Home / Romansa / Wanita Tangguh Untuk CEO Dingin / Bab 6 Bukan Wanita Penakut

Share

Bab 6 Bukan Wanita Penakut

last update Last Updated: 2025-11-05 12:40:42

Cantika langsung menatap Brama dengan wajah yang terlihat serius. Hembusan napas keluar dari mulut Cantika dengan pelan.

“Apa Kamu melihat wajahku seperti ketakutan?” bukannya menjawab, Cantika justru bertanya balik.

Brama tidak menjawab, tapi matanya menatap Cantika dengan tatapan tajam. “Ingat pak Brama yang terhormat, saya bukan wanita lemah yang bisa ditindas sesuka hati. Paham!!” Cantika kembali menatap para tamu. Wajah yang tadinya terlihat datar, seketika berubah terlihat manis, karena Cantika langsung menunjukkan senyumannya.

“Pintar sekali aktingnya, padahal jelas-jelas tadi aku liat dia seperti tertekan,” batin Brama.

Di tempat Sarah, Dana dan Iqbal berdiri, kakek Prabu menatap ketiganya dengan tajam. 

“Tolong hargai acara pernikahan Brama dan Cantika. Jangan merusak suasana dengan sikap kalian yang tidak punya etika itu,” tegur kakek Prabu. 

“Maaf, Pa,” ucap Dana, dengan wajah sedikit ketakutan.

“Jangan diulangi lagi, ini terakhir kalinya kalian buat rusuh,” kakek Brama mengingatkan. Dana hanya menjawab dengan anggukan kepala saja. Sedangkan Sarah sudah memasang wajah kesal. Berbeda dengan Iqbal, terlihat santai. Tapi wajahnya menatap Cantika dengan tatapan berbeda.

.

.

Setelah acara pernikahan selesai, Karena tidak ada resepsi, para tamu undangan langsung memilih pulang. Kini hanya tertinggal keluarga inti saja. Bahkan Ema, asisten Cantika juga memilih pulang.

“Ibu sama Candra juga mau pulang. Kamu baik-baik disini. Layani suami kamu dengan baik,Tik. Biar bagaimanapun sekarang nak Brama adalah suami kamu. Walaupun pernikahan kalian karena perjodohan, tapi terimalah Brama sebagai suami kamu,” pesan bu Irma. Sebelum kembali ke kampung.

“Iya, Bu,” sahut Cantika, menurut dan mendengar nasihat ibunya.

“Tapi kalau keluarga mereka berbuat jahat sama kakak, kasih tahu Candra kak. Biar Candra yang kasih mereka pelajaran,” Cantika langsung tersenyum begitu mendengar apa yang dikatakan adiknya. Senyumnya langsung terbit, bahkan tangannya terulur mengelus bahu Candra.

“Kamu tenang saja, kakak nggak akan biarin ada orang yang mau jahatin kakak. Kamu kan tahu sendiri, kalau kakakmu ini hebat,” Cantika menyombongkan dirinya. Membuat Candra langsung tersenyum. 

“Aku cuma kasih tahu aja kak,” ucap Candra.

Cantika menganggukkan kepalanya, paham apa yang dimaksud adiknya ini, “Iya, kalau mereka jahatin kakak, nanti kakak langsung lapor sama kamu, biar kamu yang balas,” sahut Cantika.

“Kalian ini ada-ada saja. Nggak ada yang mau berbuat jahat, semua keluarga kakek Prabu orang baik,” Bu Irma ikut menimpali omongan anak-anaknya.

“Tapi tadi Candra dengar sendiri, Bu,” 

“Mereka baik nak, jangan berpikir macam-macam,” ucap bu Irma, meyakinkan Candra, yang sudah membenci keluarga dari kakek Brama.

Dari kejauhan, Brama hanya diam menatap Cantika dan keluarganya. Harusnya Brama saat ini berdiri disamping Cantika, untuk mengantarkan ibu mertuanya pulang, walau hanya sampai teras rumah saja. Tapi Brama justru memilih berdiam diri duduk di sofa, menatap Cantika dan keluarganya dari kejauhan.

“Ciih….aku yakin, kalau dia mau menerima perjodohan ini karena harta. Semua wanita memang sama saja,” batin Brama, menahan geram. Tangannya sudah terkepal, tidak terima dengan pernikahannya dengan Cantika.

.

.

Malam ini, di kediaman kakek Brama masih terlihat ramai. Dana dan keluarganya masih belum pulang, dan saat ini mereka ikut makan malam bersama.

Tidak ada suara yang keluar saat makan malam, tapi Cantika bisa merasakan ruangan itu terasa dingin. 

