Share

Bab 3 Keputusan Brama

last update Last Updated: 2025-10-28 17:20:16

Brama tidak langsung menjawab pertanyaan Cantika soal perjodohan. Yang ada Brama justru menyandarkan tubuhnya di kursi. Matanya menatap Cantika dengan tajam.

“Sebelum saya menjawab, saya mau tanya sesuatu ke kamu,”

“Apa?” tanya Cantika.

“Mau pesan apa?”

“Hahk!” terkejut Cantika.

“Saya bukan pria pelit yang dengan teganya membiarkan lawan bicara saya tidak memesan minum atau makanan,” jelas Brama.

“Aku kira dia mau beralih jadi waitress,” gumam Cantika. Sayangnya Brama masih bisa mendengar apa yang dikatakan Cantika.

“Saya dengar apa yang kamu bilang,” tegur Brama. Cantika hanya diam saja. Kepalanya langsung menoleh ke kanan dan kiri, melihat waitress.

“Mbak,” panggil Cantika. Waitress yang dipanggil Cantika pun langsung datang.

“Mau pesan apa, Mbak?” tanya waitress dengan sopan.

“Matcha latte nya satu. No sugar,”

“Ada lagi?” tanya waitress.

Cantika menatap Brama, “Kamu ada mau dipesan lagi nggak?” tanya Cantika, tentu dengan nada judes.

“Nggak,”

Cantika pun kembali menatap Waitress, “Nggak ada, mbak,” Cantika langsung memberitahu.

“Baik, ditunggu pesanannya ya, mbak,” ucap waitress dengan sopan. Cantika hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Setelah Waitress pergi, Cantika kembali menatap Brama yang terlihat santai.

“Lanjutkan,” ucap Cantika.

Brama langsung menegakkan tubuhnya, sebelum berbicara, Brama menyempatkan untuk meneguk kopi miliknya.

“Kamu dijanjikan apa sama kakek, supaya mau menikah dengan saya?” tanya Brama dengan suara tegasnya. Mata elangnya terus menatap wajah cantik Cantika.

“Apa maksud anda? saya tidak mengerti?” bukannya menjawab, Cantika justru bertanya balik.

“Ciih…sok pura-pura nggak ngerti,” ucap Brama dengan sinis.

“Pasti kamu sudah jatuh cintakan dengan saya, Makanya kamu menyetujui perjodohan ini. Secara siapa wanita mana yang tidak tergila-gila dengan ketampanan saya, dan satu lagi–,” Brama sengaja menggantung ucapannya. Cantika hanya diam sambil menatap Brama dengan wajah santainya.

“Kamu pasti mau hidup enak, karena nantinya bakalan punya suami kaya raya,” lanjut Brama.

Cantika yang mendengar bukannya tersinggung dan marah. Yang ada Cantika justru tertawa. Dan itu jelas membuat Brama terkejut, bahkan Brama sampai mengerutkan keningnya, melihat reaksi Cantika.

“Jangan terlalu percaya diri Pak Brama,” kekeh Cantika.

“Permisi,” waitress mengantar pesanan Cantika.

“Terima kasih mbak,” ucap Cantika. Waitress menyahut dengan senyuman, kemudian langsung pergi.

Kembali Cantika menatap Brama, senyum di bibirnya kembali terbit, dan Brama yang melihat jujur sedikit terpana.

“Saya saja tidak kenal anda, jadi bagaimana mungkin saya bisa jatuh cinta dengan anda pak Brama,” ucap Cantika, yang sukses membuat Brama terkejut.

“Apa tadi katanya? dia nggak kenal denganku? tinggal di planet mana dia selama ini? sampai-sampai tidak mengenal Brama Adiyaksa,” batin Brama, menahan geram.

“Jangan mentang-mentang anda kaya dan tampan, jadi anda berpikir semua wanita itu tertarik dengan anda?” ucap Cantika. Kali ini wajah Cantika terlihat sinis menatap Brama.

“Anda salah pak Brama. Saya bahkan tidak tertarik sama sekali dengan anda. Saya menerima perjodohan ini karena amanah terakhir ayah saya. Bukan karena ketampanan dan harta pak Brama,” lanjut Cantika.

