로그인“Apa kabar, Sayang?” Citra memeluk singkat Savita. Kemudian diperhatikan putri semata wayangnya itu saksama. “Kamu kurusan.”
Savita tersenyum tipis.
“Dan agak pucat.” Citra kembali berbicara.
“Mungkin aku kelelahan, Ma.” Savita berkata pelan tanpa melihat mata Citra. Dia khawatir saat melihat mata Mamanya, maka pertahanannya runtuh seketika.
“Yuk masuk.”
Citra mengajak putrinya masuk ke dalam rumah itu. Rumah yang ukurannya tidak terlalu besar. Hanya diisi oleh kedua orang tua Savita dan seorang asisten rumah tangga yang mengurusi segalanya.
“Mahendra sibuk kerja ya?” tanya Citra saat membawa Savita ke ruang tengah.
Savita mengangguk pelan. “Begitulah, Ma. Sibuk.”
“Kalau nggak sibuk, ajak kemari. Sudah lama Mama nggak ketemu Mahendra.” Citra tersenyum. “Oiya,” ucapnya kemudian.
“Ada apa, Ma?” tanya Savita saat melihat Mamanya seolah teringat sesuatu.
“Kamu tau, kan, artis Gita Yohani?”
Alis Savita naik. “Kenapa, Ma?” mendadak jantungnya berdebar. Dia takut Mamanya sudah tahu dari orang lain mengenai rahasia itu.
“Dia mau nikah. Mendadak.” Citra berkata lagi. “Mama mah aneh. Artis selalu begitu, ya. Mendadak nikah. Mendadak punya anak. Mendadak juga cerai.”
“Oh.”
Savita menghela napas pelan. Lega. Dia menyimpulkan bahwa Mamanya belum mengetahui kenyataannya. Dan dia tidak akan memberitahukan Mamanya dalam waktu dekat ini.
“Mungkin ada sesuatu, Ma makanya mendadak nikah.” Savita bicara sekenanya tetapi sejurus kemudian dia terdiam. Ucapannya mengarah pada kenyataan yang ada.
“Hamil gitu?” Citra bertanya pelan.
Savita mengangkat bahu mencoba tidak peduli walau teringat penyebab Gita menikah hingga membuatnya tidak bisa tidur nyenyak.
“Ih, Mama mah heran. Gampang banget ya orang-orang kayak gitu hamil.” Citra berkata lalu terdiam. Kemudian dia berkata lagi, “tetapi Mama mah yakin itu teguran Tuhan. Tuhan cabut nikmatnya hamil dan melahirkan karena buatnya aja nggak sah.”
Savita terdiam mendengar Citra berbicara panjang lebar. Mamanya itu termasuk yang suka menonton acara infotainment di televisi terutama berita gosip artis-artis ternama.
Selanjutnya, Savita hanya mendengarkan Mamanya berbicara mengenai tetangganya yang selalu jarang di rumah, atau tukang sayur keliling yang menurutnya mahal daripada di pasar. Savita hanya mendengarkan dan sesekali menanggapi.
Savita membutuhkan sejenak pulang ke rumah orangtuanya sebagai anak. Bukan sebagai istri yang memiliki suami yang menghamili seorang wanita tanpa sengaja katanya.
“Kamu sudah kabari Kaivan kalau kamu di sini?”
Pertanyaan Citra membuat Savita ingat Kaivan yang belum dikabari sama sekali. Mendadak Savita khawatir Kaivan mencarinya.
“Belum, Ma,” jawab Savita.
“Ya sudah, Mama mau bantu bibi masak dulu, ya.” Lalu Citra berdiri dari duduknya dan bergerak menuju dapur. “Tadi Mama minta bibi buat snack sore.”
Memanfaatkan keadaan sepi di sore hari yang cukup terik, Savita menelepon Mahendra.
“Halo, Savita?” Mahendra menjawab. “Masih di rumah Mama?”
“Hm,” jawab Savita seadanya. “Mana Kaivan? aku mau ngomong.”
“Ada sama Gita di dapur. Bentar, ya.”
Jawaban Mahendra itu tidak lantas dijawab oleh Savita. Dia mendengar suara di latar belakang telepon Mahendra memanggil Kaivan kalau Mamanya menelepon.
“Mama! kok lama banget nggak pulang-pulang.”
Seruan dari Kaivan itu membuat Savita tersenyum sumringah. Kaivan selalu seperti itu jika dirinya tidak ada di dekatnya begitu lama.
“Kaivan, Mama di rumah Nenek.” Savita menjawab masih senyum terpasang di wajahnya.
“Mama di rumah Nenek sekarang?” Kaivan bertanya penuh semangat.
“Iya. Mau ke sini, nggak? minta antar Papa, ya.”
