Share

Wanita Lain di Dalam Rumah Tanggaku
Wanita Lain di Dalam Rumah Tanggaku
Penulis: Celestial Soul

Bab 1 Kabar Mengejutkan

Penulis: Celestial Soul
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-11 12:06:06

"Nyonya Savita, Anda mengidap kanker darah leukimia."

Kalimat itu terus terngiang di kepala Savita.

Setelah menerima surat rujukan, Savita langsung diarahkan ke dokter hemato-onkologi. Kini, dia duduk di ruang tunggu. Jantungnya berdegup tak menentu dan jemarinya saling meremas dalam diam.

"Savita Arrazka."

Suara lembut seorang perawat wanita membuyarkan lamunannya. Savita mendongak.

"Iya, saya," jawabnya pelan, lalu berdiri dan melangkah masuk ke ruang onkologi.

Dengan kepala menunduk, Savita segera duduk di kursi pasien. Begitu mengangkat wajah, matanya langsung bertemu dengan dokter pria yang sangat dia kenali di manapun berada.

Dimas Samitra.

Berbeda dengan Savita yang begitu terkejut, Dimas tampak biasa saja. Dia bersikap tenang seolah ini adalah pertemuan pertama mereka.

Dimas membuka map berwarna merah yang berisi kertas-kertas pemeriksaan dan mulai membacakan hasilnya.

"Savita Arrazka, 29 tahun. Saya sudah memeriksa hasil pemeriksaannya,” ucap Dimas dengan mata masih menatap map yang ada di hadapannya. “Leukimianya terdeteksi masih bisa sembuh dan peluangnya besar. Kalau bersedia, saya buat jadwal pengobatannya."

Setelah mengatakan itu, Dimas menulis sesuatu di kertas tersebut. Melihat hal itu, Savita menelan ludah. Dia tidak menyangka hari ini akan datang. Penyakit yang tidak pernah disangka olehnya sampai kapanpun. 

Setelah hubungannya dengan Dimas berakhir 10 tahun lalu, takdir mempertemukan mereka kembali sebagai dokter dan pasien. Suatu hal yang sebenarnya tidak diinginkan oleh Savita.

Melihat Savita hanya diam, Dimas mengernyit lalu mengangkat kepalanya. "Savita?" panggilnya pelan.

“Ya,” jawab Savita sedikit gelagapan. 

Suara Dimas membuatnya tersadar. Savita menghela napas pelan dan mencoba tersenyum tipis. Kedua tangannya mendadak dingin. Leukimia. Kanker yang tidak pernah disangka akan datang di tubuhnya. 

"Maaf, aku melamun,” ucap Savita lagi. “Ya, aku setuju."

Dimas menatap Savita cukup lama lalu mengangguk. Dimas kembali menunjukkan ketenangannya. Pria itu kemudian menulis lagi sesuatu di dokumen dan beralih menatap Savita.

"Sebelum mulai pengobatan, saya mau jelaskan prosedur yang perlu kamu siapkan." Dimas berkata dengan suara tenang layaknya pada pasien pada umumnya dan menggunakan bahasa baku. 

Lalu, Dimas memaparkan serangkaian langkah yang harus dijalani Savita. Suaranya tenang dan jelas, membuat Savita mudah memahami setiap penjelasan.

Begitu Dimas selesai berbicara, barulah Savita membuka suara. “Terima kasih penjelasannya, Dokter. Kalau begitu saya permisi.”

Saat Savita hendak bersiap untuk berdiri ketika Dimas menahan pergelangan tangannya.

“Tunggu,” kata Dimas.  

Sadar dengan apa yang baru saja dilakukan, Dimas buru-buru melepaskannya perlahan.

"Kamu apa kabarnya?" tanya Dimas. Kali ini nada suaranya lebih lembut.

Ini pertama kalinya Dimas berbicara dengan nada informal, setelah sedari tadi bersikap seolah mereka tidak saling mengenal.

"Baik," jawab Savita singkat. 

Savita mencoba untuk membuat kenangannya bersama dengan Dimas beberapa tahun lalu.

Ekspresi Dimas berubah. Meski hanya sekilas, ada gurat kesedihan yang sulit disembunyikan di wajahnya. Savita mengetahui itu. Mereka menjalin hubungan tidaklah sebentar. 

"Begitu, ya,” angguk Dimas pelan. “Kayaknya Mahendra memperlakukan kamu baik banget." 

Ucapan Dimas membuat Savita mengerutkan dahi seraya memandangi pria itu, mencoba membaca maksud dari ucapannya barusan.

"Maksudnya?" tanya Savita. Karena dia tidak paham yang dikatakan Dimas. 

Dimas menggeleng cepat lalu tersenyum tipis. "Nggak. Nggak ada apa-apa. Kamu boleh pergi."

