Share

Bab 32 Ke Dokter

last update Huling Na-update: 2025-12-07 21:26:50

“Sudah dirapikan Bi Uti.” Mahendra menjawab.

“Oh. Baguslah.” Gita menjawab. “Kalau belum mau aku rapikan.”

“Nggak perlu, Gita. Sekarang ayo kita masuk lagi ke kamar.”

Ajakan Mahendra itu membuat Savita menghela napas lega. Walau begitu, dia tidak akan keluar dari dalam lemari sebelum semuanya aman.

“Boleh aku pastikan, Mas? Aku mau lihat apa benar sudah dirapikan Bi Uti.” Gita berkata lagi. Gagang pintu bergerak lagi.

Savita kembali mengeratkan pelukan kedua tangannya di kakinya. Kali ini dia memejamkan mata. Dia berharap Tuhan menolongnya kali ini.

“Besok sajalah.” Mahendra berkata. “Kalau belum rapi, bisa kamu rapikan nanti.”

Gagang pintu terdengar bergerak diiringi sahutan suara Gita, “oke.”

Savita membuka mata. Dia mengintip dari celah pintu lemari. Terlihat olehnya langkah kaki menjauh dari depan pintu kamar Kaivan. Savita menghela napas lega terlebih lagi ketika mendengar pintu kamar utama terbuka dan tertutup.

Savita perlahan keluar dari dalam lemari. Degup jantungnya masih ber
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Wanita Lain di Dalam Rumah Tanggaku   Bab 55 Gugatan Cerai

    “Pa?”Layar menghitam. Pembicaraan terputus sampai di situ karena ponsel yang digunakan Savita ternyata mati kehabisan baterai.Savita menghela napas memikirkan apa yang dikatakan Bagas tadi siang sebelum dia pergi ke pengadilan agama untuk mengurus semua surat perceraiannya.Diletakkan ponsel milik Citra itu di meja lalu diisi dayanya. Dia berada di dalam kamar milik orang tuanya. Tidak ada yang berani masuk ke kamar itu termasuk Mahendra.“Savita? Tante boleh masuk?”Terdengar ketukan di pintu kamar itu lalu pintu terbuka. Savita sedang duduk di atas tempat tidur ketika Ami masuk seraya tersenyum tipis padanya. Di tangannya terdapat camilan berupa pisang goreng dan teh manis.“Tante bawa cemilan. Mau?”Savita bangkit menghampiri Ami. “Nggak usah repot-repot, Tante. Nanti aku ke dapur.”

  • Wanita Lain di Dalam Rumah Tanggaku   Bab 54 Kepercayaan Savita

    “Akhirnya.”Savita meletakkan tasnya di ata tempat tidur. Dia masih berada di rumah keluarganya. Savita mendadak leluasa jika di rumah orang tuanya sendiri. Berbeda jika sudah di rumahnya. Dia tidak bisa bergerak seolah-olah ada kaki dan tangan yang memantaunya dari kejauhan.“Kukirim Siti ke rumah orang tuamu untuk bantu kamu.”TIba-tiba Mahendra mengatakan itu padanya pada pagi hari ketika Savita membantu Ami untuk membuatkan sarapan di dapur. Rumah keluarganya masih ramai kedatangan saudara dan kerabat. Mereka datang silih berganti untuk sekedar menunjukkan rasa simpatinya.Savita ingin menolak karena menurutnya tidaklah penting Siti di dalam rumah orang tuanya. Rumah itu sudah ada asisten rumah tangga yang bekerja walau datang dan pergi.Akan tetapi, dia tahu, jika dia menolak, nantinya Mahendra akan mengamuk padanya ketika sampai rumah mereka sendiri.

