Compartilhar

BAB 3

last update Última atualização: 2025-05-21 12:22:27

Selama tinggal di kediaman utama Handaryana, Albert memperlakukan Aryana begitu hangat. Setiap kata yang dia lontarkan begitu lembut. Tentu saja semua itu hanya Albert lakukan saat di hadapan Alvonso atau di depan publik. Namun, saat hanya ada mereka berdua, Albert kembali bersikap dingin kepada Aryana.

Aryana tidak memiliki siapa-siapa lagi selain kakek neneknya dan keluarga pamannya, sehingga dia hanya memendam semua yang dialaminya seorang diri. Setiap malam, Aryana hanya bisa mengadu kepada Tuhan dengan linangan air mata.

“Kakek, aku ingin mengajak Aryana pindah,” ucap Albert tiba-tiba kepada sang kakek.

Alvonso menghentikan gerakan tangannya yang hendak menyuap makanan ke mulut. Begitu juga dengan Aryana yang terkejut, sebab Albert tidak mengatakan apa-apa kepadanya.

Alvonso menatap tajam Albert. “Kenapa?” tanyanya dengan suara berat, ketidaksukaan terdengar jelas pada nada bicaranya.

“Aku ingin hidup mandiri bersama Aryana, Kek.”

“Benarkah? Kamu ingin mengajak Aryana pindah dari rumah ini supaya kamu bisa bebas menemui kekasihmu itu, kan?”

“Kakek!”

Alvonso menatap tajam Albert. “Jangan kamu pikir kalau aku tidak tahu kamu masih menjalin hubungan dengan wanita itu.”

“Tidak, Kek. Aku benar-benar sudah memutus hubungan dengan Narana.”

“Kalau begitu, kenapa kamu harus pindah dari rumah ini? Lebih baik kalian tinggal saja di sini. Rumah ini sangat luas kalau hanya menampung kalian berdua. Bahkan jika kalian ingin punya banyak anak pun, rumah ini masih sangat luas.”

“Tapi, Kek,”

“Cukup, Albert! Aku tidak mau tahu alasanmu. Aku tidak akan mengizinkanmu membawa Aryana pergi dari rumah ini.” Alvonso mengambil keputusan tegas.

Alvonso tahu Albert tidak menyukai Aryana. Karena itulah dia tidak membiarkan Albert membawa Aryana pergi dari kediaman Handaryana. Alvonso tidak ingin Albert menyakiti Aryana, baik secara mental maupun fisik.

Albert tidak menyerah. Dia berusaha meyakinkan Alvonso bahwa dirinya akan memperlakukan Aryana dengan baik. Akan tetapi, Alvonso tetap pada pendiriannya.

Albert dan Alvonso sama-sama pria keras kepala. Albert yang tidak memiliki banyak kesabaran, meminta Aryana membujuk Alvonso. Tentu dengan aura intimidasinya kepada Aryana, sehingga tidak ada pilihan bagi Aryana untuk menolak perintah Albert.

Aryana berusaha membujuk Alvonso dengan berbagai cara, tapi Alvonso masih keras kepala dengan pendiriannya. Hal itu membuat Albert semakin berang. Begitu pula dengan Aryana yang ikut pusing mencari alasan agar Alvonso membiarkan mereka tinggal di rumah sendiri.

“Aku tidak mau tahu, pokoknya dalam dua hari ke depan, kamu harus bisa meyakinkan kakekku untuk membiarkan kita pergi dari rumah ini,” ucap Albert penuh intimidasi.

Albert tidak bisa tinggal di kediaman Handaryana lebih lama lagi, sebab jika mereka tinggal di sini, dia tidak akan bisa bebas menemui kekasih hatinya.

“Tapi, Mas, kamu kan tahu sendiri, Kakek bersikeras tidak mengizinkan kita meninggalkan rumah ini,” jawab Aryana tanpa berani menatap wajah Albert.

“Aku tidak mau tahu! Pokoknya kamu harus bisa membujuk Kakek. Terserah kamu mau memberi alasan apa saja, yang penting kita harus bisa keluar dari rumah ini.”

Aryana semakin menunduk dengan kemarahan Albert. “Baik, Mas. Besok aku akan coba membujuk Kakek lagi.”

Albert bergumam sebagai jawaban. Setelah itu dia melangkah ke tempat tidur. Albert duduk bersandar di kepala tempat tidur sambil menelepon Narana.

Aryana mengangkat kepala, menatap Albert yang terlihat bahagia saat berbicara dengan lawan bicaranya di seberang telepon. Aryana tidak tahu siapa sebenarnya orang yang selalu dihubungi oleh suaminya hampir setiap malam itu. Yang jelas, lawan bicaranya itu pasti seorang perempuan. Sebab Albert selalu memanggil sayang kepada lawan bicaranya.

Aryana menghela napas berat. Dadanya sesak. Belum satu minggu mereka menikah, tetapi hatinya sudah terluka begitu dalam dengan sikap suaminya.

‘Ya Tuhan, berikan aku kekuatan menghadapi sikap suamiku,’ doa Aryana dalam hati.