Savita berkata penuh nada ajakan. Dia yakin Kaivan akan menyetujuinya. Kaivan suka berada di rumah orangtua Savita.
“Tapi Bunda Gita ajak aku buat kue, Ma.”
Perkataan polos Kaivan membuat Savita terdiam.
‘Bahkan Kaivan memanggil Gita dengan sebutan Bunda.’ Pikirnya sedih. Secepat itu Kaivan menerima keberadaan Gita di rumah itu.
“Nenek ada es krim kesukaan kamu loh.” Savita tidak mau menyerah. Dia tetap membujuk Kaivan agar mau ikut dengannya.
“Tapi aku belum pernah buat kue, Ma. Mama kan nggak pernah buat kue.”
Savita menghela napas pelan. Dia ingin marah tetapi nyatanya tidak akan mengubah segalanya. Kalau dia marah, Kaivan akan semakin dekat dengan Gita dan itu tidak baik.
“Yasudah. Mama di rumah Nenek. Pulang terlambat. Nggak apa-apa?”
Biasanya Kaivan akan merengek agar dirinya pulang secepatnya. Memikirkan itu Savita tersenyum. Sebentar lagi Kaivan pastilah akan merengek agar pulang cepat.
“Oke, Ma. Nggak apa-apa kok.”
Savita menutup mata mendengar ucapan Kaivan. Anak itu seolah-olah tidak masalah jika dirinya pulang terlambat sekalipun.
“Oke, Sayang. Mama nanti telepon lagi. Baik-baik dengan Papa, ya.”
Akhirnya Savita berkata seperti itu. Suatu perkataan yang sebenarnya menyiksa batinnya sebagai seorang ibu. Kaivan biasanya tidak seperti itu. Kaivan selalu menempel padanya. Dan rumah Nenek selalu menjadi kesukaan Kaivan setelah es krim.
“Oiya, Mama. Abis buat kue, Bunda Gita mau ajarin aku buat playdough dari terigu loh.”
“Oke, Sayang. Kabari Mama ya kalau berhasil buatnya.”
Hanya itu yang Savita katakan. Ditahan air matanya yang hampir tumpah. Kaivan mendadak menyukai keberadaan Gita membuatnya berpikir.
‘Kaivan sepertinya sudah mulai terbiasa kalau aku nggak ada di rumah.’ Pikirnya dan air mata menetes tanpa ditahan.
“Bi,” panggil Savita. “Buat saya saja smoothiesnya.”Bi Uti meletakkan smoothies di depan Savita. “Silakan, Nyonya.” Bi Uti berkata dengan gugup.Savita mengangguk seraya memasang senyumnya. Setidaknya dia mencoba untuk tersenyum pada Bi Uti.“Oiya!” Gita berseru kemudian. “Mbak maaf ya. Aku nggak buatin kamu sarapan. Aku nggak tau apa yang kamu suka.”Savita melihat Gita dengan mata sedikit menyipit.“Nggak apa-apa.” Savita menjawab kaku. “Saya nggak biasa sarapan berat kalau pagi. Biasanya makan roti saja.”“Oh,” balas Gita. “Rotinya habis, Mbak. Maaf ya.”Savita menahan mulutnya untuk berkata pedas pada Gita. Dia hanya memasang senyum kakunya lagi. Menurutnya, Gita memang sedang menguji emosinya.“Semal
“Sayang, sudah bangun?”Suara berat itu terdengar saat Savita sedang merapikan rambutnya. Savita tidak menjawab. Dia kembali memulas bedak di wajahnya secara tipis-tipis.“Aku tunggu di ruang makan ya. Kaivan sudah bangun juga.”Savita melihat dari balik pintu yang tertutup itu, Mahendra bergerak menjauh. Savita meletakkan bedaknya di atas meja rias lalu menghela napas. Dia teringat kejadian kemarin. Keputusan Mahendra untuk segera menikahi Gita. Pernikahan itu terjadi kemarin di kantor KUA.Savita melihat betapa orang tua Gita begitu senang ketika tahu putrinya akan menikahi Mahendra. Katanya mereka menerima segala keputusan anaknya.Savita menelan ludah. Ditutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu menghela napas. Setelah menikah kemarin, Mahendra berkata padanya bahwa dia akan tidur di rumah Gita untuk semalam. Savita tidak bisa berbuat apa-apa.“Beruntung kemarin Kaivan nggak ikut.” Gumam Savita.Kaivan kemarin merengek ingin ke rumah nenek Citra. Savita tersenyum senang menanggap