Savita memilih untuk tak memikirkan terlalu jauh maksud perkataan Dimas. Dia segera bangkit dan melangkah keluar.

Dimas memerhatikan punggung Savita yang menghilang di balik pintu ruang prakteknya. Dia menghela napas pelan. Diletakkan ballpoint yang sejak tadi dipegangnya sebagai penguat perasaannya yang hampir saja jatuh saat melihat Savita. 

“Maaf,” bisik Dimas lalu menunduk.

Savita melangkahkan kakinya menyusuri lorong-lorong rumah sakit Kasih Medika yang berada di pusat kota Bekasi. Savita menghela napas pelan. Dia tidak bisa menyingkirkan begitu saja berita buruk yang diterimanya. Dia mendadak bingung harus berkata apa pada Mahendra dan Kaivan mengenai penyakitnya itu.

Dengan tangan  yang tiba-tiba gemetar, Savita mengambil ponsel dari dalam tasnya. Dicarinya aplikasi taksi daring lalu memesannya menuju rumah. Tertulis di aplikasi taksi dari tersebut waktu tempuh 30 menit sampai ke rumah. 

Tidak lama menunggu, taksi tersebut sudah sampai. Tanpa banyak berkata, Savita segera menaiki mobil tersebut. Di dalam mobil, Savita mencoba memejamkan mata mengulang kembali ucapan Dimas di rumah sakit tadi. 

“Leukimianya terdeteksi masih bisa sembuh.” 

Entah, Dimas hanya menghibur atau kenyataan untuk Savita. Tetapi leukimia merupakan kanker darah yang menurutnya menakutkan. 

“Sudah sampai, Bu Savita.”

Suara pengemudi itu membuat Savita membuka mata. Savita mencoba tersenyum. Langkah kakinya mendadak berat saat hendak turun dari mobil itu. 

“Terima kasih, Pak. Sudah pakai e-wallet, ya, tadi,” ucapnya lalu perlahan keluar dari mobil.

Savita melangkahkan kakinya menuju rumah. Ditekan bel di samping pintu rumah itu perlahan. Pikirannya masih kacau berusaha merangkai kata untuk Mahendra nanti. 

‘Atau langsung saja kuberikan hasil pemeriksaan tadi?’ pikirnya masih bingung.

Begitu pintu terbuka, seorang anak kecil berlari menghampirinya. Dia adalah Kaivan Janardana, putra Savita yang baru berusia lima tahun.

"Mama!" seru Kaivan riang dan segera memeluk Savita.

Savita membalas pelukan Kaivan. Melihat kaivan, hatinya pilu. Dia tidak sanggup mengatakan penyakitnya. Walau masih bisa sembuh, tetapi hanya Tuhan yang dapat menentukan segalanya. 

"Mama, Papa juga udah pulang." 

Savita mengernyit, alisnya bertaut rapat saat melihat jam tangannya. Pukul 5 sore. 

"Oya? Di mana papa sekarang?" tanya Savita. “Mama mau ngomong sama Papa.” 

Kemudian Savita menggamit lengan Kaivan bersamanya. Savita mencoba menepis keanehan Mahendra yang pulang cepat. Mahendra biasanya pulang pukul 7 malam atau paling terlambat pukul 10 malam. 

"Papa ada di ruang tengah sama tante cantik," jawab Kaivan.

Savita sedikit bingung. ‘Apa maksud Kaivan? Siapa tante cantik yang dimaksudnya?’ 

“Oh. Teman Papa, ya?” Savita bertanya seraya tersenyum. Berpikir positif diantara kabar buruk mengenai penyakitnya. “Yuk, ketemu Papa.” Ajak Savita lagi tanpa menaruh curiga. Biasanya memang Mahendra menerima tamu di rumah itu. 

"Tante cantik bilang, dia lagi hamil adik bayi perempuan," celetuk Kaivan lagi. 

Wajah Kaivan bahagia dan bersemangat saat menceritakan tante cantik. Sebaliknya, Savita mulai bingung. Diangkat alisnya menatap Kaivan. 

“Hamil?” Savita berbisik lebih kepada dirinya sendiri. 

Savita menggeleng pelan. Dia memasang senyumnya. ‘Mungkin mau ajukan cuti,’ pikirnya. 

“Ayo, Kaivan.” Ajak Savita lagi ketika langkah mereka hampir sampai di ruang tengah. 

Savita merogoh tas tangan yang dibawanya. Dia akan memberikan saja surat pemeriksaan pada Mahendra. Jika Mahendra bertanya, maka dia akan menjawab sejujurnya. 

"Kamu sudah pulang?" 

Suara bariton terdengar membuat langkah kaki Savita berhenti. Mahendra Janardana berjalan menghampirinya.

