Share

Wanita Simpanan

***

"Silakan masuk!" tutur Adit kepada Senja saat mereka akhirnya sampai di sebuah hotel bintang Lima yang memiliki privasi. 

Senja menelan ludahnya dengan susah payah. Jantungnya berdegup kencang karena menduga-duga apa yang akan terjadi selanjutnya. 

"Kamu tuli?" Adit bertanya sinis. Sekarang Senja tahu Adit bukan lelaki yang suka basa-basi. Adit bukan pula lelaki yang sabaran. 

"Enggak, Mas. Ini saya mau masuk," ucap Senja. 

Tanpa sudi menunggu lama, pemilik nama lengkap Aditya Praja Wirata itu langsung menarik tangan Senja hingga tubuh Senja sepenuhnya masuk ke dalam kamar.

Senja terkesiap. "Mas," tegurnya dengan suara yang sangat kecil. 

"Apa? Kamu berubah pikiran?" tanya Adit tak suka. Sejak tadi ia sudah sangat ingin melampiaskan semua perasaannya. Tak hanya soal hasrat, tapi juga kekesalan. 

Senja menggeleng. "Bukan begitu, tapi bisakah kita hanya mengobrol malam ini?" tanyanya. 

"Tidak bisa! Aku membayarmu bukan untuk mengobrol saja," 

Sejak mendengar itu, Senja tahu ia tak akan bisa lolos dari panggilan wanita jalang malam ini. Entah lelaki seperti apa yang akan tidur dengannya nanti. Senja benar-benar tidak mengenalnya. Bahkan nama lengkapnya pun ia tak tahu. 

Lalu, ketika Adit mulai menutup rapat pintu kamar hotel, Senja semakin pasrah. Berkali-kali ia merapalkan doa mohon ampunan karena harus melakukan dosa demi menyelamatkan putra semata wayangnya, Andra. 

"Jangan munafik Senja, aku tahu kamu juga ingin aku menghangatkan ranjangmu setelah sekian lama!" tutur Adit. 

Senja membuka mata. Mendengar ucapan Adit membuatnya mengerti Tika telah sedikit membuka masa lalunya pada lelaki ini. Adit tahu ia sudah lama sendiri. 

"Aku akan mulai." Adit kembali berucap. Memangnya Senja bisa menolaknya? Tentu tidak, karena tujuan Senja menyerahkan diri kepada Adit adalah karena ingin mendapatkan uang. 

Adit mendekat, lalu menyentuh pipi Senja dengan telapak tangannya. Sudah siap Senja merasakan nyeri sebab berpikir Adit akan mencengkeramnya. Namun, dia salah, karena perlakuan Adit tak sama dengan cara bicaranya. Adit memperlakukan Senja dengan sangat lembut. 

"Kamu benar-benar cantik. Sayang nadibmu malang," bisik lelaki itu di depan wajah Senja. 

Senja yang tadinya menutup mata kini membukanya. "Mas Adit," lirihnya. Bukan karena terpesona pada wajah Adit yang tampan atau terlena akan pujian dari lelaki itu, tetapi Senja berucap lirih karena tangan nakal Adit mulai menggerayangi pahanya. 

Rasa cemas menghampiri Senja. Ingin ia keluar dari kamar ini, tapi jika mengingat Andra, tak sanggup langkah kaki pergi. 

"Jangan takut, Senja. Aku akan memperlakukanmu dengan sangat lembut. Aku tahu kamu sudah lama tidak disentuh oleh lelaki," 

"Aku ingin kita sama-sama merasakan kebahagiaan malam ini," ucap Adit sebelum ia melahap bibir merah milik Senja. 

Tak ada keraguan dalam diri lelaki itu. Ia benar-benar ingin mencari pelampiasan atas apa yang terjadi hari ini. 

"Cium aku, Sayang. Balas kecup bibirku," 

"Kau sudah kubayar mahal." 

Ungkapan Adit menyadarkan Senja bahwa ia memang harus membalas cumbuan Adit. Pada akhirnya, Senja mengakui dirinya adalah wanita jalang yang menghalalkan segala cara demi uang. 

Lalu, entah sejak kapan semua pakaian terlepas dari tubuh keduanya. Adit sangat menikmati kebersamaannya dengan Senja. Entah kenapa ia merasa sangat serasi beradu di atas ranjang bersama wanita itu. 

