Share

Bab 2

Author: Takasa
"Pak Adrian, maaf sudah membuat wanita jalang ini mengganggumu. Kami akan segera membawanya pergi!"

Pria itu langsung maju selangkah, segera menarik rambut Charin dengan keras tanpa basa-basi, lalu menyeretnya ke belakang dengan kasar.

"Wanita jalang sialan! Kamu sudah mencuri uang, tapi masih ingin kabur. Sepertinya kamu sudah bosan hidup!"

Charin berteriak kesakitan, kulit kepalanya seolah akan tercabik.

Dia terhuyung hingga jatuh ke lantai, sementara lengannya terseret di lantai hingga meninggalkan bekas darah.

"Lepaskan aku! Itu uangku sendiri!" teriak Charin.

"Cih! Dengan penampilan miskinmu, bagaimana mungkin kamu memiliki uang sebanyak itu?" balas pria itu.

Charin masih ingin memberontak, tetapi pria itu tiba-tiba mengulurkan tangan untuk mencengkeram tengkuknya, lalu menekan dengan keras.

Seolah menyentuh suatu tombol, Charin langsung tidak bergerak. Seluruh tubuhnya gemetaran tanpa terkontrol, wajahnya langsung menjadi pucat pasi.

Ini adalah pertanda awal sebelum disengat listrik di rumah sakit jiwa. Charin sudah mengalami refleks kondisional berupa ketakutan.

Ketika melihat Charin sudah kembali jinak, pria itu menyeretnya sambil memaki, hendak melangkah pergi. Saat memikirkan harus kembali ke tempat itu lagi, air mata ketakutan menetes dari sudut mata Charin.

Mata Charin kosong dan mati rasa, seperti mayat hidup.

"Cukup! Apa pantas membuat keributan di Grup Wiratama seperti ini?"

Suara dingin terdengar. Pandangan dingin Adrian menyapu pria yang tampak kaku itu. Dia mengeluarkan sebuah kartu ATM dari sakunya, lalu melemparkannya dengan acuh tak acuh.

"Ambil uangnya, lalu pergi dari sini. Jangan membuat keributan di depan pintu perusahaanku lagi," ujar Adrian.

Pria itu langsung melepaskan tangannya, mengangguk sambil membungkuk untuk mengambil kartu, lalu kabur secepat kilat.

Pergelangan tangan Charin dicengkeram keras, lalu dia diseret paksa masuk ke dalam gedung perusahaan. Rasa sakit menghantam dadanya, kepalanya terasa pusing, sementara tubuhnya terempas ke dinding. Dari atas, aura berbahaya Adrian menekannya.

"Charin, setelah nggak bertemu selama bertahun-tahun, kamu ternyata hidup bagaikan hewan liar," ujar Adrian.

Jantung Charin seolah ditikam pisau, rasanya sangat sakit. Dia mendengar Adrian dengan penuh kebencian mengucapkan kata demi kata, "Ini adalah karma untukmu."

Ketika melihat sepasang mata yang penuh kebencian itu, Charin hampir ingin mengungkapkan kebenarannya tanpa memedulikan apa pun.

Namun, dia tahu bahwa dia tidak bisa.

Karena dia telah berjanji pada Mira untuk menjaga rahasia ini, membiarkan wanita itu pergi dengan bersih.

Lima tahun yang lalu, Charin dan Mira Wiratama sama-sama diculik. Untuk melindungi Charin, Mira diseret pergi oleh penculik dan diperkosa. Ketika Charin melihatnya lagi, kedua kakinya sudah patah, sementara wajahnya hancur karena disiksa.

Charin menyalakan api. Ketika dia menggendong Mira di punggungnya dan hampir berhasil melarikan diri, Mira menarik tangan Charin. Air mata mengalir deras di wajah yang penuh luka.

"Charin, kamu pergilah, hiduplah dengan baik .... Aku berharap aku akan selalu bersih di hadapan suami dan adikku," ujar Mira.

Mira mendorong Charin keluar, sementara dirinya sendiri jatuh ke dalam kobaran api.

Mira ingin tetap bersih, sementara Adrian yang merupakan putra kesayangan keluarganya yang juga harus tetap bersih. Charin yang sudah pernah berada di sarang penculik juga sudah tidak layak menjadi istrinya.

Cukup Charin saja yang kotor.

Jadi, ketika Adrian memeluknya dengan mata memerah, lalu berulang kali bertanya, "Charin, di mana Kak Mira? Kenapa Kakak nggak keluar?"