“Ternyata seperti ini orang kaya, tidak ada akurnya, makan malam dengan menu yang enak-enak jadi hambar,” batin Cantika.

“Cantika,” 

Mendengar namanya dipanggil, Cantika jelas terkejut, tapi senyuman di wajahnya langsung terbit.

“Iya, kek,” 

“Kamu sudah menikah dengan Brama, kakek mau kalian hidup rukun, kalau bisa sampai maut memisahkan kalian,” 

Sarah langsung tersenyum sinis, begitu mendengar apa yang dikatakan papa mertuanya itu, “Sampai maut memisahkan? satu tahun saja mereka berumah tangga, sepertinya sudah cukup baik,” tawa Sarah dari dalam hati, menatap Cantika dengan wajah sepele.

“Amiin. doakan rumah tangga Cantika dan mas Brama selalu langgeng ya, Kek,”

“Pasti, Nak. Kamu wanita yang pantas untuk mendampingi Brama. Dia memang terlihat angkuh, dingin. Tapi dia sebenarnya anak yang baik,”

Cantika hanya tersenyum saja, menatap Brama sekilas, setelahnya kembali menatap kakek Prabu.

“Baik apanya? bicara sama aku saja dia nggak pernah sopan,” batin Cantika. Tapi wajahnya masih tetap menunjukkan senyumannya.

“Kakek ada tiket bulan madu buat kalian. Lusa kalian bisa berangkat,”

“Brama sibuk,” ucap Brama langsung. 

Mendengar apa yang dikatakan Brama, senyum Sarah dan Dana langsung terbit. Cantika tahu kalau Sarah dan Dana sedang menertawakan dirinya.

“Bener apa yang dikatakan Mas Brama, Kek. Kebetulan kami sama-sama masih sibuk. Cantika juga sedang ada projek dari perusahan besar, dan memakai jasa dari kantor Cantika. Karena ini acaranya sampai tiga hari, jadi Cantika dan Ema yang harus turun tangan langsung, Kek. Untuk saat ini Cantika belum bisa pergi kemana-mana. Mungkin lain waktu saja kek, tunggu mas Brama ada waktu yang kosong. Ya kan mas?” jelas Cantika, bahkan saat ini Cantika juga bertanya pada Cantika.

Ada rasa terkejut saat Cantika berbicara seperti itu, apalagi saat Cantika sampai bertanya padanya.

“Hmmmm,” Brama hanya menjawab dengan deheman saja.

“Sayang banget, padahal biasanya pengantin baru itu identik dengan bulan madu ke luar negeri, tapi kalian–,”

“Tidak perlu bulan madu sampai ke luar negri, Tan. Di kamar kita sendiri juga bisa, sama-sama main di ranjang kan?”

“Uhuuuuuk,” Brama langsung tersedak makanan yang ada di mulutnya begitu mendengar perkataan Cantika.

“Pelan-pelan, Mas,” Cantika bahkan mengelus punggung Brama, tak lupa memberikan Brama air minum.

Mendapat perlakuan Cantika yang tiba-tiba menjadi manis, Jelas membuat Brama terkejut dengan sikap Cantika yang tidak merasa takut sama sekali dengan Sarah.

“Dia benar-benar berani melawan nenek sihir ini?” batin Brama, masih tidak percaya.

Cantika sendiri yang melihat respon Brama, sejujurnya ingin tertawa. Apalagi saat melihat wajah Brama yang masih terlihat merah, karena tersedak makanan.

“Jadi merah begini wajahnya, Mas. Padahal kita belum ngapa-ngapain loh?” bisik Cantika.

“Sialan, dia ngerjain aku,” 

Kakek Brama langsung tertawa saat melihat wajah Brama sudah terlihat merah padam.

“Sepertinya kamu bakalan kalah nanti dengan Cantika, Bram,” kakek Prabu mengejek Brama. Jelas saja wajah Brama langsung terlihat menahan kesal.

“Berbeda dengan Sarah, semakin menatap Cantika dengan tatapan tidak suka. “Ciih…dasar, wanita murahan,” gumam Sarah. Tapi masih bisa di dengar jelas ditelinga Cantika.

Bukannya marah, Cantika justru tersenyum, kembali Cantika menatap Sarah. “Menurut Tika, tidak masalah loh, Tan, kalau kita bersikap murahan dengan suami sendiri. Sah-sah saja kan? justru itu lebih baik, biar suami kita makin sayang dengan kita, tidak berpaling ke wanita lain,”

Kata-kata Cantika, sukses membuat Sarah langsung terdiam, tangannya sudah terkepal menahan emosi.

