Beranda / Rumah Tangga / Wanita Barbar Sang Ustaz / 06. Tawaran Kyai Mustafa

Share

06. Tawaran Kyai Mustafa

Penulis: Novian_Wu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-26 11:05:15

Kyai Mustafa menatap wanita berhijab di depannya, hijabnya memang bukan hijab syar'i, namun dalam hati pria tua itu benar-benar bersyukur dengan apa yang ia lihat di hadapannya.

"Kamu kesini sendirian?" tanya kyai Mustafa pada putrinya.

"Iya pak. Nur mau mengatakan sesuatu." katanya.

Kyai Mustafa menatap putrinya lekat-lekat.

"Ada apa? katakanlah, bapak akan lakukan apapun untuk membantumu."

Aynur menunduk, berfikir sejenak apakah dia benar-benar harus mengutarakan keinginannya.

"Nur mau nikah pak." katanya setelah beberapa detik terdiam. Mendengar itu kyai Mustafa tersenyum senang.

"Alhamdulillah.... " katanya. Sudah bertahun-tahun ia menginginkan kata kata itu keluar dari mulut putrinya.

"Jadi Bobby sudah yakin mau nglamar kamu? bapak tidak keberatan asal dia bisa berkomitmen untuk menjadi imam yang baik untuk kamu Nur. Meskipun bapak berharap kamu bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Bobby, tapi kalau kamu sudah mantap dengan pilihan kamu, maka bapak hanya bisa mendoakan yang terbaik." jelas kyai Mustafa.

Aynur terharu mendengar perkataan ayahnya, seandainya Bobby gentle melamarnya langsung pada orang tuanya, tentu Aynur tak perlu melakukan sandiwara ini. Dia tak menyangka Bobby terlalu takut dalam mengambil keputusan, Aynur paham betul dengan sifat keekasihnya itu, selalu ragu dan mudah goyah dalam menentukan sesuatu. Kali ini Aynur benar-benar kecewa dengan sikap Bobby.

Ditambah lagi kebencian ibu Bobby pada Aynur. Bu Sofi tega menganggap Aynur seperti virus yang membuat Bobby tumbuh tak sesuai dengan apa yang diharapkan orangtuanya. Jika saja mereka tahu Aynurlah yang selama ini membantu Bobby sedikit demi sedikit belajar mandiri dan tidak menjadi anak manja, tentu mereka tak akan mengatakan hal-hal buruk pada Aynur.

"Mengapa diam? Kapan Bobby akan melamarmu kesini?' tanya kyai Mustafa saat melihat Aynur masih menunduk terdiam.

"Nur ingin menikah dengan ustaz Ihsan pak." kata Nur lirih namun jelas terdengar oleh kyai Mustafa. Seketika kyai Mustafa terdiam, dia tentu saja senang mendengar bahwa Ihsan lah yang diinginkan Aynur, bukan Bobby. Namun di sisi lain, dirinya tahu betul bahwa Ihsan tidak benar-benar serius dengan kata-katanya beberapa waktu lalu. Pria paruh baya itu pun mengetahui bahwa Ihsan sudah memiliki calon istri di kampung halamannya.

"Apa bapak bisa membantu Nur untuk meyakinkan ustaz Ihsan agar mau menikahi Nur?" pinta Aynur pada ayahnya. Meskipun Aynur tahu hal ini mustahil, tapi dirinya sudah terlanjur bersumpah akan membuat keluarga Bobby menyesal mengatakan hal-hal buruk tentangnya. Aynur akan melakukan apapun untuk membuat dirinya dipersunting oleh Ihsan.

"Mengapa tiba-tiba kamu menginginkan ustaz Ihsan?" tanya kyai Mustafa penasaran.

"Nur pengen hijrah pak, Nur lelah dengan kehidupan Nur selama ini. Setelah melihat ustaz Ihsan, hati Nur merasa nyaman dan yakin dia adalah pria yang bisa membantu Nur menemukan jalan terang untuk kembali seperti dulu." jawab Aynur berbohong. Sekilas ia melihat raut muka haru ayahnya. Aynur yakin jika hijrah adalah alasan paling meyakinkan dan masuk akal agar rencananya disetujui sang ayah.