Charin tersenyum sambil menangis dengan deras.

"Kam Mira? Dia sudah mati. Penculik mengatakan kalau hanya satu yang boleh hidup di antara kami. Aku ingin hidup, jadi tentu saja dia harus mati," ujar Charin.

Charin tidak akan pernah melupakan sepasang mata Adrian saat itu yang penuh dengan kemarahan dan keputusasaan.

Suami Mira menampar Charin dengan keras, sementara Adrian mencengkeram bahunya dengan kuat, seolah ingin mencabiknya hidup-hidup.

"Charin, katakan yang sebenarnya! Katakan padaku kalau ini semua bohong!"

Namun, Charin hanya memberinya keheningan.

Keluarga Wiratama ingin agar Charin mati. Setelah mengurung diri di kamar selama tiga hari tiga malam, Adrian memberikan Charin tiket pesawat untuk pergi jauh ke luar negeri.

Pria itu mengucapkan kata demi kata dengan suara yang penuh kebencian tanpa batas, "Jangan muncul di hadapanku lagi selamanya."

Adrian menyuruh temannya, yang juga anak keluarga kaya, untuk mengantar Charin pergi. Hanya saja, Adrian tidak tahu bahwa temannya ini diam-diam mengurung Charin di rumah sakit jiwa selama lima tahun. Ini adalah untuk membantu Adrian membalas dendam.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Waktu adalah Maut   Bab 25

    Saat video diputar, hal pertama yang dilihat Adrian adalah wajah Charin yang sudah tidak dapat dikenali.Air mata Adrian langsung mulai mengalir. Dia mengulurkan tangannya yang gemetar untuk menyentuh Charin, tetapi terhalang oleh layar.Tubuh Charin terbaring diam di dalam sebuah alat khusus. Kabut obat yang tidak dikenal menyembur ke sekujur tubuh Charin dan melelehkan tubuh wanita itu ....Daging dan darah Charin menguap tanpa jejak. Semacam ramuan ditaburkan dan tulang-belulang Charin mulai hancur sebelum perlahan-lahan berubah menjadi genangan air.Suhu yang tinggi menguapkan air itu dan tidak meninggalkan apa pun.Video pun berhenti dan layar menjadi hitam. Mata Adrian terlihat begitu merah."Dia benar-benar ... nggak meninggalkan apa pun untukku ...."Suara Adrian terdengar seperti tangisan sekaligus tawa, begitu gila dan panik. Sekretaris itu pun segera melangkah maju dan berkata, "Pak Adrian ....""Aku turut berduka cita," kata si pria berkacamata dengan lembut.Adrian mendong

  • Waktu adalah Maut   Bab 24

    Mulut Celine dan Charles disumpal, lalu mereka diikat di ranjang rumah sakit dengan alat pengekang. Sorot tatapan mereka tampak sangat takut dan marah, tetapi makin mereka melawan, makin erat ikatan itu.Sorot tatapan Adrian sama sekali tidak terlihat berbelas kasihan. Dia berjalan tertatih kembali ke kasurnya menggunakan kruknya, lalu berbaring dan berkata dengan dingin, "Setrum."Si sekretaris yang menyusul tampak ragu-ragu dan enggan."Jangan begini, Pak Adrian .... Pak Adrian juga masih terluka."Adrian hanya mengulang dengan dingin, "Setrum."Intimidasi dalam diam ini membuat si sekretaris bergidik ketakutan. Dia akhirnya menggertakkan gigi dan menyambungkan alat setrum.Saat tombol ditekan, ketiga orang yang berada di atas ranjang rumah sakit langsung mengejang dengan kompak.Rasa sakit yang luar biasa menjalar ke sekujur tubuh. Adrian menggertakkan giginya, tetapi tetap saja terdengar erangan kesakitannya.Sakit, sakit sekali ....Charin juga merasa kesakitan seperti ini waktu i