“Sekarang kamu boleh banyak bicara dan membuat aku malu. Aku pastikan besok senyumanmu itu akan berubah jadi tangisan, saat kamu sama sekali tidak dihargai oleh Brama,” batin Sarah. Dengan kasar Sarah langsung bangkit dari duduknya.

Cantika hanya diam menatap menatap kepergian Sarah. Tapi mata Cantika terus mengikuti kemana Sarah pergi.

“Belum ada satu hari tinggal disini, tapi sudah buat rusuh saja. Dasar perusak suasana,” ucap Dana, setelahnya langsung bangkit dari duduknya, menyusul Sarah yang sudah tidak terlihat.

Iqbal yang sedari tadi dia dan memperhatikan Cantika, langsung kagum dengan keberanian Cantika.

“Dia bukan wanita biasa,” batin Iqbal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Tangguh Untuk CEO Dingin   Bab 7 Hanya Status Di Buku Nikah

    Makan malam berakhir dengan wajah merah Brama dan kekesalan Sarah dan juga Dana.Cantika yang terlihat tenang dan selalu menampilkan senyuman di bibirnya, tetap saja dadanya terasa sesak saat mendapatkan perlakuan tidak enak dari Sarah dan Dana.Kakek Prabu bisa melihat bagaimana perasaan Cantika saat ini. Itu sebabnya, setelah selesai makan malam, Kakek Prabu langsung menyuruh Cantika untuk beristirahat di kamar.“Cantika, langsung istirahat saja di kamar, kakek tahu kamu pasti lelah.. Untuk kamu, Bram. Ke ruangan kerja Kakek dulu. Ada yang mau Kakek bicarakan sama kamu,” ucap Kakek Prabu dengan nada tegas.“Bi, antarkan Cantika ke kamar, Brama.” Kakek Prabu langsung memerintahkan art di rumahnya. Dengan sopan, Bi Murni pun menjawab dengan anggukan kepala.“Mari, Non.”“Panggil Tika saja, Bi,” ucap Cantika dengan sopan.“Nona Cantika ini istrinya Den Brama, jadi mana mungkin saya memanggil istri majikan saya hanya nama saja,” sahut Bi Murni tidak kalah sopan.Mendapat perlakuan spesi

  • Wanita Tangguh Untuk CEO Dingin   Bab 6 Bukan Wanita Penakut

    Cantika langsung menatap Brama dengan wajah yang terlihat serius. Hembusan napas keluar dari mulut Cantika dengan pelan.“Apa Kamu melihat wajahku seperti ketakutan?” bukannya menjawab, Cantika justru bertanya balik.Brama tidak menjawab, tapi matanya menatap Cantika dengan tatapan tajam. “Ingat pak Brama yang terhormat, saya bukan wanita lemah yang bisa ditindas sesuka hati. Paham!!” Cantika kembali menatap para tamu. Wajah yang tadinya terlihat datar, seketika berubah terlihat manis, karena Cantika langsung menunjukkan senyumannya.“Pintar sekali aktingnya, padahal jelas-jelas tadi aku liat dia seperti tertekan,” batin Brama.Di tempat Sarah, Dana dan Iqbal berdiri, kakek Prabu menatap ketiganya dengan tajam. “Tolong hargai acara pernikahan Brama dan Cantika. Jangan merusak suasana dengan sikap kalian yang tidak punya etika itu,” tegur kakek Prabu. “Maaf, Pa,” ucap Dana, dengan wajah sedikit ketakutan.“Jangan diulangi lagi, ini terakhir kalinya kalian buat rusuh,” kakek Brama men

  • Wanita Tangguh Untuk CEO Dingin   Bab 5 Pernikahan

    “Bukan urusanmu,” jawab Brama. Matanya menatap Iqbal dengan tajam. Dengan cepat Brama ingin membawa Cantika pergi, tapi langkahnya terhenti saat mendengar apa yang dikatakan Iqbal. “Kasihan sekali wanita cantik ini, harus jadi korban karena kamu gila harta,” Tangan Brama yang sebelah langsung terkepal, Wajahnya juga terlihat memerah karena menahan emosi. “Sebaiknya urus saja urusanmu,” ucap Brama, tanpa menyahut perkataan Iqbal yang sudah membuat dirinya emosi. Dengan cepat Brama langsung menarik tangan Cantika untuk segera pergi. Lagi-lagi Cantika hanya menurut saja, tapi matanya sempat melihat Iqbal, yang sedang tertawa sinis melihat diri nya dan Brama. “Siapa dia? kenapa Brama sampai semarah itu?” batin Cantika. Kini Brama sudah sampai di toko perhiasan, Wajahnya masih terlihat menahan emosi, matanya langsung melihat Cantika. “Cepat pilih yang kamu mau,” “Menurut selera ku?” tanya Cantika. “Iya,” jawab Brama, dengan nada kesal. “Kalau mahal?” “Ck, aku bukan orang miskin