Kyai Mustafa menghela nafas.

"Bapak sangat senang mendengar ini. Tapi bapak tak bisa menjanjikan apakah ustaz Ihsan mau menjadikan kamu sebagai istrinya. Kemarin bapak sudah ceritakan semua kalau ustaz Ihsan tak sungguh-sungguh dengan kata-katanya waktu itu." Kyai Mustafa berhenti sejenak.

"Hari ini ustaz Ihsan kembali ke Jakarta, katakanlah apa yang menjadi keinginanmu. Tapi kau tidak bisa memaksanya untuk menerimamu Nur. Biarkan ustaz Ihsan sendiri yang menentukan pilihannya." lanjut kyai Mustafa. Aynur sedikit kecewa mendengar perkataan ayahnya.

Apa mungkin dia sudah punya calon istri? tapi mana mungkin dia berani berkata akan melamar gue kalau sudah punya kekasih di kampung. Gue gak boleh nyerah, sebelum janur kuning melengkung, gue akan berusaha meyakinkan Ihsan. Batin Aynur.

"Baik pak, jika ustaz Ihsan sudah kembali, bapak bisa menghubungi Nur, Nur akan mengatakan padanya apa yang Nur inginkan." Aynur berdiri dari duduknya lalu mencium tangan ayahnya.

"Nur mohon diri pak ..."

"Ya, bapak akan mengabarimu. Hati-hati Nur." Pesan kyai Mustafa sambil mengelus kepala putrinya itu. Aynur mengangguk dan berjalan keluar dari ruangan ayahnya.

Aynur harus memutar otak memikirkan rencana kedua untuk berjaga jaga bila rencana awalnya tidak berjalan mulus. Ketika ia berjalan dengan langkah gontai melewati taman di depan ruang pimpinan, di depannya berjalan seorang pria yang tampak lesu, Aynur mengenalnya. Dia adalah Ihsan.

Ihsan berjalan menuju ruang kerja ayahnya, Aynur sudah tersenyum ramah dan melambaikan tangan ketika pria itu melintas di sampingnya. Namun Ihsan mengacuhkannya, dia bahkan tidak menoleh ataupun sekedar melirik pada Aynur, Ihsan terus saja melangkah seakan tak ada seseorang di dekatnya.

"Gila!! apa dia ga liat gue?? atau... gue sengaja dicuekin??!" gumam Aynur tak percaya.

Aynur menoleh ke arah Ihsan yang kini mengetuk pintu dan beberapa detik kemudian masuk ke ruang kerja ayahnya. Aynur terpaku.

"Kira-kira apa yang mereka bicarakan?" gumam Aynur penasaran. Tanpa sadar dia berjalan kembali ke ruang kerja ayahnya, Aynur mendekatkan telinga ke pintu, mencoba mencuri dengar pembicaraan Ihsan dan ayahnya dari luar.

Aynur mendengar lirih pembicaraan Ihsan tentang urusan-urusan di kampung, lalu cerita tentang ibunya Ihsan yang sakit. Aynur tersadar akan perbuatannya yang salah, tak seharusnya dia menguping pembicaraan orang lain. Ia bergegas pergi dari pintu namun kembali terhenti ketika mendengar kata-kata Ihsan.

"Pak Kyai.. Apakah tawaran pak kyai masih berlaku?" tanyanya.

Aynur kembali mendekatkan telinganya di pintu.

'tawaran?' tanya Aynur dalam hati.

"Maksud ustaz?" tanya kyai Mustafa terdengar bingung.

"Tawaran untuk menjadikan saya menantu pak kyai." jawab Ihsan.

Deg!!

Seketika jantung Aynur seakan berhenti berdetak. Ia tak percaya dengan apa yang ia dengar.