“Saya bukan tipe wanita yang tahunya hanya shopping,” kembali Cantika berbicara.

Brama yang mendengar perkataan Cantika, langsung mengeraskan rahangnya. Tangannya sudah terkepal menahan emosi.

“Jadi, sekarang semua keputusan ada di tangan anda pka Brama. Kalau anda menyetujui perjodohan ini, saya juga terima. Tapi kalau anda menolaknya, saya juga tidak bisa berbuat apa-apa. Setidaknya saya tidak pernah menolak amanah Alm Ayah saya,” ucap Cantika.

Dengan santainya, Cantika meminum matcha latte miliknya. Setelahnya Cantika melihat jam yang melingkar di tangannya.

“Saya rasa pembicaraan kita sudah selesai. Semua keputusan saya serahkan kepada pak Brama,” ucap Cantika. Langsung bangkit dari duduknya, baru saja Cantika ingin melangkah, suara Brama langsung menghentikan langkahnya.

“Baik, saya setuju menerima perjodohan ini. Jika kamu menikah karena Alm ayahmu, Saya menikah karena warisan kakek saya,” ucap Brama dengan tegas.

Cantika langsung meremas tali tas miliknya. Tanpa berkata apa-apa, Cantika langsung melanjutkan langkahnya, meninggalkan Brama begitu saja.

“Ciiih….baru kali ini aku melihat cewek sombong seperti dia,” ucap Brama dengan emosi, menahan amarah.

Di mobil, Cantika langsung menyandarkan tubuhnya di balik kemudi. Hembusan nafas berkali-kali keluar dari mulutnya. Jujur saat ini dada Cantika terasa sesak.

“Apa benar dia pria terbaik untuk masa depanku nanti,” ucap Cantika. Matanya langsung tertutup, mengingat perkataan Brama yang jelas sangat merendahkan dirinya.

“Semoga ini memang jalan terbaik yang dipilih Ayah, dan juga takdirku,” kembali Cantika berbicara pada dirinya sendiri. Setelahnya Cantika langsung menghidupkan mobilnya, dan melajukan mobilnya meninggalkan cafe tempat dirinya dan Brama bertemu.

*******

Setelah pertemuannya dengan Cantika, Brama sama sekali tidak balik ke kantor, Bahkan Brama juga tidak bertanya urusan pekerjaan dengan Aslan.

Sampai waktu makan lama tiba, Brama kini sudah duduk bersama dengan kakek Prabu. Bahkan Aslan juga ikut bergabung makan malam di kediaman kakek Prabu.

“Aku terima perjodohan yang kakek buat,” ucap Brama tiba-tiba, yang sukses membuat Kakek Prabu, Pak Heri kaki tangan kakek Prabu, dan Aslan, jelas terkejut.

“Tapi dengan satu syarat,”

“Apa?” tanya kakek Prabu. Menatap Brama dengan serius.

“Tidak ada resepsi, pernikahan hanya dihadiri dengan keluarga saja,” jawab Brama. Setelahnya Brama langsung bangkit dari duduknya. Makan malamnya bahkan tidak tersentuh sama sekali.

Kakek Prabu hanya diam menatap kepergian Brama, helaan nafas langsung keluar dari mulutnya.

“Setidaknya dia mau menerima perjodohan ini,” batin kakek Prabu.

*****

Kabar Brama menerima perjodohan yang di buat kakek Prabu dan Alm Ayah Cantika, sudah sampai ke telinga Cantika. Tentu yang memberitahu sang ibu. Karena kakek Brama langsung menghubungi Bu Irma.

“Kenapa?” tanya Ema, saat melihat Cantika langsung terdiam, begitu selesai menerima telepon dari sang ibu.

“Dia terima perjodohan ini,” jawab Cantika, dengan lirih.

“Benarkan aku bilang, pria mana yang sanggup menolak pesona seorang Cantika Viola Putri,” ucap Ema, sambil menaik turunkan alisnya.

Mendengar apa yang dikatakan Ema, Cantika langsung mendengus kesal.

“Dia terima perjodohan ini bukan karena suka samaku, Ma,”

“Laah…terus?”

“Karena dia nggak mau kehilangan warisan kakeknya,”

“Whaaat!!” terkejut Ema, Menatap Cantika tidak percaya.

