"Wanitaku," jawab Brian kepada Miko.
Miko tambah terkejut mendengar jika Brian mengatakan wanitaku. Apakah benar, Brian sudah bisa terbebas dari alergi terhadap wanita. Hingga dia mengakui wanita itu sebagai wanitanya. "Brian, kamu tidak salah. Kamu tidak bercanda?" tanya Miko kembali. Brian yang kesal dengan pertanyaan-pertanyaan Miko berbalik ke arah Miko dengan wajah mengetat dan datar. Miko tahu kalau saat ini Brian marah padanya. Jadi, dia lebih baik pergi. Daripada dirinya harus mendapatkan masalah. "Dia wanitaku. Aku harus menemukan dia, apapun itu," monolog Brian. Brian segera mengambil telpon dan dia menghubungi seseorang. Cukup lama Brian berkomunikasi dan setelah selesai Brian tersenyum. "Aku akan mendapatkan kamu," jawab Brian. Brian segera membersihkan dirinya. Dia akan ke perusahaan untuk bertemu dengan klien yang sudah dia janjikan. Sedangkan, di tempat lain Bella yang sampai di rumah segera mandi, dia membersihkan tubuhnya dari sisa percintaan. Bella menangis karena dia tidak bisa menjaga kesucian dia. "Bagaimana jika aku menikah nanti, aku akan dihina oleh suamiku karena aku sudah tidak perawan. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Aku juga tidak tahu pria tampan itu siapa. Tuhan, apa yang harus aku lakukan, bagaimana kalau aku hamil, bagaimana?" tanya Bella yang memukul perutnya karena dia yakin benih pria itu ada di rahimnya dan akan berkembang menjadi anak di dalam sana. Puas menangis, Bella segera mengganti pakaiannya. Walaupun dia dalam masalah, Bella tetap bekerja. Dirinya, bekerja sebagai staff akunting/ keuangan di perusahaan yang terkenal dan Bella tidak tahu siapa CEO nya, karena dia jarang bertemu dan hampir tidak bisa. Sampai di kantor, Bella menyapa rekan kerja dengan ramah. Walaupun, wajahnya sembab dan bengkak karena air mata, Bella tidak peduli. Dengan sosis di tangan sebagai penganjal perut, Bella terus berjalan dan dirinya berdiri tepat di depan lift. "Hah, malang kali nasibku, ditinggal kekasih sekarang harus menanggung sesuatu yang aku buat tadi malam. Apa kata orang nantinya jika aku tidak perawan. Pria mana yang menyukaiku kelak," gumam Bella meratapi nasibnya. Bella masuk ke dalam lift dan saat dirinya berbalik, Bella dikejutkan dengan kehadiran orang yang dia benci. Tubuhnha sudah sakit jalan juga seperti pinguin kini bertemu dengan dua orang yang dia benci seumur hidupnya. Dan karena dia, dirinya harus kehilangan perawan. "Wah, ada Bella. Apakah sekarang, kamu masih kerja di sini. Apa posisimu? Simpanan?" tanya wanita yang dulunya sahabat Bella kini menjadi musuhnya, siapa lagi kalau bukan Sherin. Sherin bersama Mark berdiri di depannya dan keduanya tertawa saat melihat Bella ada di perusahaan mewah ini. Mereka tidak menyangka bertemu Bella begitu sebaliknya. "Apa? Kamu mengira aku miskin begitu? Maaf, aku masih bisa menghidupi diriku ini. Beda denganmu, bergantung kepada orang. Ck, memalukan sekali," jawab Bella. Mendengar perkataan Bella, Sherin ingin membalas hinaan Bella. Akan tetapi, pintu lift terbuka, Bella segera keluar dan dia menyenggol Sherin dan Mark. "Kalian harusnya malu, menghina aku miskin. Walaupun aku miskin tapi aku punya prestasi yang