Menjadi menantu ayahnya? Bukankah maksudnya menjadi suami untuk aynur?

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Barbar Sang Ustaz   33. Kacang vs Kuker

    "Saya yakin pemiliknya adalah si gadis kota itu Boss!" ujar Santoso, pria bertubuh besar itu menyeringai sangat yakin dengan ucapannya.Rahmat manggut-manggut mendengar ucapan anak buahnya, asap cerutu kembali membumbung tinggi ke udara."Tapi untuk apa dia masuk terlalu jauh ke area kita? bagaimana kira-kira aku bisa membuktikan bahwa dia pemilik sandal itu." Rahmat mengerutkan dahi."Saya akan menyelidikinya boss, beri perintah pada kami!" Santoso tampak berapi-api. Rahmat menghela nafas."Untuk saat ini fokuslah pada tugas awal kalian. Cari informasi tentang pria di dalam foto itu! untuk masalah ini, biar aku selesaikan sendiri." Rahmat tersenyum getir menatap beberapa lembar foto, salah satunya memperlihatkan sepasang muda mudi sedang berpelukan mesra di sebuah bar."Siap Boss!!" Santoso berlalu dari ruang kerja tuannya, berganti Aisyah yang masuk menemui sang ayah."Abi memanggilku? ada apa?" tanya Aisyah lirih.Rahmat segera memasukkan foto-foto yang berjejer di meja ke dalam la

  • Wanita Barbar Sang Ustaz   32. Di Bawah Gubuk Bambu

    Aynur tersenyum menyadari dirinya yang kini berada di punggung Ihsan. Ia tak menolak perintah Ihsan karena kakinya memang terasa sakit setelah berlarian bertelanjang kaki menghindari kejaran bodyguard Rahmat. Aynur merasa lega melihat sikap Ihsan yang jauh berbeda tak seperti semalam, meskipun sejujurnya ada perasaan tak enak di hati Aynur karena sejak tadi pakaian kotor dan kakinya yang penuh tanah berkali kali mengenai bagian tubuh Ihsan.Beberapa saat kemudian terdengar suara dari perut Aynur. Ihsan tersenyum geli menyadari tangan Aynur yang mencoba menekan perutnya agar tidak berbunyi."Kita istirahat dulu setelah menyeberangi jembatan." ucapnya datar. Ternyata mereka telah tiba di jembatan bambu yang Aynur lewati sebelumnya."Mas, turunkan aku disini. Aku lebih nyaman berjalan sendiri..." pinta Aynur lirih.Ihsan menuruti permintaan Aynur, ia menurunkan Aynur lalu menggandeng tangannya melewati lantai bambu yang berderit setiap ada kaki yang menginjaknya'Gue suka sikap Lo yang s

  • Wanita Barbar Sang Ustaz   31. Percakapan Rahasia

    Kriyet... Kriyet...Aynur akhirnya berhasil melewati jembatan bambu, ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan sehingga merasakan kelegaan luar biasa di dadanya. Ia menoleh ke belakang, Nissa sudah tak nampak lagi disana.Aynur mengeluarkan ponsel dari kantong rok yang ia kenakan, masih belum terlihat garis-garis sinyal disana. Ia lantas melihat jam di layar handphone yang sudah menunjukkan angka 10.50, ia segera bergegas menyusuri jalan setapak yang tampak sempit karena tertutup batang jagung setinggi 1 meter di kanan kirinya. Kini hanya terdengar suara-suara alam yang meneduhkan, kicauan burung dan hembusan angin membuat nyaman hati siapapun yang mendengarnya. Beberapa meter di depannya Aynur melihat beberapa orang tampak sedang memetik buah jagung. "Mbak, ngirim bekal buat bapaknya, ya?" sapa salah satu ibu-ibu dengan ramah. Aynur membalasnya dengan senyuman."Iya buk, panenannya bagus ya..."Aynur merasa tak ada salahnya sedikit berbasa basi dengan warga kampung, ia