Aryana pun memilih tidur dibanding mendengarkan suaminya menelepon seseorang dengan begitu mesranya.

Keesokan harinya, Aryana kembali membujuk Alvonso agar membiarkan mereka tinggal di rumah mereka sendiri. Aryana memberi berbagai macam alasan yang bisa diterima oleh Alvonso.

“Kakek, bukan kami tidak ingin tinggal bersama kakek.” Aryana berkata lembut, tangannya menggenggam tangan Alvonso. “Tapi tolong beri kami kesempatan untuk mandiri, Kek. Kami ingin menjalani rumah tangga kami berdua supaya kami bisa menghadapi masalah yang akan menimpa kami di masa depan. Kalau kami tinggal di sini, kami akan selalu bergantung pada kakek. Dan itu yang tidak ingin Mas Albert lakukan. Mas Albert ingin supaya kami bisa menyelesaikan masalah rumah tangga kami berdua saja.”

Alvonso terdiam. Dia mencerna ucapan Aryana. Tidak lama, Alvonso menghela napas berat.

“Baiklah! Aku akan membiarkan kalian tinggal sendiri,” ucap Alvonso akhirnya mengalah. Apa yang dikatakan Aryana ada benarnya, tapi Alvonso tidak bisa tenang dengan melepaskan Aryana dan Albert sendiri.

“Tapi kamu harus ingat satu hal,” lanjut Alvonso. “Kalau Albert berani menyakitimu baik secara fisik maupun mentalmu, kamu harus memberitahuku. Aku tidak akan membiarkan Albert menyakitimu. Walau dia cucuku, tapi aku tidak bisa diam saja kalau dia menyakitimu.”

“Baik, Kek. Aku juga akan sering-sering mengunjungi kakek,” ucap Aryana dengan senyum kecil untuk meyakinkan Alvonso.

Hati Aryana gelisah. Dia tidak tahu apakah keputusannya yang menyetujui permintaan Albert untuk pindah dari kediaman Handaryana adalah keputusan yang tepat atau tidak. Aryana takut sikap Albert semakin dingin dan mengabaikannya kalau mereka tinggal sendiri.

‘Ya Tuhan, tolong kuatkan hatiku menghadapi sikap Mas Albert,’ doa Aryana dalam hati. ‘Dan tolong luluhkan hatinya agar tidak bersikap dingin padaku.’

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • Wanita Kesayangan Sang Pewaris Pengganti   BAB 7

    Aroma gosong masakan menyadarkan Aryana dari pikiriannya. Bergegas Aryana pergi ke dapur dan mematikan kompor. Ikan yang dimasaknya sudah setengah gosong.“Ya Tuhan, tolong kuatkan aku menghadapi sikap Mas Albert,” monolog Aryana lirih.Karena ikan yang dimasaknya tidak layak dimakan, Aryana pun memasak ikan baru.Setelah semua hidangan tersaji di meja makan, Aryana pergi ke kamar Albert, memanggil pria itu untuk makan malam.Dari balik pintu, Aryana dapat mendengar samar-samar suara tawa Narana, sesekali terdengar suara tawa Albert. Hati Aryana semakin hancur. Sejak menikah, Albert tidak pernah tertawa saat bersamanya. Jangankan tertawa, tersenyum pun tidak. Kalaupun Albert bersikap hangat kepadanya, itu hanya di hadapan publik dan Alvonso. Saat mereka hanya berdua, Albert bersikap dingin kepadanya.Tidak ingin mendengar tawa Narana yang semakin menyakiti hatinya, Aryana memberanikan diri mengetuk pintu kamar Albert.“Mas, makan malam sudah siap,” ucap Aryana dengan sedikit keras, ta

  • Wanita Kesayangan Sang Pewaris Pengganti   BAB 6

    Seharian Albert menghabiskan waktu bersama Narana, melepas rasa rindu. Seminggu tinggal di kediaman Handaryana membuat Albert tidak bisa bebas menemui Narana. Dia hanya bisa melepas rindu dengan kekasihnya melalui panggilan video.Namun, saat pulang, Albert tidak sengaja melihat Aryana dan Argandara memasuki restoran di dekat apartemennya. Dia geram, bukan karena dia cemburu, tapi karena Aryana berani mengabaikan perintahnya untuk tidak menemui Argandara.Albert sengaja menunggu kepulangan mereka. Cukup lama dia menunggu, tapi Aryana tidak kunjung pulang. Bahkan matahari pun sudah digantikan malam. Akhirnya Albert memutuskan untuk menyusul dan menyeret Aryana pulang. Namun, saat membuka pintu, dia dikejutkan dengan keduanya yang sudah berdiri di depan pintu.“Akhirnya kalian pulang juga,” ucap Albert, suaranya dingin. “Kamu, berani-beraninya keluar dengan laki-laki lain tanpa seizinku?”“Maaf, Mas.” Aryana berkata pelan, kepalanya menunduk. “Tadi aku lapar, tapi tidak ada persediaam m

