Share

Waktu adalah Maut
Waktu adalah Maut
Author: Takasa

Bab 1

Author: Takasa
Charin Stafford mematahkan tiga tulang rusuk sendiri untuk bisa melarikan diri dari rumah sakit jiwa.

Hal pertama yang dilakukan Charin setelah melarikan diri adalah pergi menandatangani surat persetujuan donor organ.

"Bu Charin, kami berkewajiban memberitahumu kalau ini adalah donasi khusus. Jenazahmu akan digunakan sebagai bahan percobaan untuk reagen kimia korosif jenis baru. Nantinya, mungkin tubuhmu nggak akan tersisa, bahkan nggak satu tulang pun."

Charin menekan dadanya yang berdenyut sakit. Tulang rusuk yang patah membuat suaranya terdengar seperti mesin yang rusak.

Dia menarik sudut bibirnya dengan susah payah, menunjukkan senyuman yang terlihat lebih menyedihkan daripada tangisan. "Itulah yang aku inginkan."

Bagaimanapun juga, Charin tidak memiliki banyak waktu lagi untuk hidup. Lebih baik dia memberikan kontribusi untuk negara.

Di laporan pemeriksaan kesehatannya tertulis sebuah kata besar, sklerosis lateral amiotrofik. Penyakit ini lebih dikenal dengan nama ALS.

Charin termasuk salah satu yang cukup tidak beruntung. Komplikasi yang dia alami menyebabkan infeksi paru-paru. Paling lama dia hanya bisa hidup satu bulan lagi.

Petugas yang bertanggung jawab menatap Charin dengan tatapan yang dipenuhi simpati.

"Terima kasih atas kontribusimu untuk penelitian ilmiah. Kompensasi ini adalah sedikit ungkapan terima kasih kami. Mohon kamu terima."

Charin mengulurkan tangannya yang gemetar tanpa henti untuk menerimanya.

Kejang di tangan adalah efek samping dari terlalu banyak mengonsumsi obat neurologis. Charin tidak bisa mengontrolnya.

Uang ini rencananya akan Charin sumbangkan ke panti asuhan. Kemudian, dia akan pergi ke pemakaman untuk melihatnya sekali lagi, memenuhi keinginan hatinya. Baru setelah itu Charin bisa meninggal dengan tenang.

Dia berjalan terhuyung keluar, langsung melihat beberapa orang pria yang mengintainya di bawah pohon.

"Ketemu, dia di sini!"

"Dasar jalang, beraninya kamu kabur! Aku akan menyetrummu sampai mati saat pulang nanti!"

Wajah Charin memucat, dia langsung berbalik untuk lari.

Rongga dadanya dipenuhi rasa sakit yang menusuk dan bau amis darah. Seluruh tubuhnya bergetar ketakutan, sementara dia hanya bisa menundukkan kepala, lalu berlari masuk ke dalam gedung yang paling banyak penjaganya.

Gerakannya terlalu tergesa-gesa hingga Charin tanpa sengaja menabrak seseorang. Uang kertas di tangannya langsung berhamburan ke lantai.

Dada yang keras itu membuat Charin pusing dan matanya berkunang-kunang. Di tengah suara teriakan yang riuh, dia bisa dengan jelas mencium aroma dingin yang tidak asing.

Kemudian, suara rendah pria itu terdengar.

"Charin."

Itu adalah kalimat pernyataan yang dingin, langsung membuat Charin terpaku di tempatnya.

Setelah tidak bertemu selama lima tahun, Adrian Wiratama tampak lebih dewasa. Matanya yang tertunduk terlihat dingin dan mulia, membawa kesan menjaga jarak dengan semua orang. Hanya saja, dalam tatapannya pada Charin saat ini, ada kilat merendahkan dan kebencian yang sulit disembunyikan.

Charin merasa seakan jantungnya dicengkeram dengan keras, matanya pun terasa panas.

"Pak …. Pak Adrian!"

Ekspresi para pria yang mengejar Charin jelas menjadi panik setelah melihat Adrian.

Adrian menatap Charin dengan wajah dingin seperti es.

"Siapa yang mengizinkanmu kembali?" tanya pria itu.

Charin menundukkan kepala, tetapi tidak mengatakan apa pun. Benar, Adrian masih belum tahu bahwa anak keluarga kaya itu telah memasukkannya ke rumah sakit jiwa, menyiksanya selama lima tahun.

Pandangan Adrian menyapu para pria itu. Ketika mereka melihat uang kertas yang ada di lantai, mereka langsung tersadar, lalu berteriak dengan suara keras, "Pak Adrian, jalang kecil ini sudah mencuri uang kami!"

Adrian tertawa dingin. "Charin, apa kamu sudah menjadi begitu hina sekarang?"

Charin menekan tangannya yang kejang, tanpa sadar ingin menggelengkan kepala.

Bukan, bukan begitu .... Uang itu ....

