan make up, Catherine dan Papanya, tiba di salah satu restoran Japanese Food. Menggandeng Papanya, menuju salah satu ruang VIP di sudut restoran tersebut.

"Selamat siang Om dan Tante, perkenalkan saya Catherine," ucap Catherine menyapa calon mertuanya, saat masuk, dan membantu Papanya duduk di sampingnya. Melihat sekelilingnya, hanya ada mereka berempat saja, lalu dimana calon suaminya? batin Catherine dalam hati. Hal itu ternyata di ketahui calon mertuanya tersebut, yang dari tadi tetap memandang Catherine.

"David  masih meeting dengan salah satu Investornya, di ruang sebelah. Sambil menunggu David, kamu mau pesan apa, Cath?" tanya lembut wanita bernama Mitha tersebut.

"Tante saja yang pilih, saya akan makan apapun pilihan Tante," ucap Catherine sopan. Melirik Papanya yang juga sedang asyik berbincang dengan sahabatnya. Samar-samar mendengar percakapan pernikahan yang Papa dan Om Prayoga sepakati.

"Tanggal 03 bulan depan bagaimana,Cath?" tawar Prayoga, membuat Catherine tersedak. Kenapa cepat sekali menentukan tanggal pernikahan, berkenalan dengan calonnya saja belum.

"Apa terlalu lama, Cath?" tanya Om Prayoga tersenyum pada Catherine.

"Bagaimana dengan Putra Om, apakah bersedia? Dia bahkan belum pernah melihatku."

Catherine lupa, zaman sekarang serba canggih. Info tentang dirinya, pasti sudah di dapatkan dengan mudah, apalagi calon mertuanya, adalah sahabat Papanya. Bertukar foto dan video pasti sudah mereka lakukan.

"Tentu saja aku bersedia, Cath." Catherine menoleh ke sumber suara seorang pria dan pintu yang bergeser.

Deg!

Catherine terpaku menatap pria di depannya, yang sudah berpindah posisi, duduk di depannya. Sedangkan pria satunya lagi, yang membuatnya kaget, ikut duduk di sebelahnya. Catherine bingung, dari kedua pria tersebut, yang mana calonnya?!

"Catherine, kenapa melamun?" tanya Mitha menatap Catherine yang bingung. Tersenyum mengerti situasi Catherine dan memukul pria seumuran Catherine di sebelahnya.

"Kau ini, bukannya duduk di sebelah Catherine, malah di depannya. Lihat, dia kebingungan, yang mana calonnya!" Kalimat tersebut membuat Catherine malu, sedangkan David di depannya terkekeh. Dan pria di sebelah Catherine kaget.

"Arnold, ini calon istriku, Catherine, cantik bukan?" David memperkenalkan langsung Catherine sebagai calon istrinya tanpa canggung.

Arnold menatap tak percaya, gadis yang tadi pagi berani mengecupnya, ternyata calon istri sahabatnya.

Entah kenapa dia merasa dibodohi! Tapi tidak membenci gadis didepannya. Melihat bagaimana, Catherine dan David bicara sangat kaku sekali, Arnold paham situasi ini, mereka di jodohkan. Dan mungkin makan siang saat ini, membicarakan tentang mereka.

"Halo Om Ardi, sudah lama Om? Maaf ya, tadi Ardi meeting dulu," ucap David berbasa-basi. Sedangkan Catherine gugup ditatap Arnold begitu. Mana dia tahu, kalau pria ini dekat dengan calon suaminya, kalau tahu dia tidak akan gegabah seperti tadi pagi. 

"Maaf Om dan Tante, sepertinya harus kembali ke kantor, ada case urgent dari client kami, Linda." Arnold sengaja menyebut nama tersebut dan menyindir Catherine yang terkejut dengan ucapannya barusan. Tapi sebenarnya Arnold sadar diri dengan pertemuan keluarga ini, dia bukan siapa-siapa mereka, sudah sewajarnya, harus pergi.

"Ada apa dengannya?" Catherine bergumam pelan, menatap kepergian Arnold dan kaget dengan David yang tersenyum.