  • Wanita Lain di Dalam Rumah Tanggaku   Bab 53 Ponsel Peninggalan

    “Mamamu orang baik, Savita.”Begitulah yang dikatakan para kerabat dan tetangga yang mengantar kepergian Citra untuk terakhir kalinya.Mahendra selalu ada di sisi Savita. Pria itu menunjukkan pada saudara dan kerabat bahwa dia suami yang penyayang dan selalu melindunginya. Hingga Bagus dan Ami yang termasuk saudara dekat pun sangat percaya dan meminta Mahendra untuk menjaga Savita.Savita tidak bisa berkata apa pun karena Mahendra benar-benar tidak menunjukkan kekerasan di depan umum ataupun di rumah Citra. Pria itu benar-benar menjaga sikapnya dengan baik pada semua orang.Walau begitu, ponsel Savita tidak sepenuhnya diberikan oleh Mahendra pada wanita itu. Savita hanya boleh memegang ponsel itu ketika bersama dengan Mahendra. Selebihnya Mahendra selalu membawanya.“Saya cuma mau Savita nggak mikir yang aneh-aneh, Tante, kalau pegang HP.”

  • Wanita Lain di Dalam Rumah Tanggaku   Bab 52 Mempertahankan Citra Baik

    “Pak. Bagaimana kondisi Bu Savita?”“Pak Mahendra, bagaimana dengan kesehatan Bu Savita?”“Pak, apakah Anda sudah menemui Pak Bagas?”Berbagai pertanyaan itu muncul ketika Mahendra keluar dari kediaman keluarga Arrazka tanpa Savita. Savita meminta untuk tetap tinggal di rumah orang tuanya sambil menerima beberapa tamu keluarga atau tetangga yang datang melayat.Mahendra tersenyum. Dia berdiri tegak di depan para reporter yang mencari berita. “Savita saat ini kondisinya seperti yang saya bilang tadi, masih nggak stabil. Dia terpukul sekali.”Mahendra mengatakan itu dengan raut wajah sedih dan perhatian yang sungguh dia buat-buat.“Pak Mahendra, bisa dijelaskan kronologi meninggalnya Bu Citra?”“Pak, bagaimana kabarnya Kaivan?”Mahendra masih tersen

  • Wanita Lain di Dalam Rumah Tanggaku   Bab 51 Reputasi

    “Kenapa Anda ke rumah sakit, Bu Savita?”Mahendra melangkah maju dengan posisi tubuhnya di depan Savita. Pria itu berusaha melindungi Savita dari serangan apa pun. Itu membuat Savita sejenak melupakan sikap pria itu padanya. Itu mengingatkannya saat Mahendra selalu menjadi pahlawan untuknya.“Sudah, sudah,” kata Mahendra tegas.Kerumunan sedikit hening.“Urusan hukum Papa Bagas bukan urusan istri saya,” lanjut Mahendra. Suaranya tenang, Namun, ada nada keras di sana. “Savita berduka. Tolong hormati itu, ya. Tanyakanlah ketika nanti kami sudah membaik.”Reporter wanita mengangkat mikrofon lebih dekat pada Mahendra. Matanya menatap pria itu penasaran.“Pak Mahendra,” panggilnya, “ada isu kalau Bu Savita selama ini tahu aliran dana yang—”“Fitnah,” ucap

  • Wanita Lain di Dalam Rumah Tanggaku   Bab 50 Di Balik Kamera

    “Savita?”Suara Mahendra disertai ketukan pintu di kamar membuat Savita segera duduk di atas tempat tidurnya. Dia menyeka air matanya. Kedua matanya bengkak. Dia ingin sekali melihat Citra. Sudah lama dia tidak berkomunikasi dengan Mamanya tersebut.“Mau apalagi dia?” gumam Savita setengah menggerutu. “Enggak cukup dia hancurkan semuanya?” tambahnya lalu berdiri dari duduknya.“Savita? Kamu tidur?”Mahendra mengetuk pintu lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya. Hanya dalam waktu satu jam, pria itu sudah datang lagi ke depan pintu kamar Savita setelah sebelumnya mengatakan akan istirahat.“Iya, sebentar!”Savita menjawab dengan sedikit lebih keras. Dibuka pintu kamar itu perlahan. Savita memandang Mahendra dengan kedua mata bengkaknya.“Ada apa?” tanya Savita masih menatap Mahendra.Diperhatikannya Mahendra yang memakai pakaian serba hitam.“Kutunggu di ruang tamu,” ucap Mahendra tanpa mau dibantah.“Ke mana?”Savita tidak mengerti jalan pikiran Mahendra. Pria itu tiba-tiba saja me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status