Share

Kakak Tercinta

Malam Hari

Cecilia memegang tangan Irene di sampingnya dengan erat, pandangannya terus menyusuri tempat yang baru saja mereka masuki saat ini.

The Luxurious Bar

Bar kelas atas yang baru pertama kali Cecilia kunjungi seumur hidup!

"I-irene, apa kamu yakin kita diperbolehkan masuk kemari?" tanya Cecilia dengan sedikit takut.

Ya, bagaimana tidak takut, bar yang mereka kunjungi ini adalah bar yang hanya bisa diakses oleh kalangan atas. Sedangkan dirinya seperti yang diketahui hanyalah seorang anak haram yang tidak diakui!

Tapi bukan itu poin utamanya, yang jadi masalahnya adalah mereka baru 18 tahun!

Bukankah ini ilegal?

"Tenang saja, untuk masalah uang aku yang akan membayarnya. Lagipula kita sudah 18 tahun, sudah masuk umur legal!" Irene merangkul bahu Cecilia dengan semangat seolah ia tahu apa yang ada di benak Cecilia.

"Jadi mari kita bersenang-senang hari ini!" lanjutnya dengan api yang membara.

Cecilia terdiam seribu bahasa. Entah mengapa saat ini ia menyesali ucapannya yang menyetujui ide gila Irene ini.

Memang sejak awal Iren belum mengatakan sama sekali tempat apa yang akan mereka kunjungi, tapi Cecilia sangat tidak menyangka jika tempat yang ia maksud adalah sebuah bar.

Dengan langkah yang terpaksa karena ditarik Irene, Cecilia pun ikut memasuki bar itu semakin dalam dan bercampur dengan lautan manusia yang mencari kesenangan.

'Ya sudahlah, mumpung sudah masuk lebih baik aku menikmati malam ini!' ucap Cecilia dalam hati sambil berjalan bergabung dengan lautan manusia itu.

Untuk sesaat, Cecilia pun terhanyut dalam alunan musik yang dimainkan oleh DJ diatas sana. Menari diiringi dengan musik memang adalah jalan terbaik untuk mendapatkan energi baru yang segar.

Setelah dirasa lelah, Cecilia pun memutuskan untuk kembali menepi untuk memesan segelas minuman dan beristirahat.

Sembari menunggu minuman yang ia pesan, Cecilia pun menolehkan pandangannya pada Irene yang masih asyik berjoget di tengah sana.

"Dia memang sangat bebas, ya!" gumam Cecilia dengan senyum kecilnya.

Jika boleh jujur, Cecilia sebenarnya iri dengan Irene yang seperti itu. Bebas, ceria, dan seolah tanpa beban menjalani hari.

Entah kapan Cecilia merasakan perasaan seperti itu.

"Hoo… lihat siapa ini? Cecilia Van, tumben sekali aku melihatmu ditempat seperti ini!" ucap suara pria yang tak asing dari arah samping.

Cecilia menolehkan kepalanya pada sumber suara, dan benar saja itu adalah pria yang ia kenal.

Odrey Van Persie, kakak tiri Cecilia yang tercinta!

Sangking cintanya Cecilia pada Odrey hingga ia ingin menendangnya jauh setiap kali mereka bertemu.

"Bukan urusanmu," balas Cecilia ketus dan tak acuh.

Odrey yang mendapat balasan seperti itu pun hanya tersenyum kecil.

"Yo, kamu tidak usah marah-marah. Itu tidak cocok dengan wajah cantikmu," balas Odrey sambil duduk di sebelah bangku Cecilia.

Mendengar kata-kata memuakkan itu, Cecilia pun hanya terdiam dengan tanpa ada niatan untuk membalas.

"Pura-pura jual mahal, heh?" cibir pria itu dengan senyum miringnya.

Namun lagi-lagi Cecilia tidak menggubris ucapan Odrey, menurutnya pria di sampingnya ini tidak akan ada habisnya jika dibalas terus menerus. Jadi lebih baik biarkan saja.

"Aku tebak kamu bisa kemari karena hasil mengemis pada Irene temanmu itu, ya?"

Cecilia meremas gelas minuman di tangannya dengan cukup erat ketika mendengar ucapan itu. Ingin rasanya ia menampar dan memelintir mulut Odrey, tapi Cecilia harus berusaha

menahannya.

Odrey yang kembali tidak mendapatkan balasan pun kini semakin menampakkan senyum jahatnya.

"Oh, lihat itu temanmu memanggil!" ucap Odrey sambil menunjuk ke arah kerumunan orang yang tengah menari.