Melihat David yang sedang tersenyum padanya, Catherine hanya menatap saja, tanpa berusaha membalas senyumannya David. Catherine memang perempuan yang sangat sulit berbaur dengan orang baru, kecuali kejadian tadi pagi.

Merasa kandung kemihnya penuh, Catherine minta izin ke toilet sebentar, menolak David halus yang ingin mengantarnya ke toilet. Menyusuri beberapa lorong, Catherine bingung, saat sebuah tangan menariknya kedalam Private room lainnya.

"Kau?" tanya Catherine tak percaya, untuk apa Arnold disini!

"Bukannya kau bilang ada urusan ya? Kenapa masih disini?" cecar Catherine mendorong pelan Arnold, tapi tidak bisa, kekuatan Arnold jauh lebih kuat darinya.

"Tadi aku bilang apa rupanya? Menemui clientku yang bernama Linda, kan? Itukan dirimu, right?"

Arnold melepas Catherine, lalu duduk dan menarik tangan Catherine kembali, agar duduk kembali di pangkuannya. Arnold menyukai posisi tersebut, sejak Catherine duduk di pangkuannya.

"Kau akan menikah dengan David?" tanya Arnold memainkan rambut Catherine.

"Iya, tadi malam, Papaku baru saja mengatakannya"

"Kau di jodohkan, kenapa?"

Catherine menatap Arnold lama, tidak mungkin Catherine mengatakan dirinya tidak punya kekasih dari lahir, sedangkan pagi tadi, dia sudah berbohong dengan mengatakan sudah terbiasa mencium pria manapun yang dia mau.

"Kenapa? Catherine, right? Or Linda?" tanya Arnold kembali memastikan. Apa gadis nakalnya ini akan jujur tentang namanya.

"Catherine," ucap Catherine menatap mata Arnold. Mencoba menggeser tangan Arnold dari pinggangnya. Tapi tidak bisa, Arnold justru semakin kuat memeluknya.

"Kau ini kenapa? Yang kau peluk sekarang calon istri sahabatmu!" Catherine menyorot tajam Arnold yang terkekeh.

"Masih calon kan? Kau itu kekasihku, berani sekali kau menikahi orang lain, Cath?" Arnold mempererat pelukannya, mencoba menyelami perasaannya ini. Masa dia bisa menyukai seorang gadis pada pandangan pertama? Nonsense!

Menangkup wajah Catherine dan gugup, mengatakan kalimat yang tidak masuk akal mungkin bagi gadis di depannya. Dadanya berdebar lebih kencang saat ini.

"Cath, berjanjilah kau akan menolak lamaran itu?" Arnold mengecup singkat pipi Catherine. Catherine tergugu dengan permintaan Arnold.

"Kenapa?"

"Sepertinya, aku menyukaimu, Cath." balas Arnold dan mengecup singkat bibir Catherine.

Catherine memandang sejenak pria di depannya. Dia tidak mungkin mematahkan harapan Papanya, hanya karena seorang pria yang baru di kenalnya beberapa jam saja.

"Maaf, aku tidak bisa, aku sudah menyetujui Papaku untuk menikahi David."

Catherine mendorong Arnold yang terdiam, dan segera berlalu meninggalkan Arnold. Sadis, belum di mulai, tapi sudah kandas lebih dulu. Masih terdiam di posisinya, Arnold menatap ponselnya yang sedang bergetar, mengusap layarnya saat nama "My Love Mother" tertera di layarnya ponselnya.

"Audrey menangis histeris di rumah, benarkah kalian putus? Kenapa? Bukankah, sebelumnya kalian baik-baik saja? Pulang segera!"

Arnold menatap nanar ponselnya, lengkap sudah deritanya hari ini, kehilangan cinta dan kehilangan harapan pada dirinya. Sepertinya pernikahannya dengan Audrey akan tetap berlanjut. Sulit baginya, mengatakan kelicikan Audrey pada mamanya. Wanita itu benar-benar menguasai mamanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status