Share

WEDDING PROJECT
WEDDING PROJECT
Author: Sahabat2M

Tidak ada pilihan

"Caty,sudah punya kekasih?" tanya Papanya, saat mereka sedang makan malam. Mencoba menarik nafas, mengurai rasa sakit yang menjalar. Beberapa kali Pak Ardi mencoba metode tarik-hembus nafas, sampai dadanya berkurang rasa sakitnya.

"Belum ada yang seperti Papa," ucap Catherine tersenyum menggoda Papanya.

"Dasar gadis nakal!" Pak Ardi tertawa mendengar gombalan Catherine. 

"Sayang, Papa serius. Papa ingin, kamu menikah dengan pria pilihanmu. Tapi, kalau kamu belum punya calon, Papa jodohkan dengan anak teman Papa,mau?" tawar Pak Ardi dengan suara pelan. Dia sangat takut menyinggung perasaan Catherine.

"Buru-buru banget Pa! Nanti kalau jodoh Catherine datang, Papa kesepian loh!" gurau Catherine, sengaja agar Papanya berhenti membahas jodoh.

"Papa hanya takut, tidak bisa pergi dengan tenang nanti" papar Pak Ardi, mengelus rambut Catherine kembali.

"Papa ih, bicaranya, buat Catherine mau nangis aja."

"Mau ya, Papa kenalkan sama anak teman Papa. Papa kenal baik dengan keluarga tersebut. Papa yakin dia bisa membimbing kamu."

"Catherine ikut Papa saja. Tidak ada pilihan lain juga," balas Catherine mencoba tersenyum. Dia belum siap menikah, usianya baru memasuki 25 tahun. Masih ingin mengejar karirnya. Tapi demi Papanya, baiklah.

Catherine mencoba menenangkan pikirannya dari perjodohan Papanya, duduk di bangku di Taman

"Beib, untuk Wedding Dressnya aku mau pakai karya dari Vera Wang ya!" rengek gadis di sebelah Cath, tapi Cath tidak peduli, tetap fokus menatap danau di depannya.

"Tamu undangan harus 5000 orang, keluargaku banyak, temanku banyak. Kamu juga harus minta salah satu stasiun TV meliput acara pernikahan kita. Biar se-Indonesia tahu, mewahnya acara pernikahan kita," ucapnya sombong lalu melirik Catherine.. 

Memindai tampilan Catherine yang sangat sederhana menurut kacamata sosialitanya, dari atas sampai bawah 'nothing special' menurut gadis tersebut. 

Catherine tersenyum, saat ditatap  dan merentangkan kedua tangannya, "Ah segarnya," ucap Catherine menghirup nafas dan merasakan semilir angin di sekitarnya. 

"Hei Mba, kalau mau mimpi di rumah saja!"

Catherine menoleh, tapi tidak menanggapi, bukan tipekalnya menghadapi ocehan gadis seperti ini. 

"Budeg ya? Ga dengar saya ngomong apa ya?" ulangnya lagi, berdiri dan menarik tangan Catherine kasar. 

Catherine yang tak siap di tarik oleng, dan jatuh ke pangkuan pria tersebut. Sama-sama terkejut, dan menatap satu lain.

"Lepaskan aku, kau belum tau siapa aku ya? Kalau kau tau siapa aku, lututmu masih bergetar di bumi ini! teriak gadis angkuh saat Catherine memelintirnya kuat tangannya.

"Siapa?Tukang pangkas Presiden?" ejek Catherine lagi. Entah kenapa, dia jadi keterusan melawan angkuhnya gadis angkuh di depannya. 

"Berani sekali kau menyentuh Audrey Brahamantora!" Menatap emosi Catherine.

"Bahkan kami tidak tau siapa ayahmu." ejek Catherine, menguatkan kembali pelintiran tangannya.

"Akan kupastikan, ayahku membalasmu!" desisnya emosi 

"Pasti, ku tunggu! Mungkin saat itu, aku akan menggoda ayahmu, dan menjadi ibu tirimu." Catherine mengedipkan matanya, berbalik dan menatap pria di depannya, yang terlihat santai, meski kekasihnya ia bantai.

"Ck, bagaimana pria sepertimu, bisa memacari gadis bermulut sampah seperti dia!"

"Tutup mulutmu," teriak Audrey ingin maju, tertahan. Mengingat Catherine baru saja memelintir tangannya. 

"Kau itu siapa? Selalu berteriak di depanku dan pacarku," balas Catherine berpura-pura marah, ingin memanasi Audrey. Berjalan mendekati pria tersebut,menatapnya sebentar, tampan!

Tapi bodoh! Kenapa mau dengan gadis jadi-jadian seperti dia! pikir Catherine. 