  • Wanita Kesayangan Sang Pewaris Pengganti   BAB 5

    Narana menatap Albert. Dengan nada manja dia berkata lebih dulu sebelum Albert menjawab pertanyaan Aryana, “Tidak apa-apa, kan, kalau aku memberi tahu dia tentang hubungan kita, Sayang?”Albert menatap Narana dengan senyum lebar. Tatapan mata Albert penuh cinta. “Tidak apa-apa, Sayang. Justru bagus kalau dia tahu hubungan kita.”Hati Aryana sakit melihat sikap Albert yang sangat berbeda kepada Narana. Ditambah kata-kata pria itu, semakin membuat hati Aryana hancur berkeping-keping.Air mata menggenang di mata Aryana. Tanpa kata, dia meninggalkan tempat itu, menuju kamarnya. Dalam kamar, Aryana kembali menumpahkan air matanya. Dipukulinya dadanya yang terasa sesak, seolah-olah ada batu besar yang menghimpit dadanya, membuat Aryana sulit bernapas.Narana menatap kepergian Aryana dengan senyum miring.“Sepertinya istrimu marah pada kita,” ucap Narana, tangannya dia kalungkan ke leher Albert. Dengan sedikit mendongak dia menatap wajah tampan Albert. “Apa kamu lihat air mata yang menggenan

  • Wanita Kesayangan Sang Pewaris Pengganti   BAB 4

    Albert sangat bahagia saat Aryana memberi tahu bahwa Alvonso mengizinkan mereka tinggal di rumah sendiri. Pria itu langsung membawa Aryana meninggalkan kediaman Handaryana keesokan harinya.Albert membawa Aryana ke apartemennya. Tidak sampai dua puluh menit, mereka tiba di apartemen.“Karena kita tidak di kediaman Handaryana, kita akan tidur terpisah,” ucap Albert begitu mereka memasuki apartemen.Albert berhenti di depan kamarnya, lalu dia menunjuk ke pintu kamar yang berdampingan dengan kamarnya. “Kamu tidur di kamar itu.”Aryana menelan kembali kata-kata yang hendak dikeluarkan saat Albert memasuki kamarnya sendiri, lalu menutup pintu kamar dengan kasar. Untuk beberapa saat Aryana menatap kamar Albert dengan tatapan sayu sebelum masuk ke kamar yang akan ditempatinya.Di dalam kamar, Aryana menangis tersedu-sedu. Melampiaskan rasa sesak yang menghimpit dadanya. Kebahagiaan yang Aryana harapkan usai pernikahan hanyalah sebuah angan.Albert mengetuk pintu kamar Aryana. “Aryana, kita p

  • Wanita Kesayangan Sang Pewaris Pengganti   BAB 3

    Selama tinggal di kediaman utama Handaryana, Albert memperlakukan Aryana begitu hangat. Setiap kata yang dia lontarkan begitu lembut. Tentu saja semua itu hanya Albert lakukan saat di hadapan Alvonso atau di depan publik. Namun, saat hanya ada mereka berdua, Albert kembali bersikap dingin kepada Aryana.Aryana tidak memiliki siapa-siapa lagi selain kakek neneknya dan keluarga pamannya, sehingga dia hanya memendam semua yang dialaminya seorang diri. Setiap malam, Aryana hanya bisa mengadu kepada Tuhan dengan linangan air mata.“Kakek, aku ingin mengajak Aryana pindah,” ucap Albert tiba-tiba kepada sang kakek.Alvonso menghentikan gerakan tangannya yang hendak menyuap makanan ke mulut. Begitu juga dengan Aryana yang terkejut, sebab Albert tidak mengatakan apa-apa kepadanya.Alvonso menatap tajam Albert. “Kenapa?” tanyanya dengan suara berat, ketidaksukaan terdengar jelas pada nada bicaranya.“Aku ingin hidup mandiri bersama Aryana, Kek.”“Benarkah? Kamu ingin mengajak Aryana pindah dari

  • Wanita Kesayangan Sang Pewaris Pengganti   BAB 2

    Aryana buru-buru mendekati Albert. Sebelum Aryana bisa menyentuhnya, Albert melangkah mundur, menghindari Aryana.“Mas, kamu salah paham. Aku tidak ada maksud apa-apa.” Aryana dengan cepat menjelaskan kepada Albert, agar suaminya itu tidak salah paham kepadanya. “Aku juga tidak bermaksud mempermalukan ataupun membuat masalah. Malam tadi aku lapar dan makan di luar, kebetulan aku bertemu Arga di rumah makan.”“Alasan!” Albert tidak percaya.Saat Albert terlelap di kamar kekasihnya, dia menerima pesan dari salah satu temannya yang masih menginap di hotel tempat Albert mengadakan pesta pernikahan, dan kebetulan malam tadi temannya keluar untuk mencari angin segar sekaligus makan malam, dan temannya itu tidak sengaja melihat Aryana dan Argandara makan bersama. Mereka terlihat bahagia saat makan bersama. Karena itulah Albert tidak mempercayai ucapan Aryana. Albert lebih memilih percaya dengan apa yang dikatakan oleh temannya. Albert yakin temannya tidak akan berbohong.“Aku mengatakan yang

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status