Mendapati ucapan itu, seketika Cecilia pun menolehkan kepalanya melihat ke arah Irene berada. Namun setelah diperhatikan, tidak ada sama sekali gerakan jika Irene manggilnya. Menyadari jika dirinya telah ditipu, Cecilia pun langsung menatap Odrey dengan mata tajam.

"Ups, aku mungkin salah lihat orang!" ujar Odrey dengan tanpa rasa bersalah.

Melihat balasan Odrey yang seperti itu, Cecilia benar-benar tidak tahan. Dengan cepat ia menegak habis minuman pesanannya lalu kemudian menatap Odrey.

"Berhentilah menggangguku!" ucap Cecilia sambil menggebrak sedikit keras meja bar.

Setelah mengatakan itu, Cecilia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan kakak tercintanya itu.

"Hei, Odrey! Wanita itu cukup cantik, apa kamu mengenalnya? Boleh aku pakai tidak?" ucap seorang pria lain dari arah samping Odrey.

Odrey tersenyum dengan licik sambil membuang kertas kecil di tangannya ke sembarang arah.

"Aku mengenalnya atau tidak itu bukan masalah, pakai saja semaumu!" balas Odrey santai. Mendapat balasan seperti itu, pria itu pun langsung mengerti dan segera menyusul ke tempat Cecilia pergi.

Melihat kepergian pria itu, Odrey pun hanya tersenyum kecil.

“Suruh siapa kau jual mahal padaku,” Odrey menegak minuman miliknya dengan senyum lebar. “Selamat menikmati malam yang panas, adikku!” lanjutnya sambil beranjak pergi dari bar untuk kemudian bergabung pada Wanita-wanita cantik di bar ini.

Cecilia berjalan terus menjauh dari hingar-bingar bar ini, berniat untuk mencari udara yang lebih segar.

Namun entah mengapa semakin ia melangkah jauh Cecilia semakin merasa kepalanya berputar dan hawa panas pun mulai menjalar di sekujur tubuhnya.

“Kurasa tadi aku tidak memesan minuman dengan kadar alkohol tinggi, tapi mengapa aku merasa sangat pusing?” gumam Cecilia sambil menyentuh dinding disampingnya.

Cecilia meraba leher putih miliknya dengan halus dan seketika ia pun merasa gelenyar aneh dari daerah itu.

“Tidak salah lagi,” lanjut Cecilia sambil tersenyum kecut.

Odrey, si pria sialan itu mencampurkan sesuatu di munumannya.

“Dasar brengsek!” umpatnya sambil meremas gaun hitam ketat yang dipinjamkan oleh Irene itu.

Seolah takdir tak ingin menghentikan ujian hidup Cecilia, sebuah tangan besar tiba-tiba saja menyentuh bahunya dan seketika membuat gadis itu terhenyak kaget.

“Adik manis, mau kakak bantu meredakan panasmu?” ucap pria bertubuh gempal dan tinggi dibelakang Cecilia.

Cecilia membalikkan tubuhnya seketika dan melihat perawakan pria yang seperti beruang hitam itu dengan mata bulat.

“Lepaskan, aku!” ucap Cecilia sambil menarik tangannya yang dipegang oleh pria itu.

“Jangan menolak seperti itu, aku tahu kamu sangat tersiksa. Jadi biarkan aku membantumu,” balas pria itu dengan wajah mesum hingga terlihat air liurnya akan menetes hanya dengan melihat Cecilia seperti ini.

“Dasar pria mesum! Lepaskan aku,” pekik Cecilia sambil terus meronta untuk melepaskan diri dari genggaman si mesum ini.

“Jangan panggil aku seperti itu, panggil aku kakak Key!” ucap pria itu sambil mendekatkan dirinya pada Cecilia.

Sialnya Cecilia pergerakan terbatas karena dibelakangnya terhalang oleh tembok terlebih pakaiannya saat ini sangat membatasi pergerakan Cecilia sehingga dirinya tidak bisa bergerak bebas.

Dengan sisa tenaga yang ia miliki Cecilia pun berusaha menahan pria itu agar tidak semakin mendekat padannya.

“Tolong!” teriak Cecilia dengan sekeras mungkin, berharap ada yang mendengarnya.

“Ohoho… melihatmu seperti ini semakin membuatku bersemangat!” ucap pria gila itu dengan wajah mesum yang semakin kentara.

Cecil memejamkan matanya kuat-kuat sambil terus menahan tubuh beruang hitam itu agar tidak terus mengikis jarak mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status