  • Wanita Barbar Sang Ustaz   30. Tersesat

    Aynur terbangun oleh suara adzan yang terdengar begitu merdu, suara yang mendayu dan penuh penghayatan sehingga membuat teduh hati setiap orang yang mendengarnya.Subhanallah... sudah lama aku tak mendengar suara seindah ini..Aynur duduk dan melihat sofa dengan bantal dan selimut yang sudah terlipat rapi di atasnya. Ya, semalam setelah pertengkaran kecil terjadi, Ihsan lantas mengambil bantal dan selimut untuk dibawa tidur di sofa. Hati Aynur terasa perih mengingat ucapan Ihsan semalam. Ia meraih ponselnya, mencari cari jadwal keberangkatan pesawat paling pagi hari ini. Jika pemilik rumah sudah tidak menginginkannya, mana mungkin dia tetap bersikukuh berada di rumah itu, ia harus pulang kembali ke Jakarta pagi ini.Aynur memilih jam penerbangan pertama, pukul 7.30 pagi, toh tak ada yang perlu dikemasi, bahkan semua barang-barangnya belum keluar dari koper. Aynur mendengus menyesali kedatangannya ke rumah Ihsan.Tau begini mending gue nganterin Bobby!! gerutunya. Baru saja ia memili

  • Wanita Barbar Sang Ustaz   29. Sebuah Lelucon?

    Flashback On :Jakarta ( Beberapa jam sebelum Aynur menyusul Ihsan ke Solo)Aynur tidur telentang dengan satu lengan berada di atas kedua matanya yang tertutup, otaknya sedang bergelut memilih antara mengikuti Ihsan atau mengantar Bobby."She!! gimana? belum dapet solusi juga?" Aynur masuk membawa camilan dan dua gelas jus jeruk segar."Gue bingung Va, gue pengen nemenin Ihsan, tapi gue ga mungkin ga nganterin Bobby." Aynur menghela nafasnya sebelum akhirnya duduk sambil memakan camilan yang disiapkan Ziva."Menurut Lo gue harus gimana?"Ziva menaikkan bibir bawahnya dengan dahi berkerut seolah sedang berfikir keras."Gue juga bingung sih, tapi coba Lo pikir deh! misal lo nganterin Bobby, oke Bobby tentu seneng. Namun Lo harus siap dengan segala konsekuensinya. Pertama Lo pasti sulit dapet maaf dari Ihsan, kedua keluarga Ihsan bakalan kecewa sama Lo, ketiga rencana awal pernikahan Lo kemungkinan besar bakal gagal karena Ihsan ga mau nerusin kontrak." Ziva berhenti sejenak lalu kembal

  • Wanita Barbar Sang Ustaz   28. Qori'ah

    Ihsan menatap Aynur yang duduk beberapa meter di depannya. Wajahnya terliha menegang. Nissa yang duduk di sampingnya menggenggam tangan Aynur seolah memberi semangat.Apa yang harus aku lakukan? pak Rahmat tak mungkin melepaskan Aynur begitu saja.Ihsan bangkit mendekat pada Rahmat."Maaf pak, istri saya sedang berhalangan saat ini. Tidak mungkin dia membuka kitab," ucapnya lirih.Rahmat menyeringai."Mengapa harus membuka kitab? bukankah dia seorang qiroah? tak sulit baginya memilih salah satu surat diantara 114 surat yang ada di dalam Al-Qur'an. Lagipula tadi sudah saya sampaikan, kalau surat lain terlalu berat baginya, Al Ikhlas pun tak masalah," jelas Rahmat dengan suara lantang. Ihsan menghela nafasnya, Rahmat memang sengaja mempermalukan istrinya. Bisa bisanya ayah Aisyah menyebut Aynur seorang qariah, padahal selama ini untuk menertibkannya membaca iqra' saja sulitnya bukan main. Ihsan kembali terduduk dengan lemas, ia tak tahu harus membantu dengan cara apa.Niat Ihsan memban

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status