“Ma, aku pulang, ya.” Savita menyandang tasnya lalu berdiri dari duduknya di ruang makan.“Kenapa buru-buru, Vita? Papamu paling sebentar lagi pulang.” Citra ikut berdiri lalu mengikuti Savita yang berjalan menuju ruang depan.Hari masih pagi. Savita memutuskan untuk menginap di rumah itu. Sepanjang malam, Savita tidak bisa tidur. Mahendra tidak meneleponnya sama sekali dan itu pertanda bahwa Kaivan tidak mencarinya. Savita mengirim pesan singkat semalam. menanyakan kabar Kaivan akan tetapi tidak ada balasan dari Mahendra sampai pagi tiba. Savita menatap sekilas jam tangannya. Pukul 05.30 pagi. “Kaivan kan besok sekolah, Ma.” Savita menjawab ringan. “Aku harus pastikan semua keperluannya lengkap. Kalau nggak begitu, nanti ada yang ketinggalan.” Imbuhnya lagi.“Oh yasudah.” Citra mengangguk paham. “Hati-hati di jalan.”Savita mengendarai mobilnya perlahan. Diperhatikannya Citra melambaikan tangan seraya tersenyum. Tangan Savita terulur menyalakan radio. Suara penyiar radio yang ceri
“Apa kabar, Sayang?” Citra memeluk singkat Savita. Kemudian diperhatikan putri semata wayangnya itu saksama. “Kamu kurusan.”Savita tersenyum tipis.“Dan agak pucat.” Citra kembali berbicara. “Mungkin aku kelelahan, Ma.” Savita berkata pelan tanpa melihat mata Citra. Dia khawatir saat melihat mata Mamanya, maka pertahanannya runtuh seketika. “Yuk masuk.” Citra mengajak putrinya masuk ke dalam rumah itu. Rumah yang ukurannya tidak terlalu besar. Hanya diisi oleh kedua orang tua Savita dan seorang asisten rumah tangga yang mengurusi segalanya. “Mahendra sibuk kerja ya?” tanya Citra saat membawa Savita ke ruang tengah. Savita mengangguk pelan. “Begitulah, Ma. Sibuk.”“Kalau nggak sibuk, ajak kemari. Sudah lama Mama nggak ketemu Mahendra.” Citra tersenyum. “Oiya,” ucapnya kemudian.“Ada apa, Ma?” tanya Savita saat melihat Mamanya seolah teringat sesuatu.“Kamu tau, kan, artis Gita Yohani?” Alis Savita naik. “Kenapa, Ma?” mendadak jantungnya berdebar. Dia takut Mamanya sudah tahu dar
“Bagaimana kabarmu, Nak? Baik-baik saja, kan?” Suara Citra, Ibunya, membuat Savita menutup mata. Dihela napasnya pelan lalu tersenyum.“Baik, Ma,” balas Savita. “Aku lagi di sekolahan Kaivan.”“Loh, Kaivan bukannya ada mobil antar jemputnya dari sekolah kan, Vita?” terdengar suara heran dari Citra. Savita mengangguk masih tersenyum. Dia senang mendengar suara Ibunya walau dari sambungan telepon. Saat ini dia sedang menunggu di dalam mobil, di depan sekolah Kaivan. “Iya, Ma. Ada. Cuma aku lagi pengen aja jemput,” balasnya. Diperhatikan jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktunya masih jauh dari jam jemput. Masih ada dua jam lagi. Savita butuh keluar dari rumah itu sebab di rumah tersebut ada Gita. Dia sedang tidak ingin bersama dengan Gita satu atap untuk sekarang.“Kamu belum jawab pertanyaan Mama. Kamu baik-baik aja?”Senyum Savita memudar. Ditahannya air mata agar tidak jatuh. Mendadak dadanya terasa sakit hingga dia bahkan hampir sulit bernapas. Perlahan, dia membuka
"Kabar bahagia sekaligus mengejutkan datang dari artis papan atas, Gita Yosani!" suara ceria host acara gosip selebriti terdengar dari layar televisi.Savita duduk memandangi layar dengan tatapan kosong. Ditampilkan potongan video Gita beserta unggahan pernyataan resmi di laman pribadinya."Ya, ini benar-benar mengejutkan. Gita Yosani, artis cantik yang dikenal sangat tertutup soal kehidupan asmaranya, tiba-tiba mengumumkan pernikahan!"Host wanita berpenampilan kasual itu tersenyum lebar, suaranya riang dan ringan."Dalam unggahan tersebut, Gita hanya menulis caption singkat sambil mengenakan gaun pengantin putih. Namun, dia tidak menandai siapa pun. Hal ini tentu saja membuat para penggemar penasaran dengan sosok pria yang berhasil mempersuntingnya."Dua hari lalu, setelah Savita mengizinkan Mahendra menikahi Gita, pria itu langsung mempersiapkan segalanya tanpa menunda. Dan kemarin, Gita resmi mengumumkan pernikahannya di media sosial.Suara host kembali terdengar, "Mari kita lihat