"Adri."

Seorang wanita bertubuh anggun melangkah keluar, merangkul lengan Adrian dengan alami, lalu melihat Charin dengan tatapan terkejut. "Charin?"

Saat Charin melihat wanita di hadapannya, dia seolah terjatuh ke dalam jurang es.

Celine Adhita adalah orang yang dulu memimpin penindasan terhadapnya.

Pada waktu itu, karena tidak bisa menanggung pukulan dari kejadian yang menimpa orang tuanya, Charin gagal dalam ujian kelulusan, hingga membuatnya terpaksa masuk ke sekolah yang sangat buruk. Sejak saat itu, mimpi buruknya pun dimulai.

Buku-buku yang disobek, meja yang dipenuhi noda pewarna tidak jelas, seragam yang digunting hingga robek, serta pintu toilet yang dikunci dari luar ....

Charin pernah mengalami depresi karena semua ini. Celine adalah mimpi buruknya, orang yang paling dia takuti sekaligus paling dia benci.

Sampai Adrian yang tumbuh bersamanya mengetahui tentang penindasan itu.

Pria itu keluar dari sekolah unggulan, pindah sekolah ke sekolah Charin, lalu membalas semua orang yang menindasnya.

Baru setelah Celine dipaksa keluar sekolah, Charin akhirnya bisa bernapas lega.

Ketika efek samping penindasan itu menyerang Charin, Adrian-lah yang menemani di sisinya sambil berulang kali mengucapkan, "Aku di sini." Pria itu memegang tangannya, membawanya kembali ke bawah sinar matahari.

Sepuluh tahun lalu, mereka saling menyatakan perasaan, lalu berciuman untuk pertama kalinya. Delapan tahun lalu, mereka merasakan buah terlarang untuk pertama kali, saling menjalin cinta dengan penuh gairah. Enam tahun lalu, mereka menetapkan tanggal pernikahan, hampir akan hidup bersama selamanya. Lima tahun lalu, Charin membakar kakak perempuan Adrian hingga mati, membuat kedua kekasih itu menjadi musuh.

Sekarang, orang yang paling Charin cintai bersama dengan orang yang paling dia benci.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Waktu adalah Maut   Bab 25

    Saat video diputar, hal pertama yang dilihat Adrian adalah wajah Charin yang sudah tidak dapat dikenali.Air mata Adrian langsung mulai mengalir. Dia mengulurkan tangannya yang gemetar untuk menyentuh Charin, tetapi terhalang oleh layar.Tubuh Charin terbaring diam di dalam sebuah alat khusus. Kabut obat yang tidak dikenal menyembur ke sekujur tubuh Charin dan melelehkan tubuh wanita itu ....Daging dan darah Charin menguap tanpa jejak. Semacam ramuan ditaburkan dan tulang-belulang Charin mulai hancur sebelum perlahan-lahan berubah menjadi genangan air.Suhu yang tinggi menguapkan air itu dan tidak meninggalkan apa pun.Video pun berhenti dan layar menjadi hitam. Mata Adrian terlihat begitu merah."Dia benar-benar ... nggak meninggalkan apa pun untukku ...."Suara Adrian terdengar seperti tangisan sekaligus tawa, begitu gila dan panik. Sekretaris itu pun segera melangkah maju dan berkata, "Pak Adrian ....""Aku turut berduka cita," kata si pria berkacamata dengan lembut.Adrian mendong

  • Waktu adalah Maut   Bab 24

    Mulut Celine dan Charles disumpal, lalu mereka diikat di ranjang rumah sakit dengan alat pengekang. Sorot tatapan mereka tampak sangat takut dan marah, tetapi makin mereka melawan, makin erat ikatan itu.Sorot tatapan Adrian sama sekali tidak terlihat berbelas kasihan. Dia berjalan tertatih kembali ke kasurnya menggunakan kruknya, lalu berbaring dan berkata dengan dingin, "Setrum."Si sekretaris yang menyusul tampak ragu-ragu dan enggan."Jangan begini, Pak Adrian .... Pak Adrian juga masih terluka."Adrian hanya mengulang dengan dingin, "Setrum."Intimidasi dalam diam ini membuat si sekretaris bergidik ketakutan. Dia akhirnya menggertakkan gigi dan menyambungkan alat setrum.Saat tombol ditekan, ketiga orang yang berada di atas ranjang rumah sakit langsung mengejang dengan kompak.Rasa sakit yang luar biasa menjalar ke sekujur tubuh. Adrian menggertakkan giginya, tetapi tetap saja terdengar erangan kesakitannya.Sakit, sakit sekali ....Charin juga merasa kesakitan seperti ini waktu i

