Share

Bukti

"Kenapa kamu bicara seperti itu, Intan?" Mengambil jari jemarinya dan kugenggam erat.

"Aku cukup tahu diri, Mas. Aku bukan wanita sempurna. Aku juga tidak bisa memberikan apa yang perempuan lain bisa berikan kepadamu!" Kini dua bulir kristal mulai bergulir di pipinya.

"Apa Intan sudah tidak percaya lagi sama Mas?" Kuangkat wajahnya dan menatapnya dalam-dalam. Aku lihat dengan jelas ada luka di dalam sana. Mungkin saja dia cemburu karena melihat Via tiba-tiba menciumku.

"Jangan pernah berpikir kalau Mas bakalan pergi atau menduakan kamu, Intan. Mas sayang sama kamu."

Intan terus menangis dan tidak mau menatapku.

"Ya sudah, kita temui Ibu sekarang. Biar Mas suruh Ibu pecat Via."

"Tidak usah, Mas. Via juga butuh kerjaan," cegah Intan.

Aku menyentak nafas kasar, mencoba menahan emosi agar tidak meledak.

***

Pukul empat sore aku pulang dari toko dan rumah dalam keadaan kosong. Mungkin Ibu dan Intan sedang keluar. Segera kurebahkan bobot di atas kasur karena badan terasa sangat lela
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status