bisa aku banggakan, beda dengan kamu. Oh, iya, aku ingat, kamu punya juga kok. Tapi, prestasi kamu merebut kekasih orang eh tunangan orang tepatnya. Tapi, tidak apa, kalian pantas dan cocok," jawab Bella balik. Bella puas mengeluarkan sakit hatinya dan segera pergi dari hadapan keduanya. Dengan jalan yang aneh. Suara teriakkan terdengar dari Sherin yang murka dengan perkataan Bella. "Syukurlah, aku bisa melawan. Aku tidak mau ditindas oleh mereka. Bella kamu kuat," jawab Bella pada dirinya. Bella berjalan ke ruangannya dan memulai aktivitas. Bella mendengar kalau Tuan Muda pemilik perusahaan tempat dia bekerja datang. Benar saja, Brian Murdock bersama asistennya Miko berjalan menuju ke ruangan rapat. Miko yang berhasil mencari siapa wanita Brian tersenyum. Dia tidak menyangka kalau wanita itu ada di kantornya. Dan tentu saja itu membuat mereka tidak perlu cari ke seluruh kota. "Panggil dia ke ruanganku, aku ingin bertemu dia. Jangan biarkan dia keluar sebelum aku selesai meeting," ucap Brian memberikan perintah ke Miko kalau Bella tidak boleh keluar dari ruangannya sebelum dia datang. Brian tidak akan melepaskan Bella. Bella sudah dia anggap sebagai wanitanya dan tidak ada yang boleh menyakitkan Bella. "Jangan khawatir Tuan Muda Brian, aku akan menjaganya. Dia sudah aku minta ke ruanganmu," jawab Miko. Benar saja yang dikatakan oleh Miko, Bella yang tengah konsentrasi bekerja terhenti saat manager mendekati Bella. "Bel, kamu dipanggil ke ruangan Tuan Muda. Ayo sana pergi. Tapi, tunggu dulu, apa yang kamu buat dengan Tuan Muda Murdock?" tanya sang manager. Bella yang diminta ke ruangan petinggi perusahaan, terkejut. Dia melotot saat mendengar nama Tuan Muda Murdock. "Ma-maksudnya, Tuan Muda Brian Murdock, ya? Untuk apa, Tuan Murdock meminta saya bertemu? Saya salah apa, Tuan?" tanya Bella gugup karena dirinya dipanggil sang atasan. "Mana saya tahu, Bella. Kamu ini aneh sekali. Harusnya, saya yang tanya kenapa kamu diminta ke sana," jawab sang manager. Bella mengingat kembali, apa yang sudah dia perbuat hingga dia dipanggil ke ruangan Tuan Murdock. Kalau dia salah, HRD yang akan memanggilnya kalau tidak managernya ini. Ini tidak, Tuan Murdock yang memanggilnya. Bertemu saja belum pernah sejak dia bekerja ini sudah dipanggil bukankah itu aneh. "Sudah, jangan banyak berpikir kamu. Cepat ke ruangannya. Saya mau metting dengan mereka. Jangan keluar sebelum bertemu dengan beliau, kamu ini benar-benar, buat saya jantungan," jawab manager Carlo yang segera pergi dari hadapannya. Bella lemas, kakinya tidak bisa dia gerakkan. "Ya Tuhan, apakah aku dipecat? Tapi, salah aku apa?" tanya Bella dengan raut wajah bingung. Sebelum pergi bertemu sang CEO , Bella menyimpan semua pekerjaannya, nanti akan dia sambung kembali. Langkah kaki Bella berat untuk ke ruangan tersebut dan dia masih memikirkan apa yang dia lakukan hingga dia dipanggil. Dan masih merasakan sakit di intinya. "Kenapa dengan nasibku, sudah diselingkuhi dan melakukan malam itu dengan pria tampan dan sekarang harus bertemu dengan Tuan muda Murdock, apakah dia tahu aku ke club?" tanya Bella pada dirinya. Bella pun akhirnya sampai di depan ruangan Tuan Murdock. Sekretaris