“Ada ya manusia seperti itu?” heran Ema. Menatap Cantika yang hanya menjawab dengan mengangkat bahunya.

“Terus kamu gimana?” tanya Ema, menatap Cantika dengan serius.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Tangguh Untuk CEO Dingin   Bab 7 Hanya Status Di Buku Nikah

    Makan malam berakhir dengan wajah merah Brama dan kekesalan Sarah dan juga Dana.Cantika yang terlihat tenang dan selalu menampilkan senyuman di bibirnya, tetap saja dadanya terasa sesak saat mendapatkan perlakuan tidak enak dari Sarah dan Dana.Kakek Prabu bisa melihat bagaimana perasaan Cantika saat ini. Itu sebabnya, setelah selesai makan malam, Kakek Prabu langsung menyuruh Cantika untuk beristirahat di kamar.“Cantika, langsung istirahat saja di kamar, kakek tahu kamu pasti lelah.. Untuk kamu, Bram. Ke ruangan kerja Kakek dulu. Ada yang mau Kakek bicarakan sama kamu,” ucap Kakek Prabu dengan nada tegas.“Bi, antarkan Cantika ke kamar, Brama.” Kakek Prabu langsung memerintahkan art di rumahnya. Dengan sopan, Bi Murni pun menjawab dengan anggukan kepala.“Mari, Non.”“Panggil Tika saja, Bi,” ucap Cantika dengan sopan.“Nona Cantika ini istrinya Den Brama, jadi mana mungkin saya memanggil istri majikan saya hanya nama saja,” sahut Bi Murni tidak kalah sopan.Mendapat perlakuan spesi

  • Wanita Tangguh Untuk CEO Dingin   Bab 6 Bukan Wanita Penakut

    Cantika langsung menatap Brama dengan wajah yang terlihat serius. Hembusan napas keluar dari mulut Cantika dengan pelan.“Apa Kamu melihat wajahku seperti ketakutan?” bukannya menjawab, Cantika justru bertanya balik.Brama tidak menjawab, tapi matanya menatap Cantika dengan tatapan tajam. “Ingat pak Brama yang terhormat, saya bukan wanita lemah yang bisa ditindas sesuka hati. Paham!!” Cantika kembali menatap para tamu. Wajah yang tadinya terlihat datar, seketika berubah terlihat manis, karena Cantika langsung menunjukkan senyumannya.“Pintar sekali aktingnya, padahal jelas-jelas tadi aku liat dia seperti tertekan,” batin Brama.Di tempat Sarah, Dana dan Iqbal berdiri, kakek Prabu menatap ketiganya dengan tajam. “Tolong hargai acara pernikahan Brama dan Cantika. Jangan merusak suasana dengan sikap kalian yang tidak punya etika itu,” tegur kakek Prabu. “Maaf, Pa,” ucap Dana, dengan wajah sedikit ketakutan.“Jangan diulangi lagi, ini terakhir kalinya kalian buat rusuh,” kakek Brama men

  • Wanita Tangguh Untuk CEO Dingin   Bab 5 Pernikahan

    “Bukan urusanmu,” jawab Brama. Matanya menatap Iqbal dengan tajam. Dengan cepat Brama ingin membawa Cantika pergi, tapi langkahnya terhenti saat mendengar apa yang dikatakan Iqbal. “Kasihan sekali wanita cantik ini, harus jadi korban karena kamu gila harta,” Tangan Brama yang sebelah langsung terkepal, Wajahnya juga terlihat memerah karena menahan emosi. “Sebaiknya urus saja urusanmu,” ucap Brama, tanpa menyahut perkataan Iqbal yang sudah membuat dirinya emosi. Dengan cepat Brama langsung menarik tangan Cantika untuk segera pergi. Lagi-lagi Cantika hanya menurut saja, tapi matanya sempat melihat Iqbal, yang sedang tertawa sinis melihat diri nya dan Brama. “Siapa dia? kenapa Brama sampai semarah itu?” batin Cantika. Kini Brama sudah sampai di toko perhiasan, Wajahnya masih terlihat menahan emosi, matanya langsung melihat Cantika. “Cepat pilih yang kamu mau,” “Menurut selera ku?” tanya Cantika. “Iya,” jawab Brama, dengan nada kesal. “Kalau mahal?” “Ck, aku bukan orang miskin