  • Wanita Tangguh Untuk CEO Dingin   Bab 4 Mencari Cincin

    “Gimana apanya?” tanya Cantika, dengan alis berkerut menatap Ema.“Ya…kamu gimana sama tuh cowok yang di jodohkan sama kamu? suka nggak?” Cantika menatap foto keluarganya yang ada di atas meja. Melihat senyum ayah, ibu dan adiknya. Cantika juga ikut tersenyum. Hembusan nafas juga keluar dari mulutnya.“Kalau dibilang perasaan, jelas belum ada sama sekali, Ma. Tapi setiap wanita pasti berharap kebahagian bersama dengan suaminya, ketika sudah menikah. Dan aku juga berharap seperti itu, walaupun aku menikah tanpa ada rasa cinta. Aku berharap Allah akan memberikan rasa cinta untuk aku dan dia nanti,” “Aaamiinn,”..Dua hari sudah berlalu sejak Brama memberitahu kakek Prabu kalau dirinya menerima perjodohan yang sudah di atur kakeknya. Brama pikir masalah itu sudah selesai, tapi pikirannya salah besar.Saat Brama fokus dengan pekerjaannya, tiba-tiba telpon dari kakek Prabu, membuat Brama langsung berdecak kesal.“Apalagi sih?” kesal Brama, tapi tetap menjawab telpon dari kakek Prabu.“A

  • Wanita Tangguh Untuk CEO Dingin   Bab 3 Keputusan Brama

    Brama tidak langsung menjawab pertanyaan Cantika soal perjodohan. Yang ada Brama justru menyandarkan tubuhnya di kursi. Matanya menatap Cantika dengan tajam.“Sebelum saya menjawab, saya mau tanya sesuatu ke kamu,” “Apa?” tanya Cantika.“Mau pesan apa?”“Hahk!” terkejut Cantika.“Saya bukan pria pelit yang dengan teganya membiarkan lawan bicara saya tidak memesan minum atau makanan,” jelas Brama.“Aku kira dia mau beralih jadi waitress,” gumam Cantika. Sayangnya Brama masih bisa mendengar apa yang dikatakan Cantika.“Saya dengar apa yang kamu bilang,” tegur Brama. Cantika hanya diam saja. Kepalanya langsung menoleh ke kanan dan kiri, melihat waitress.“Mbak,” panggil Cantika. Waitress yang dipanggil Cantika pun langsung datang.“Mau pesan apa, Mbak?” tanya waitress dengan sopan.“Matcha latte nya satu. No sugar,” “Ada lagi?” tanya waitress.Cantika menatap Brama, “Kamu ada mau dipesan lagi nggak?” tanya Cantika, tentu dengan nada judes.“Nggak,” Cantika pun kembali menatap Waitress

  • Wanita Tangguh Untuk CEO Dingin   Bab 2 Pertemuan

    Apa yang dikatakan Ema siang tadi. membuat Cantika kepikiran. Hembusan nafas berkali-kali keluar dari mulutnya.“Kalau aku menolak perjodohan ini, alm ayah pasti kecewa,” ucap Cantika. Matanya melihat ke foto yang ada di nakas. Tangannya mengambil foto tersebut. Senyum terbit melihat foto dirinya bersama Ayah, ibu dan adiknya. Foto yang diambil tiga tahun lalu, saat Cantika baru saja lulus kuliah. “Tika memang tidak pernah bertemu dengan Pria yang bernama Brama, Yah. Tapi Tika pernah mendengar kalau dia adalah pria yang kejam,” ucap Tika, seolah-olah sedang curhat dengan Ayahnya.“Kenapa bisa ayah menjodohkan Tika dengan pria itu? apa Ayah punya hutang dengan keluarga mereka?” tanya Cantika. Hembusan Nafas kembali keluar dari mulutnya.“Sepertinya aku harus tanya ibu,” ucap Cantika.*******“Ayahmu nggak pernah punya hutang uang, Tik. Tapi Ayahmu punya hutang budi dengan pak Prabu,” jelas bu Irma. Saat ini Tika sudah berada di kampung halaman, hanya demi menanyakan kenapa Ayahnya bis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status