  • Waktu adalah Maut   Bab 23

    Bunyi alarm mesin pun berbunyi dengan kencang, para dokter dan perawat bergegas masuk."Kondisi pasien memburuk! Cepat berikan pertolongan pertama!""Cepatlah!"Sekretaris itu didorong keluar pintu dan hanya bisa menatap pintu kamar rawat dengan tidak berdaya.Tepat pada saat itu, Arya melangkah mendekat dan bertanya dengan tegas, "Ada apa ini?"Setelah mendengar laporan dari bawahannya, ekspresinya pun berubah menjadi dingin. "Apa-apaan wanita itu! Kok bisa orang seperti itu belum dapat karma!"Sekretaris itu berdiri di samping, lalu menarik napas dalam-dalam dan berbalik menatap Arya."Pak Arya, ada kisah lama yang berhasil kutemukan kebenarannya. Kuharap Pak Arya mau mendengarnya."Sekretaris itu kembali menceritakan apa sebenarnya terjadi waktu itu secara mendetail. Ekspresi berubah dari terkejut menjadi marah, lalu menjadi termangu ....Arya yang semula garang pun mendadak tampak seperti menua 12 tahun. Dia mulai membungkuk, matanya memerah."Mira .... Mira ...."Arya tiba-tiba me

  • Waktu adalah Maut   Bab 22

    "Pip … pip … pip …."Terdengar bunyi yang sangat kencang di telinga. Saat siuman kembali, sekujur tubuh Adrian terasa nyeri seolah-olah semua tulangnya patah.Ada bau darah dalam mulut Adrian, setiap tarikan napasnya disertai rasa sakit yang menusuk.Suara terputus-putus terdengar di telinganya."Apa tanda-tanda vital pasien hari ini normal?""Normal, tapi kenapa pasien belum bangun juga? Pasien sudah nggak sadar selama tiga hari tiga malam, dia sudah dibantu dengan segala peralatan terbaik.""Katanya pasien tertabrak mobil dan langsung dilarikan ke ICU. Dia beberapa kali kritis dan nyaris meninggal ....""Ya ampun, padahal pasien masih sangat muda. Kurasa kaki kirinya nggak bisa diselamatkan ...."Adrian membuka matanya dengan linglung dan refleks mengerang saat melihat cahaya putih menyilaukan di atas kepalanya.Perawat yang berbicara segera melangkah maju. "Pak Adrian! Pak Adrian sudah siuman!""Cepat panggil pihak keluarganya!"Pikiran Adrian yang kacau berangsur-angsur menjadi jer

  • Waktu adalah Maut   Bab 21

    Kepala Adrian mulai merasa berputar, tetapi gema di telinganya masih terdengar jelas."Rumah sakit itu adalah investasi pribadiku. Di dalam sana ada lebih banyak hal daripada yang dapat terbayangkan.""Awalnya, dia cukup patuh. Aku menyetrumnya, mencekik dan menyiksanya sedemikian rupa. Hihihi, bahkan orang paling tangguh sekalipun pada akhirnya berlutut dan memohon belas kasihan.""Dia ternyata diam-diam menyembunyikan ponselnya dan mencoba meminta bantuan, tapi aku memergokinya dan membuang ponselnya itu.""Lalu, aku mengikat wanita nakal itu ke atas kasur setiap hari. Aku menyetrumnya kalau dia membantah, mencekiknya kalau dia berbuat salah dan mencambuknya kalau aku lagi nggak suka melihatnya!""Kalau kamu menonton video saat dia berlutut di atas lantai dan menangis, kamu juga pasti akan merasa puas. Hahaha ....""Lalu, tebak deh. Aku memergokinya menato namamu di tubuhnya! Berani sekali jalang satu itu menginginimu! Coba lihat foto ini, keterlaluan sekali!"Ponsel dibuka dan sebua

  • Waktu adalah Maut   Bab 20

    Mata Adrian merah karena marah. Akan tetapi, saat ini dia tidak ingin memedulikan tubuh Celine yang sedang tergeletak di tanah.Adrian harus menemukan Charin! Dia harus menanyakan dengan jelas, sebenarnya apa yang sedang terjadi!Keyakinan yang sebelumnya tertanam kuat akhirnya menjadi goyah. Adrian sudah terlambat untuk menyadari semuanya.Charin yang dicintainya ternyata bukanlah wanita yang sekejam itu ....Tangan Adrian gemetar saat mengeluarkan ponselnya. Dia ingin mencari Charin, tetapi kemudian menyadari bahwa dia tidak bisa menghubungi wanita itu. Karena itu, Adrian segera menelepon sekretaris Charin."Pak Adrian? Ada yang bisa aku ....""Di mana Charin?"Mendengar Adrian hampir naik pitam, tubuh sekretaris itu langsung menegang. Kulit kepalanya terasa kesemutan. Kemudian dia menyahut dengan nada panik, "Aku juga nggak tahu!"Adrian menarik napas dalam-dalam, menyadari bahwa dirinya sudah terlalu cemas. Dia segera menjawab dengan suara berat, "Sekarang juga, kerahkan semua kone

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status