Brian menatap Bella, dia sudah diperintahkan jika Bella datang maka Bella segera masuk ke ruangannya. "Bel, masuk saja ke dalam dan tunggu Tuan datang. Jangan pergi kamu sebelum dia datang, ya. Aku mau ke ruangan metting." Sekretaris Brian mengintrukaikan Bella agar masuk ke ruangan tuannya. Bella pun masuk tanpa protes dan saat pintu dibuka, udara senyum dari dalam ruangan menerpa kulit putihnya dan dia juga mencium aroma cinnamon di ruangan tersebut. "Rapi sekali dan tertata sekali benda-benda yang ada di sini, tapi kenapa banyak benda tajam di sini," gumam Bella. Bella perlahan berjalan masuk setelah pintu di tutup. Bella duduk di kursi tepat di meja kerja Brian. Belum terlihat foto Brian di ruangan kerjanya hanya terlihat pedang dua di dinding. Cukup lama Bella menunggu, dirinya mulai lelah dan ngantuk. Perlahan Bella menutup mata dan saat dirinya hampir masuk ke alam mimpi, pintu terbuka, Bella terkejut dan dia membuka mata saat langkah kaki mendekati dirinya dan saat Bella berbalik, dirinya menelan saliva melihat siapa yang datang dan berdiri di depannya. "Tidak mungkin, kenapa dia." Bella menelan salivanya saat melihat siapa yang muncul di depannya."Menikahiku. Apa kamu lupa apa yang pernah aku katakan kepadamu, Bella sayang?" tanya Brian yang membuat Bella hanya bisa terdiam.Ternyata syaratnya masih tetap sama. Aku harus menikahi pria ini. Tapi rasa benciku terhadap kedua orang yang sudah menghianatiku benar-benar luar biasa. Aku ingin membalas apa yang sudah kedua orang ini lakukan padaku. Tapi, sulit. Sekarang, ada yang mau membantuku dan dia adalah Brian. Brian memang sosok yang bisa membantunya, tapi mampukah dirinya menjadi istri dari pria yang didepanku ini. Bella menggelengkan kepala pelan berusaha untuk menetralkan diri agar tidak frustasi. Masalah yang menimpa benar-benar membuatku pusing tujuh keliling. Melihat penolakan dari Bella lagi, Brian semakin kesal. Dia tidak bisa menjauh dari Bella dan dia sudah menginginkan Bella, tapi kenapa Bella masih saja menolaknya. Kurang apa lagi dirinya saat ini. Tampan, kaya raya, banyak wanita yang menyukainya, tapi kenapa wanita ini sulit untuk dia dapatkan dan taklukkan. B
Bella benar-benar ingin membalaskan dendamnya, tapi apakah dengan cara seperti ini, pikirnya. Bella mendengar kalau Brian meminta dia untuk membalaskan dendamnya kepada mereka berdua. Brian juga tahu kalau dia dan kedua orang ini ada masalah jadi setelah melakukan itu, Bella terpaku. "Bagaimana bisa dia tahu permasalahan aku? Siapa dia," pikir Bella yang membuat Brian tersenyum karena Bella menatapnya. "Bagaimana? Kalian setuju, jika saya angkat Bella sebagai penanggung jawab proyek ini. Jika setuju, segera kerjakan proyeknya. Saya mau kalian mengikuti apa yang saya katakan. Jika kalian tidak mau, maka kalian bisa pergi. Saya tidak butuh perusahaan yang mematuhi peraturan di dalam perusahaan yang saya dirikan," jawab Brian yang segera duduk dan menatap ke dua orang yang wajahnya merah padam. Sherin dan Mark hanya terdiam dan tidak sedikitpun membantah. Perusahaan mereka butuh dana dan tender saat ini membuat perusahaan miliknya mendapatkan keuntungan yang sangat luar biasa.