Sementara Senja hanya bisa pasrah di bawah kekangan tubuh Adit yang tampak pandai menikmati pergumulan. Sampai akhirnya Senja mencapai puncak, disusul Adit setelah itu. 

"Kamu akan menjadi wanita simpananku mulai sekarang. Aku akan menjamin kebutuhan hidupmu!" tegas Adit di tengah rasa lelah yang ia rasa. 

Senja terengah. Airmata kini mengalir di pipinya. "Kebutuhanku sangat banyak, Mas. Apa kamu sanggup? Sedangkan aku nggak tahu siapa kamu, apa pekerjaanmu dan juga statusmu," tanyanya. Sudah terlanjur basah, Senja pikir ini jalan terbaik untuk memenuhi biaya pengobatan Andra. 

Adit terkekeh. "Kamu tenang saja. Uangku banyak! Mudah bagiku memenuhi semua keinginanmu," balasnya. 

Senja tak lagi membalas. Ia diam menangisi nasib. 

"Kamu siap, Senja?" tanya Adit yang kini menatap Senja. Ia usap airmata perempuan itu dengan lembut, lalu mengecup kelopak mata Senja satu persatu. "Jadilah wanita simpananku!" pintanya. 

Perlakuan manis Adit tak membuat Senja menghentikan tangisnya. Justru ia semakin terisak. Nyeri hatinya ini karena harus menganggukan kepala, setuju menjadi simpanan lelaki yang baru saja menggagahinya ini. "Berapa yang bisa aku dapatkan setiap kita selesai bercinta, Mas?" tanyanya. 

"Dua Puluh Juta. Bagaimana?"

Sekali lagi cairan bening itu membasahi pipi Senja. "Baiklah. Hanya sampai uangku terkumpul Seratus Juta aku sudi menjadi simpananmu, Mas. Setelah itu bebaskan aku," balasnya. 

"Setuju!" ujar Adit. Lelaki itu lalu terduduk. Mengulurkan tangan pada Senja yang masih terbaring. Senja menyambutnya setelah menghapus sisa airmata. 

"Pertama, kenalkan aku Aditya Praja Wirata. Sebut nama lengkapmu, Senja!" 

Aditya Praja Wirata. Senja mengulang nama panjang Adit di dalam hatinya sebelum menyebut nama lengkapnya sendiri. "Diragna Senja," balasnya. 

"Nama yang indah," puji Adit. "Nah, Senja karena sekarang kamu sudah menjadi wanita simpananku, maka detik ini juga kamu tidak boleh menerima klien lain," tegasnya. 

Senja bersyukur akan hal itu. Paling tidak ia tak perlu mencari klien lain untuk menggenapi uang seratus juta yang dibutuhkan Andra. 

"Apakah Mas Adit masih akan tidur dengan wanita lain?" Senja tahu ia tak berhak bertanya tentang ini, tapi mulutnya tak bisa dikontrol. Bukan karena ia tertarik pada Adit, hanya saja tentu dirinya harus berhati-hati. Siapa tahu Adit membawa penyakit usai bercinta dengan orang lain. 

Namun, Adit terlihat menanggapinya secara berlebihan. "Itu urusanku. Kamu nggak perlu tahu!" tegasnya. 

"B-baik." 

Setelah menyahuti, Senja dipaksa tidur oleh Adit. Daripada melayani lelaki itu lagi, Senja pun dengan cepat menuruti. Namun, meskipun begitu, kantuk tak benar-benar menghampiri. Sepanjang malam Senja terpikirkan akan kondisi Andra. Ia belum menerima kabar terbaru dari dokter Kinan sejak kemarin. 

Senja berharap putranya baik-baik saja. Sebab, ia sampai sejauh ini hanya demi Andra semata. Anaknya harus sembuh apapun yang terjadi. 

"Kenapa kamu belum tidur?" Tiba-tiba suara Adit mengintrupsi. 

Senja tak langsung menyahuti. Ia memilih untuk pura-pura tak mendengar pertanyaan Adit. 

"Kamu membuatku ingin menidurimu lagi, wahai wanita simpananku," bisik lelaki itu. 

Lalu, tanpa menunggu persetujuan Senja, Adit kembali memulai aksinya. 

Bersambung. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status