  • Wanita Tangguh Untuk CEO Dingin   Bab 4 Mencari Cincin

    “Gimana apanya?” tanya Cantika, dengan alis berkerut menatap Ema.“Ya…kamu gimana sama tuh cowok yang di jodohkan sama kamu? suka nggak?” Cantika menatap foto keluarganya yang ada di atas meja. Melihat senyum ayah, ibu dan adiknya. Cantika juga ikut tersenyum. Hembusan nafas juga keluar dari mulutnya.“Kalau dibilang perasaan, jelas belum ada sama sekali, Ma. Tapi setiap wanita pasti berharap kebahagian bersama dengan suaminya, ketika sudah menikah. Dan aku juga berharap seperti itu, walaupun aku menikah tanpa ada rasa cinta. Aku berharap Allah akan memberikan rasa cinta untuk aku dan dia nanti,” “Aaamiinn,”..Dua hari sudah berlalu sejak Brama memberitahu kakek Prabu kalau dirinya menerima perjodohan yang sudah di atur kakeknya. Brama pikir masalah itu sudah selesai, tapi pikirannya salah besar.Saat Brama fokus dengan pekerjaannya, tiba-tiba telpon dari kakek Prabu, membuat Brama langsung berdecak kesal.“Apalagi sih?” kesal Brama, tapi tetap menjawab telpon dari kakek Prabu.“A

  • Wanita Tangguh Untuk CEO Dingin   Bab 3 Keputusan Brama

    Brama tidak langsung menjawab pertanyaan Cantika soal perjodohan. Yang ada Brama justru menyandarkan tubuhnya di kursi. Matanya menatap Cantika dengan tajam.“Sebelum saya menjawab, saya mau tanya sesuatu ke kamu,” “Apa?” tanya Cantika.“Mau pesan apa?”“Hahk!” terkejut Cantika.“Saya bukan pria pelit yang dengan teganya membiarkan lawan bicara saya tidak memesan minum atau makanan,” jelas Brama.“Aku kira dia mau beralih jadi waitress,” gumam Cantika. Sayangnya Brama masih bisa mendengar apa yang dikatakan Cantika.“Saya dengar apa yang kamu bilang,” tegur Brama. Cantika hanya diam saja. Kepalanya langsung menoleh ke kanan dan kiri, melihat waitress.“Mbak,” panggil Cantika. Waitress yang dipanggil Cantika pun langsung datang.“Mau pesan apa, Mbak?” tanya waitress dengan sopan.“Matcha latte nya satu. No sugar,” “Ada lagi?” tanya waitress.Cantika menatap Brama, “Kamu ada mau dipesan lagi nggak?” tanya Cantika, tentu dengan nada judes.“Nggak,” Cantika pun kembali menatap Waitress

  • Wanita Tangguh Untuk CEO Dingin   Bab 2 Pertemuan

    Apa yang dikatakan Ema siang tadi. membuat Cantika kepikiran. Hembusan nafas berkali-kali keluar dari mulutnya.“Kalau aku menolak perjodohan ini, alm ayah pasti kecewa,” ucap Cantika. Matanya melihat ke foto yang ada di nakas. Tangannya mengambil foto tersebut. Senyum terbit melihat foto dirinya bersama Ayah, ibu dan adiknya. Foto yang diambil tiga tahun lalu, saat Cantika baru saja lulus kuliah. “Tika memang tidak pernah bertemu dengan Pria yang bernama Brama, Yah. Tapi Tika pernah mendengar kalau dia adalah pria yang kejam,” ucap Tika, seolah-olah sedang curhat dengan Ayahnya.“Kenapa bisa ayah menjodohkan Tika dengan pria itu? apa Ayah punya hutang dengan keluarga mereka?” tanya Cantika. Hembusan Nafas kembali keluar dari mulutnya.“Sepertinya aku harus tanya ibu,” ucap Cantika.*******“Ayahmu nggak pernah punya hutang uang, Tik. Tapi Ayahmu punya hutang budi dengan pak Prabu,” jelas bu Irma. Saat ini Tika sudah berada di kampung halaman, hanya demi menanyakan kenapa Ayahnya bis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status