Di belakang Mahendra, seorang wanita dengan kulit putih, rambut panjang bergelombang mencapai punggung dan memiliki hidung bangir tersenyum pada Savita. Dia terlihat elegan dan anggun dengan balutan midi dress biru serta sepatu hak tinggi 5 cm warna senada. Mata Savita tertuju pada perut yang masih rata itu.  

Kedua alis Savita terangkat saat matanya tertuju pada mata yang memiliki riasan smokey eyes itu. "Gita?"

Ya, Savita mengenalnya. 

Gita adalah artis yang berada di bawah naungan perusahaan Janardana Media Grup milik Mahendra. Perusahaan yang bergerak di bidang Media dan Musik. Seingat Savita, Gita belum menikah. Sekarang Gita hamil dan itu membuat Savita bingung. 

"Savita, ada yang mau aku omongin," kata Mahendra. Wajahnya terlihat sangat serius.

Savita masih menatap Mahendra. "Apa?"

Perlahan Savita memasukkan kembali surat pemeriksaan itu ke dalam tasnya. Keinginannya untuk memberitahukan Mahendra mengenai penyakitnya batal. Perasaannya mulai tidak enak. Savita merasa ada yang janggal. Karena tidak biasanya Mahendra berekspresi seserius itu saat ingin berbicara dengannya. 

‘Sebenarnya ada apa ini?’ tanya Savita dalam hati. 

Keraguan tercetak jelas di wajah Mahendra. Savita masih diam menunggu sesuatu yang ingin dikatakan oleh suaminya tersebut. Kemudian, Mahendra menatap Gita yang berdiri di sampingnya. Hal itu membuat Savita semakin penasaran.

"Bilang saja, Mahendra," pinta Savita dengan suara pelan. Dia sudah tidak sanggup bersuara keras lagi.

Mahendra berdeham. "Gita hamil."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Lain di Dalam Rumah Tanggaku   Bab 9 Smoothies

    “Bi,” panggil Savita. “Buat saya saja smoothiesnya.”Bi Uti meletakkan smoothies di depan Savita. “Silakan, Nyonya.” Bi Uti berkata dengan gugup.Savita mengangguk seraya memasang senyumnya. Setidaknya dia mencoba untuk tersenyum pada Bi Uti.“Oiya!” Gita berseru kemudian. “Mbak maaf ya. Aku nggak buatin kamu sarapan. Aku nggak tau apa yang kamu suka.”Savita melihat Gita dengan mata sedikit menyipit.“Nggak apa-apa.” Savita menjawab kaku. “Saya nggak biasa sarapan berat kalau pagi. Biasanya makan roti saja.”“Oh,” balas Gita. “Rotinya habis, Mbak. Maaf ya.”Savita menahan mulutnya untuk berkata pedas pada Gita. Dia hanya memasang senyum kakunya lagi. Menurutnya, Gita memang sedang menguji emosinya.“Semal

  • Wanita Lain di Dalam Rumah Tanggaku   Bab 8 Domestik Diambil Alih

    “Sayang, sudah bangun?”Suara berat itu terdengar saat Savita sedang merapikan rambutnya. Savita tidak menjawab. Dia kembali memulas bedak di wajahnya secara tipis-tipis.“Aku tunggu di ruang makan ya. Kaivan sudah bangun juga.”Savita melihat dari balik pintu yang tertutup itu, Mahendra bergerak menjauh. Savita meletakkan bedaknya di atas meja rias lalu menghela napas. Dia teringat kejadian kemarin. Keputusan Mahendra untuk segera menikahi Gita. Pernikahan itu terjadi kemarin di kantor KUA.Savita melihat betapa orang tua Gita begitu senang ketika tahu putrinya akan menikahi Mahendra. Katanya mereka menerima segala keputusan anaknya.Savita menelan ludah. Ditutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu menghela napas. Setelah menikah kemarin, Mahendra berkata padanya bahwa dia akan tidur di rumah Gita untuk semalam. Savita tidak bisa berbuat apa-apa.“Beruntung kemarin Kaivan nggak ikut.” Gumam Savita.Kaivan kemarin merengek ingin ke rumah nenek Citra. Savita tersenyum senang menanggap

