Kakek Edward, kakek Reyfaldi yang sudah berumur 72 tahun itu selalu menanyakan kapan Reyfaldi akan menikah. Ia sangat ingin sekali melihat cucu satu-satunya itu menikah. "Minggu depan, saya akan kenalkan kamu pada kakek!" "Hah? Tapi, aku belum langsing! Bagaimana jika kakekmu tidak percaya kalau aku ini calon istrimu?" "Dia pasti akan percaya!" "Mana mungkin pria tampan, gagah dan kaya sepertimu mendapatkan perempuan jelek dan gendut sepertiku? Bahkan, suamiku saja mengatakan kalau aku ini jelek, gendut dan membosankan!" Mendengar itu, wajah pria tampan itu sedikit memerah menahan malu. Pasalnya, baru kali ini ada seorang wanita yang secara terang-terangan memujinya. Ia tertunduk lalu tersenyum. "Kenapa malah senyam senyum sendiri?" Pria itu pun mendongak dan melemparkan senyum manisnya pada Sofia. Lalu, mengalihkan pandangan matanya sembarang, seperti salah tingkah. Sofia yang tidak menyadari kata-katanya, merasa bingung dengan sikap Reyfaldi. Apa aku salah bicara?"Tadi kamu
Sofia ingin segera mandi. Namun, Reyfaldi tak kunjung tiba membawakan pakaian gantinya. Ditengah rasa bosanya menunggu Reyfaldi, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Terlihat nama ORANG ANEH di layar ponselnya. "Hallo, Sayang!" sapa suara bariton yang sudah tidak asing lagi di telinganya terdengar dengan sangat jelas."Sayang?" Mendengar itu, degup jantungnya seakan terhenti sejenak dan serasa mau copot. "Saya sedang berada di rumah kakek, beliau ingin berbicara denganmu, Sayang!" ucap pria di sebrang sana. "Oh, boleh.. boleh..!" sahut Sofia dengan sedikit panik. "Hallo, Sofia..." sapa suara bernada berat itu."Hallo, kakek. Bagaimana kabarnya?" "Kabar kakek baik! Malam minggu ini, kakek mengundangmu untuk makan malam dirumah kakek. Kakek tunggu ya!" "Baik kek, dengan senang hati!" "Hallo, Sayang. Tunggu ya, sebentar lagi saya akan segera menemuimu!" tutur Reyfaldi diiringi dengan mengakhiri sambungan teleponya. Wanita gendut itu menatap ponselnya sesaat. "Sayang?" Rasanya sepe
"Karena, kamu adalah...""Adalah apa?" tatap Sofia dengan penasaran. Pria itu tak menjawab. Ia melengos pergi melewati tubuh Sofia yang sedaritadi berdiri di ambang pintu. "Dasar pria aneh!" gumam wanita itu dengan kesal. Sofia menutup pelan pintu ruang kerja Reyfaldi. Ia yang setiap hari terbiasa melakukan kesibukan, merasa bosan karena sudah sedari pagi hanya berdiam diri dirumah besar itu. Lagi-lagi ia berjalan masuk ke dalam kamarnya. "Daripada hanya berdiam diri, lebih baik aku merapihkan pakaianku." gumamnya sembari membuka kopernya mengeluarkan pakaianya satu persatu. Ia melipat ulang satu persatu pakaian yang tercecer. Wanita gendut itu sangat menyukai kebersihan dan kerapihan. Tempat yang kotor dan berantakan akan membuatnya risih dan tidak nyaman. Sudah merupakan kebiasaanya setiap hari sebelum pergi bekerja, ia akan merapihkan apartemenya terlebih dahulu.Namun, dirumah mewah milik Reyfaldi, semua sudah dikerjakan oleh asisten rumah tangganya. Sehingga, tidak ada aktivi
"Maaf!" Wanita gendut itu segera menarik dirinya dan duduk di atas aspal menepukan kedua telapak tanganya yang kotor terkena tanah."Kamu tidak kenapa-kenapa, kan?" tanya pria itu dengan raut khawatir. Sofia menggelengkan kepalanya. "Kamu?" Tiba-tiba manik wanita itu menangkap luka kecil yang ada di sikut Reyfaldi. "Ya, ampun! Sikutmu berdarah." Reyfaldi yang tak menyadari jika dirinya terluka, seketika menoleh ke arah wanita itu menatap. "Oh, hanya luka kecil!" Wanita itu pun berdiri, "Sebaiknya kita pulang saja!" ajak Sofia sembari mengulurkan tanganya membantu Reyfaldi untuk menegakan tubuhnya. Namun, bukanya terangkat. Wanita itu malah ikut terjatuh ketika Reyfaldi bertumpu pada tanganya. Lagi, wanita gendut itu menindih tubuh Reyfaldi. Ia melihat, sorot mata yang begitu tajam namun memukau. Manik berwarna kecokelatan dan bibir lembab pink alami yang kini berada dibawah wajahnya dengan jarak yang sangat dekat. Bahkan, wanita gendut itu bisa merasakan hembusan nafas pria tam