Bella segera masuk ke dalam ruangannya. Bella termenung saat duduk di kursi kerjanya. Bella tidak bisa berpikir kenapa bisa Tuan mudanya itu ingin menikahi dia. Apa karena rasa bersalahnya itu. "Apa dia merasa bersalah karena sudah melakukan itu padaku. Tapi, aku tidak menuntutnya," jawab Bella lagi. Bella menundukkan kepalanya ke bawah dan melipat tangannya di atas meja. Kepala diletakkan di kedua tangannya. "Bella, kamu kenapa? Tadi, aku dengar kamu dipanggil Tuan Murdock. Ada apa? Kamu buat salah dengan dia dan bagaimana rupanya? Dia pasti tampan, 'kan?" tanya rekan Bella bernama Merlin. Bella mendengar suara sahabatnya langsung mengangkat kepala dan memandang sahabatnya yang duduk di depannya. "Aku tidak tahu salahku apa Merlin. Tiba-tiba saja, aku diminta untuk ke ruangannya dan aku ...." Bella menghentikan ucapannya sejenak sambil memandang ke arah Merlin. "Dan, aku apa?" tanya Merlin. "Bella, kamu dipanggil, Tuan Murdock. Kamu kenapa lagi, Bella. Tadi, baru saja dari san
"Bella, apa kabar. Senang bertemu denganmu. Buatkan minuman untuk Bella," ucap Brian meminta Miko untuk membuatkan Bella minum. "Akh, tidak perlu Tuan. Saya sudah minum," sahut Bella dengan suara gugup menolak diberikan minum dengan pria yang tadi malam habis bercinta dengan dirinya. Dan Bella merutuki dirinya, karena tidak tahu siapa yang sudah tidur dengan dia. Brian memberikan kode ke Miko untuk pergi karena dia ingin bicara berdua dengan Bella. "Kalau tidak ada yang perlu lagi, saya permisi dulu. Permisi, Tuan, Nona," pamit Miko menundukkan kepala ke arah Bella dan Brian. Bella panik, karena dia harus bersama dengan sang CEO Brian Murdock. Ruangan tersebut terasa sesak hingga oksigen di dalam paru-parunya menipis. "Kenapa pergi?" tanya Brian dengan suara dingin dan sorot mata tertuju kepada Bella tanpa sedikitpun dirinya mengalihkan pandangannya. Bella mendengar suara berat Brian langsung mengangkat kepala dan menatap Brian. Bella berpura-pura tidak mengerti apa yang ditany
"Wanitaku," jawab Brian kepada Miko. Miko tambah terkejut mendengar jika Brian mengatakan wanitaku. Apakah benar, Brian sudah bisa terbebas dari alergi terhadap wanita. Hingga dia mengakui wanita itu sebagai wanitanya. "Brian, kamu tidak salah. Kamu tidak bercanda?" tanya Miko kembali. Brian yang kesal dengan pertanyaan-pertanyaan Miko berbalik ke arah Miko dengan wajah mengetat dan datar. Miko tahu kalau saat ini Brian marah padanya. Jadi, dia lebih baik pergi. Daripada dirinya harus mendapatkan masalah. "Dia wanitaku. Aku harus menemukan dia, apapun itu," monolog Brian. Brian segera mengambil telpon dan dia menghubungi seseorang. Cukup lama Brian berkomunikasi dan setelah selesai Brian tersenyum."Aku akan mendapatkan kamu," jawab Brian. Brian segera membersihkan dirinya. Dia akan ke perusahaan untuk bertemu dengan klien yang sudah dia janjikan. Sedangkan, di tempat lain Bella yang sampai di rumah segera mandi, dia membersihkan tubuhnya dari sisa percintaan. Bella menangis k
Seorang gadis mungil berjalan menyusuri lorong apartemen. Dia senang hari ini akan memperlihatkan sesuatu kepada kekasihnya lebih tepatnya sang tunangan. "Aku harap dia suka," ucapnya. Sesampainya di depan pintu, gadis tersebut merasa jantungnya berdegub kencang. Entah perasaan apa ini. Tanpa menunggu lama, gadis tersebut yang bernama Bella Quinn menekan kunci apartemen yang ada di sisi kanan dan klik. Pintu terbuka, Bella masuk dan saat dia melangkah masuk, Bella melihat ada sepatu wanita. "Se-sepatu siapa ini?" tanya Bella dengan suara gemetar. Bella terus melangkah masuk lebih dalam dan tanpa dia duga, sepasang pria dan wanita sedang adu penalti tepat di depan matanya. Posisi mereka di ruang tamu. Bella tidak bisa mengeluarkan satu patah kata pun saat melihat sang pria memanggil satu nama dan nama itu dia kenal sebagai sahabatnya sendiri. Dia adalah Sherin. Dan pria itu bernama Mark. "Sherin/Mark." Akhirnya, suara Bella keluar dan saat bersamaan, keduanya berhasil meraih kem