  • Waktu adalah Maut   Bab 23

    Bunyi alarm mesin pun berbunyi dengan kencang, para dokter dan perawat bergegas masuk."Kondisi pasien memburuk! Cepat berikan pertolongan pertama!""Cepatlah!"Sekretaris itu didorong keluar pintu dan hanya bisa menatap pintu kamar rawat dengan tidak berdaya.Tepat pada saat itu, Arya melangkah mendekat dan bertanya dengan tegas, "Ada apa ini?"Setelah mendengar laporan dari bawahannya, ekspresinya pun berubah menjadi dingin. "Apa-apaan wanita itu! Kok bisa orang seperti itu belum dapat karma!"Sekretaris itu berdiri di samping, lalu menarik napas dalam-dalam dan berbalik menatap Arya."Pak Arya, ada kisah lama yang berhasil kutemukan kebenarannya. Kuharap Pak Arya mau mendengarnya."Sekretaris itu kembali menceritakan apa sebenarnya terjadi waktu itu secara mendetail. Ekspresi berubah dari terkejut menjadi marah, lalu menjadi termangu ....Arya yang semula garang pun mendadak tampak seperti menua 12 tahun. Dia mulai membungkuk, matanya memerah."Mira .... Mira ...."Arya tiba-tiba me

  • Waktu adalah Maut   Bab 22

    "Pip … pip … pip …."Terdengar bunyi yang sangat kencang di telinga. Saat siuman kembali, sekujur tubuh Adrian terasa nyeri seolah-olah semua tulangnya patah.Ada bau darah dalam mulut Adrian, setiap tarikan napasnya disertai rasa sakit yang menusuk.Suara terputus-putus terdengar di telinganya."Apa tanda-tanda vital pasien hari ini normal?""Normal, tapi kenapa pasien belum bangun juga? Pasien sudah nggak sadar selama tiga hari tiga malam, dia sudah dibantu dengan segala peralatan terbaik.""Katanya pasien tertabrak mobil dan langsung dilarikan ke ICU. Dia beberapa kali kritis dan nyaris meninggal ....""Ya ampun, padahal pasien masih sangat muda. Kurasa kaki kirinya nggak bisa diselamatkan ...."Adrian membuka matanya dengan linglung dan refleks mengerang saat melihat cahaya putih menyilaukan di atas kepalanya.Perawat yang berbicara segera melangkah maju. "Pak Adrian! Pak Adrian sudah siuman!""Cepat panggil pihak keluarganya!"Pikiran Adrian yang kacau berangsur-angsur menjadi jer

  • Waktu adalah Maut   Bab 21

    Kepala Adrian mulai merasa berputar, tetapi gema di telinganya masih terdengar jelas."Rumah sakit itu adalah investasi pribadiku. Di dalam sana ada lebih banyak hal daripada yang dapat terbayangkan.""Awalnya, dia cukup patuh. Aku menyetrumnya, mencekik dan menyiksanya sedemikian rupa. Hihihi, bahkan orang paling tangguh sekalipun pada akhirnya berlutut dan memohon belas kasihan.""Dia ternyata diam-diam menyembunyikan ponselnya dan mencoba meminta bantuan, tapi aku memergokinya dan membuang ponselnya itu.""Lalu, aku mengikat wanita nakal itu ke atas kasur setiap hari. Aku menyetrumnya kalau dia membantah, mencekiknya kalau dia berbuat salah dan mencambuknya kalau aku lagi nggak suka melihatnya!""Kalau kamu menonton video saat dia berlutut di atas lantai dan menangis, kamu juga pasti akan merasa puas. Hahaha ....""Lalu, tebak deh. Aku memergokinya menato namamu di tubuhnya! Berani sekali jalang satu itu menginginimu! Coba lihat foto ini, keterlaluan sekali!"Ponsel dibuka dan sebua

  • Waktu adalah Maut   Bab 20

    Mata Adrian merah karena marah. Akan tetapi, saat ini dia tidak ingin memedulikan tubuh Celine yang sedang tergeletak di tanah.Adrian harus menemukan Charin! Dia harus menanyakan dengan jelas, sebenarnya apa yang sedang terjadi!Keyakinan yang sebelumnya tertanam kuat akhirnya menjadi goyah. Adrian sudah terlambat untuk menyadari semuanya.Charin yang dicintainya ternyata bukanlah wanita yang sekejam itu ....Tangan Adrian gemetar saat mengeluarkan ponselnya. Dia ingin mencari Charin, tetapi kemudian menyadari bahwa dia tidak bisa menghubungi wanita itu. Karena itu, Adrian segera menelepon sekretaris Charin."Pak Adrian? Ada yang bisa aku ....""Di mana Charin?"Mendengar Adrian hampir naik pitam, tubuh sekretaris itu langsung menegang. Kulit kepalanya terasa kesemutan. Kemudian dia menyahut dengan nada panik, "Aku juga nggak tahu!"Adrian menarik napas dalam-dalam, menyadari bahwa dirinya sudah terlalu cemas. Dia segera menjawab dengan suara berat, "Sekarang juga, kerahkan semua kone

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status