"Gila! Apa yang sudah saya lakukan?!" diikuti dengan tamparan kecil yang mendarat di pipinya oleh tanganya sendiri. Wanita gendut itu berjalan ke arah dapur, jantungnya berdegup sangat kencang seolah siap melompat dari tempatnya. "Sebenarnya, apa yang akan dilakukanya? Sepertinya ia sudah gila!" monolognya dalam hati. "Mbok! Tolong simpan ini!" titah Sofia menyodorkan kotak P3K yang ia jinjing ketika melihat Mbok Nah di dapur. Wanita gendut itu kemudian masuk kedalam kamarnya. lalu, masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan kembali tubuhnya selepas berjogging untuk menghilangkan keringat yang terasa begitu lengket di tubuhnya. Di dalam bathub yang terisi air hangat itu, ia melamun membayangkan apa yang baru saja terjadi. Mulai dari terjatuh hinga-?"Benarkah tadi ia akan menciumku? Mengapa ia melakukanya? Apakah semua laki-laki memang begitu? Melakukanya tanpa ada perasaan apa-apa! Atau... Apakah ia menaruh hati padaku?" monolognya."Aargh... Tidak mungkin! Mana mungkin pria
"Akta cerai?" wanita itu tertegun sejenak. Sebelumnya, ia tak pernah membayangkan jika rumah tangga yang sudah ia bina selama lima tahun akhirnya kandas di tangan pelakor sialan itu. "Lihat saja nanti, saya akan buat kamu merasakan apa yang saya rasakan. Bahkan, lebih sakit dari apa yang saya rasakan! Dasar jalang!" monolognya dalam hati dengan tatapan penuh dendam. "Hey! Malah melamun sembari melotot. Memangnya kamu sedang membayangkan apa?" tanya pria tampan itu membuyarkan lamunannya. "Aku sangat ingin membalaskan dendamku pada si jalang dan si peselingkuh itu!" ucapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Pria itu tersenyum getir. "Saya berjanji. Saya akan membantumu mengahncurkan mereka!" "Sebaiknya, sekarang kamu beristirahat, besok pagi saya akan mengantarmu pergi bekerja!" ucapnya lagi. Malam itu, Sofia masuk ke dalam kamarnya. Di atas kasur empuk ala hotel bintang lima itu, ia merebahkan tubuhnya. Ia menatap langit-langit kamarnya sembari melamunkan apa yang telah ter
Mobil sport hitam milik Reyfaldi menjadi pusat perhatian semua karyawan yang melintasi area itu. "Hai... !" sapa Sofia setelah ia membukakan pintu mobil Reyfaldi. Pria tampan itu terlihat menundukan wajahnya dan mengenakan topi hitam andalanya. Ia menoleh pelan ke arah wanita itu. "Cepat masuk!" titah pria itu dengan gelisah."Orang-orang itu terus melihat ke mobil saya!" ucapnya lagi. "Loh, memangnya kenapa? Mungkin mereka kagum karena tak biasanya ada mobil mewah terparkir disini!" "Tapi, saya tidak suka jika menjadi pusat perhatian!" Reyfaldi mengemudikan mobilnya menjauh dari tempat itu. Setelah jarak mobil sudah cukup jauh, pria tampan itu segera melepas topinya. "Akta perceraianmu ada di kursi belakang" ucap pria tampan itu. "Oyah?" Wanita gendut itu kemudian meraih map berwarna merah yang tergeletak di atas kursi belakang mobil. Kemudian, membukanya secara perlahan. Ia memandangi akta itu seraya termenung. "Akta cerai? Lima tahun mengarungi bahtera rumah tangga dan ber
"Tidak! Aku tidak boleh melakukanya!" batin pria tampan itu. Refaldi menjauhkan wajahnya dan melepaskan tangkupan tanganya yang menempel di pipi wanita gendut itu. "Sebaiknya kita pulang!" ajak pria tampan itu sembari menyalakan mesin mobilnya.Wanita itu tak menjawabnya, ia hanya bersandar pada sandaran kursi mobil sembari menatap kaca di sebelahnya. "Aku ingin segera langsing dan menikah denganmu! Aku sudah tidak sabar ingin membalaskan dendamku pada mereka!" ucap wanita gendut itu. Mendengar itu, Reyfaldi hanya diam membatu. Ia melajukan mobilnya membelah kemacetan kota Jakarta. "Sekarang kita mau kemana? Makan? Belanja? Atau membeli ponsel baru?" hibur Reyfaldi. "Aku ingin pulang!" ucapnya dengan wajah lesu. Pria itu menoleh sekilas ke arah wanita itu, "Baiklah!" Malam itu, tak banyak kata yang terlontar dari bibir wanita itu. Ia hanya diam membisu menikmati kegalauanya. Bukan karena ketidakikhlasan yang ia rasakan. Namun, ia menyesali kebodohanya selama ini. Ia bersedih ka