Share

Wanita Simpanan Suamiku
Wanita Simpanan Suamiku
Penulis: Rira Faradina

Bab 1

"Kau tampak bahagia sekali. Apa karena tidur dengan suamiku semalam?"

Hanna menyindir perempuan tak tahu malu itu dengan cukup keras. Dia tidak peduli bila beberapa pengunjung mall yang tengah melintas menengok ke arah mereka.

Baginya, melihat wajah Siska yang memerah sebanding dengan tindakannya ini.

Wanita itu sepertinya tak menyangka akan diserang oleh Hanna, istri dari pria yang sedang didekatinya.

Hanna pun melirik beberapa kantong belanja di tangan Siska. Ia yakin sekali bahwa uang yang digunakan berasal dari suaminya. Kali ini, Hanna pun bertepuk tangan sembari menyindir wanita tak tahu malu itu. "Wah! Habis beli perhiasan. Ck ... ck ... pake uang hasil jualan lobangmu ya?!" 

Tangan dari wanita berambut ikal sepinggang itu seketika mengeras. Siska tampak tak terima. "Tutup mulutmu!" balasnya.

Namun, Hanna tak peduli. Dengan berani, dia mendekati penggoda suaminya itu kembali. "Berapa harga yang diberikan suamiku agar dia bisa tidur dengan j4lang seperti dirimu. Hah!"

Tudingan Hanna sontak membuat kedua mata wanita itu membulat sempurna.

Sesaat kemudian, beberapa pasang mata pengunjung mall yang melihat, kini tampak memperhatikan mereka. Mereka seolah menunggu kelanjutan sebuah drama pertengkaran yang akan terjadi selanjutnya.

Suasana hening beberapa detik menyelimuti kerumunan. Namun hal itu tak berlangsung lama, karena dengan lantangnya Hanna kembali bicara.

"Kenapa melotot? Ucapanku benar, kan?" 

Hanna berusaha menahan emosinya menatap Siska yang terdiam.

Perempuan angkuh itu seolah kehilangan keberanian, hingga hanya bisa mengigit bibirnya. Namun, itu tak lama. Seolah kerasukan, Siska kini melipat tangan di depan dada--siap membalas ucapan Hanna lalu menatapnya dengan penuh ejek.

"Iya, aku memang tidur dengan suamimu semalam? Kenapa, kau marah? Kau tahu kami bahkan melakukannya sepanjang malam, suamimu itu sungguh perkasa!" 

Tangan Hanna sontak mengepal marah. Pelakor di hadapannya seolah tak tahu malu sama sekali. Bukannya lari atau menangis, tetapi justru membalas ucapannya.

"Kurang ajar! Dasar kau j4l4ng murahan! berani sekali kau berkata seperti itu padaku, hah!" teriak Hanna kesal.

Mendengar itu, pengunjung Mall semakin ramai. Beberapa bahkan, ikut memanas-manasi keadaan.

"Huu .... Pelak0r! Hajar saja mbak!"

"Wanita tidak tahu malu."

"Tel4njangi saja! Pelak0r tak tahu malu seperti itu pantasnya di arak!"

Teriakan dan suara hasutan para penonton yang mendukungnya--membuat Hanna terprovokasi. Sadar jika banyak dukungan mengarah kepadanya, tanpa berpikir panjang, Hanna melepas heels yang dipakainya dan melempar kuat tas yang dipegangnya ke wajah Siska.

Dengan brutal, Hanna kemudian menyerang, menjambak, mencakar bahkan menampar keras wajah selingkuhan suaminya itu.

Hanna menghajar Siska tanpa ampun. Tak lama, pemandangan layaknya arena pergulatan dalam ring tinju pun tersaji di hadapan para pengunjung mall.

Tak ada seorang pun diantara para penonton yang berniat ingin melerai pertengkaran kedua wanita muda itu. Yang terdengar kini adalah sorak sorai pengunjung yang kesenangan karena melihat sebuah pertunjukan live di hadapan mereka.

Beberapa kesal dengan tingkah Siska. Mereka merasa tindakan Hanna begitu heroik.

Pergulatan kedua wanita itu masih terjadi, bener- benar memanjakan mata setiap orang yang melihat. Tampak kini tangan Hanna menjambak kuat rambut Siska dengan kasar hingga membuat wanita itu menjerit keras karena kesakitan. Hanna terenyum puas ketika melihat gumpalan rambut dengan cat berwarna keemasan kini ada dalam genggaman tangannya.

"Lihat! Bukankah ini rambut yang selalu kau banggakan untuk menarik perhatian Mas Aldo?" ucap Hanna mendesis.

Suara sorakan pengunjung semakin terdengar keras. Beberapa kamera ponsel menyorot kejadian pergulatan itu dengan mata berbinar.

Mengambil foto, merekamnya, bahkan ada juga yang menayangkannya secara langsung di sosial media mereka. Sayang euforia kegembiraan itu harus terhenti karena para security mall keburu datang dan melerai pertikaian kedua wanita itu.

Dengan cepat, Siska menancapkan kukunya di lengan Hanna. 

"Aw!" jerit Hanna kesakitan.

Ia berdecak kesal sambil mengatur nafas yang masih memburu.

Seorang security wanita yang tampak kewalahan memegang lengan Hanna--memegangnya keras. Dia seolah tak ingin Hanna menyerang pelakor yang tampak luruh di lantai.

Dengan menyedihkan, wanita itu tampak tersakiti. Terlebih,  bajunya sobek dan rambut panjangnya yang kini tergerai--kusut.

Ada seorang Ibu berkerudung merah merasa iba. Dia hendak membantu Siska berdiri. Namun, akhirnya terpaksa menjauh karena mendengar teriakan beberapa orang wanita yang tidak suka dengan apa yang baru saja dilakukannya.

"Mbak, ngapain sih pelakor itu ditolong?"

"Situ mau kalau suaminya nanti digoda?"

"Hei mbak, biarin aja tuh di j4lang ngemper disana! Ngapain pake ditolong-tolong segala."

Suara makian kembali terdengar sebelum akhirnya mereka dibubarkan paksa oleh para security yang kini berdiri disekitar tempat itu.

"Huu ....!" Nada kecewa terdengar diteriakkan para penonton.

Hanna mendengkus kesal karena tangannya yang masih dipegang erat security.

Emosinya masih memuncak di ubun- ubun. Meski tidak berniat menyerang Siska, entah mengapa tangannya masih gatal ingin menghajar selingkuhan suaminya itu.

Hanna menyeringai. Sebuah senyum kepuasan terkembang di bibirnya yang merah karena melihat wanita penganggu rumah tangganya itu sudah terlihat lemas.

"Rasakan! Sekali lagi kudengar kau ada main dengan Mas Aldo, bukan hanya rambut panjangmu itu yang kutarik, tapi juga rambut bawahmu yang akan kutebas!" teriak Hanna tanpa memfilter ucapannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status