"Sayang aku sudah tidak sanggup lagi menutupi hubungan kita dari gadis sombong itu!" Catherine sengaja mendramatisir, lalu duduk di pangkuan pria tersebut, melingkarkan tangannya di leher pemuda tersebut. Merasakan tatapan aneh dan tanda tanya dari sorot mata pria tersebut. 

"Cih, aku kenal siapa Arnold. Walaupun kau buka bajumu sekalipun dia tidak akan tertarik padamu!" ejek gadis tersebut. Dia paham sekali, sulit menjebak Arnold, dia saja yang sudah bertunangan,di kecup tangan pun tidak pernah. Bahkan beberapa kali menawarkan tubuhnya, bukan direspon, malah di ancam putus. 

"Benarkah sayang? Kau tidak tergoda, meskipun aku membuka sedikit bajuku?" kedipnya menggoda Arnold, yang terus saja menatapnya bingung.

"Sayang, kasih tau, sama gadis angkuh itu, apa yang sudah terjadi pada kita?" Catherine yang terlalu menghayati perannya, mengelus pelan rahang pria tampan di depannya. 

"Jangan bohong! Mustahil terjadi apapun pada kalian! Aku saja kekasihnya tidak pernah di sentuh!" gadis tersebut keceplosan membuka aibnya, membuat Catherine tertawa. 

"Kau ini nakalnya cuma sama aku saja ya!" Catherine mentoel pipi pria tampan di depannya. 

"Ck, kau pikir aku percaya dengan gadis kere sepertimu,kau bukan tipenya!" 

"Dasar wanita jomblo kesepian!" sungut Audrey lagi.

"Apa?Coba kau ulangi sekali lagi?" tanya Catherine tak percaya dikatakan jomblo kesepian. Meskipun benar adanya, tapi jangan di serukan seperti itu. 

"Kau jomblo?" ulang Arnold, membuat Catherine terdiam. "Pria ini, sekalinya bertanya, bikin sakit hati saja!"

Cup, Cath mengecup pipi kiri

Cup, Cath mengecup pipi kanan

Cup, Cath mengecup kening pria di depannya

"Sekarang tidak jomblo lagi!" kedip Catherine menatap pria di depannya. Lalu menjulurkan lidahnya, mengejek Audrey.

Catherine merasakan pergerakan tangan menariknya lebih dekat, dengan pria tersebut. Saling menatap sesaat, sebelum Catherine merasakan bibirnya di kecup dalam pria yang baru saja di kenalnya. Ingin melawan tapi Catherine menikmatinya. 

"Aku hanya mengikuti permainanmu saja!" bisik Arnold tersenyum, lalu membersihkan bibir Catherine dengan ibu jarinya.

Catherine melepas rangkulan Arnold, tapi rangkulan pria tersebut malah semakin kuat. "Baru bertemu, kenapa senyaman ini," batin Arnold memandangi Catherine, melupakan gadis angkuh yang terisak menatap mereka. 

"Berapa usiamu?" tanya Arnold datar, lekat menatap Catherine. "Kenapa pertanyaan keduamu, semakin sensitif? Umur? Bukan bertanya nama dulu!" sungut Catherine, membuat Arnold tersenyum. 

"25 tahun, kenapa?" 

"First kiss?" tanya Arnold lagi, Catherine semakin kesal mendengarnya. 

"Tidak, kau pria kesekian yang aku cium. Ciuman sudah seperti olahraga bagiku, dimanapun aku berada, aku bisa mencium pria manapun yang aku mau!" Catherine berbohong, dia bahkan belum pernah memiliki kekasih. Catherine hanya merasa gengsi menjawab jujur pertanyaan pria tersebut.

 Arnold mendengar kalimat Catherine barusan, terkekeh, dan mencubit pipi Catherine gemas. 

"Pintar sekali kau berbohong," balas Arnold terkekeh. Catherine bahkan tidak tau cara membalasnya ciumannya barusan. 

"Siapa namamu?" Arnold tetap menahan Catherine dengan kedua tangannya. Posisi pangkuan seperti ini, membuatnya leluasa menatap wajah cantik Catherine. 

"Akhirnya ada juga pertanyaanmu yang benar ya!" jawab Catherine membuat Arnold tertawa kembali. Lucu sekali gadis ini!

"Linda" jawab Catherine berbohong. Tidak mungkin memberitahu namanya pada pria yang baru di kenalnya. 

"Arnold" 

"Lepaskan aku! Kasihan tuh, pacarmu, meraung disana!" tunjuk Catherine menggunakan dagunya.

"Tidak lagi, dia pilihan ibuku, bukan pilihan hatiku, dan sejak dia berani menyelingkuhiku beberapa bulan ini,kami end up! Entah bagaimana dia meracuni pikiran ibuku, sehingga ibuku sibuk menyiapkan pernikahan kami"

Audrey yang shock mendengarnya, ditatap tajam Arnold, agar jangan mendekatinya. Sedangkan Catherine berhasil lolos saat Arnold lengah.

"Stop!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status