  • Wanita Lain di Dalam Rumah Tanggaku   Bab 7 Perang di Dapur

    “Ma, aku pulang, ya.” Savita menyandang tasnya lalu berdiri dari duduknya di ruang makan.“Kenapa buru-buru, Vita? Papamu paling sebentar lagi pulang.” Citra ikut berdiri lalu mengikuti Savita yang berjalan menuju ruang depan.Hari masih pagi. Savita memutuskan untuk menginap di rumah itu. Sepanjang malam, Savita tidak bisa tidur. Mahendra tidak meneleponnya sama sekali dan itu pertanda bahwa Kaivan tidak mencarinya. Savita mengirim pesan singkat semalam. menanyakan kabar Kaivan akan tetapi tidak ada balasan dari Mahendra sampai pagi tiba. Savita menatap sekilas jam tangannya. Pukul 05.30 pagi. “Kaivan kan besok sekolah, Ma.” Savita menjawab ringan. “Aku harus pastikan semua keperluannya lengkap. Kalau nggak begitu, nanti ada yang ketinggalan.” Imbuhnya lagi.“Oh yasudah.” Citra mengangguk paham. “Hati-hati di jalan.”Savita mengendarai mobilnya perlahan. Diperhatikannya Citra melambaikan tangan seraya tersenyum. Tangan Savita terulur menyalakan radio. Suara penyiar radio yang ceri

  • Wanita Lain di Dalam Rumah Tanggaku   Bab 6 Pulang Sebagai Anak

    “Apa kabar, Sayang?” Citra memeluk singkat Savita. Kemudian diperhatikan putri semata wayangnya itu saksama. “Kamu kurusan.”Savita tersenyum tipis.“Dan agak pucat.” Citra kembali berbicara. “Mungkin aku kelelahan, Ma.” Savita berkata pelan tanpa melihat mata Citra. Dia khawatir saat melihat mata Mamanya, maka pertahanannya runtuh seketika. “Yuk masuk.” Citra mengajak putrinya masuk ke dalam rumah itu. Rumah yang ukurannya tidak terlalu besar. Hanya diisi oleh kedua orang tua Savita dan seorang asisten rumah tangga yang mengurusi segalanya. “Mahendra sibuk kerja ya?” tanya Citra saat membawa Savita ke ruang tengah. Savita mengangguk pelan. “Begitulah, Ma. Sibuk.”“Kalau nggak sibuk, ajak kemari. Sudah lama Mama nggak ketemu Mahendra.” Citra tersenyum. “Oiya,” ucapnya kemudian.“Ada apa, Ma?” tanya Savita saat melihat Mamanya seolah teringat sesuatu.“Kamu tau, kan, artis Gita Yohani?” Alis Savita naik. “Kenapa, Ma?” mendadak jantungnya berdebar. Dia takut Mamanya sudah tahu dar

  • Wanita Lain di Dalam Rumah Tanggaku   Bab 5 Pernikahan yang Dikorbankan

    “Bagaimana kabarmu, Nak? Baik-baik saja, kan?” Suara Citra, Ibunya, membuat Savita menutup mata. Dihela napasnya pelan lalu tersenyum.“Baik, Ma,” balas Savita. “Aku lagi di sekolahan Kaivan.”“Loh, Kaivan bukannya ada mobil antar jemputnya dari sekolah kan, Vita?” terdengar suara heran dari Citra. Savita mengangguk masih tersenyum. Dia senang mendengar suara Ibunya walau dari sambungan telepon. Saat ini dia sedang menunggu di dalam mobil, di depan sekolah Kaivan. “Iya, Ma. Ada. Cuma aku lagi pengen aja jemput,” balasnya. Diperhatikan jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktunya masih jauh dari jam jemput. Masih ada dua jam lagi. Savita butuh keluar dari rumah itu sebab di rumah tersebut ada Gita. Dia sedang tidak ingin bersama dengan Gita satu atap untuk sekarang.“Kamu belum jawab pertanyaan Mama. Kamu baik-baik aja?”Senyum Savita memudar. Ditahannya air mata agar tidak jatuh. Mendadak dadanya terasa sakit hingga dia bahkan hampir sulit bernapas. Perlahan, dia membuka

  • Wanita Lain di Dalam Rumah Tanggaku   Bab 4 Istri Kedua

    "Kabar bahagia sekaligus mengejutkan datang dari artis papan atas, Gita Yosani!" suara ceria host acara gosip selebriti terdengar dari layar televisi.Savita duduk memandangi layar dengan tatapan kosong. Ditampilkan potongan video Gita beserta unggahan pernyataan resmi di laman pribadinya."Ya, ini benar-benar mengejutkan. Gita Yosani, artis cantik yang dikenal sangat tertutup soal kehidupan asmaranya, tiba-tiba mengumumkan pernikahan!"Host wanita berpenampilan kasual itu tersenyum lebar, suaranya riang dan ringan."Dalam unggahan tersebut, Gita hanya menulis caption singkat sambil mengenakan gaun pengantin putih. Namun, dia tidak menandai siapa pun. Hal ini tentu saja membuat para penggemar penasaran dengan sosok pria yang berhasil mempersuntingnya."Dua hari lalu, setelah Savita mengizinkan Mahendra menikahi Gita, pria itu langsung mempersiapkan segalanya tanpa menunda. Dan kemarin, Gita resmi mengumumkan pernikahannya di media sosial.Suara host kembali terdengar, "Mari kita lihat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status