Home / Rumah Tangga / Wanita yang Mencintai Suamiku / Bab 2. Foto yang dikirim Wani

Share

Bab 2. Foto yang dikirim Wani

Author: Aarelith
last update Last Updated: 2023-06-26 13:08:54

Mendadak lidahku terasa kelu. Air mata pun mengalir semakin deras di sepanjang pipi. Aku menggigit bibir sekuat tenaga berharap tidak ada yang mendengar isakan ini. Kopi yang hangat ketika didiamkan dalam waktu lama akan terasa dingin, begitu pun dengan manusia. Meskipun Mas Abyan tidak mendiamiku selama ini, tetapi cintanya memudar.

Bahkan sebelum menemukan kebenaran tentang pesan dari gadis bernama mentari, hatiku sudah remuk redam. Aku hancur, tidak lagi mampu untuk terlihat baik-baik saja. Seperti sebuah acara ulang tahun, aku terkejut bukan main. Kepercayaan yang kuberi sepenuhnya pada Mas Abyan dengan mudah dia rusak, tanpa rasa bersalah.

Setengah jam setelah itu, ponsel yang aku simpan di nakas berdering. Ketika mendekat, aku melihat nama Mas Abyan tertera di sana. Kenapa dia menelepon, apakah belum cukup puas melukai hati istri sendiri? Jika dulu hati berdesir mendapat telepon dari suami, kini berbeda. Tanganku ikut gemetar, merasa enggan untuk mengangkat telepon itu sampai detik terakhir.

Mas Abyan: Angkat teleponnya, aku mau bicara!

Setelah pesan itu dikirim, Mas Abyan kembali menelepon. Aku memejamkan mata sembari menarik napas panjang dan mengembuskan secara perlahan untuk melonggarkan dada yang terasa sesak. Perlahan, tetapi pasti aku akan meninggalkan rumah ini.

"Ada apa, Mas?" sahutku setelah beberapa kali Mas Abyan mengucap kata 'halo'.

"Aku ... aku minta maaf. Baiklah, Kamila itu teman kerja aku, tepatnya anak boss. Kamu ingat sama Amina? Nah, mereka saudara."

Mendengar nama Amina disebut lagi oleh Mas Abyan setelah dua tahun yang lalu sudah berhasil menambah sesak dalam dada. Aku hanya membuang napas kasar, terasa berat untuk sekadar mengucapkan sepatah kata pun. Kenapa Kamila dan Amina harus saling berkaitan dengan pekerjaan Mas Abyan?

Amina. Seorang gadis yang pernah mendesakku untuk memberinya izin menjadi adik madu padahal Mas Abyan tidak pernah mencintainya. Sampai gadis itu menikah dengan lelaki pilihan orangtuanya, dia tetap belum bisa mengubur cintanya untuk Mas Abyan. Entah dengan hari ini dan sekarang aku mendapati kabar kalau Kamila adik Amina? Bagaimana jika dia dan Amina bagaikan pinang dibelah dua?

"Kalau gitu, aku tutup teleponnya. Bye!" lanjut Mas Abyan lagi, lalu panggilan itu benar-benar ditutup tanpa memikirkan perasaanku.

Dengan pelan, aku langsung merebahkan diri di tempat tidur tanpa melepaskan gulungan rambut terlebih dahulu. Bayangan masa lalu dan semua dosa itu kembali mengusik pikiran. Kaki ini terasa lemah seolah tanpa tulang.

Aku melirik ponsel yang kembali menyala karena notifikasi Whats-App. Entah siapa lagi yang mencoba merusak mood-ku hari ini. Setelah pesan mengejutkan dari Mentari juga Mas Abyan yang tiba+tiba menguak masa lalu, apakah sekarang ada masalah baru lagi?

Ternyata pesan dari Wani. Dia adalah sahabatku sejak duduk di bangku kuliah. Sayang sekali karena kami berdua tidak bisa memanfaatkan gelar sebagai sarjana pendidikan. Apalagi Wani yang berulang kali mengikuti ujian CPNS, tidak pernah membawanya pada puncak keberhasilan sampai dia memilih menganggur saja. Bedanya, Wani belum menikah.

"Mas Abyan?" gumamku mengerutkan kening menatap lekat foto itu. Dia sedang berada di sebuah restoran bersama seorang wanita? Siapa?

Wani Ariani: Itu foto kemarin, aku baru bisa mengirim hari ini karena kelupaan, Beb.

Pesan itu Wani kirim, mungkin bisa menebak isi pikiranku meskipun tidak saling beradu pandang. Foto itu aku amankan di album privasi, jangan sampai Mas Abyan mengecek ponsel ini saat aku sedang lengah. Baru saja ingin menelepon Wani untuk bertanya lebih jauh tentang foto itu, dia sudah offline.

Terpaksa aku mencari tahu sendiri. Segera kubuka aplikasi biru berlogo F dan berseluncur di beranda suami sekadar mencari jawaban. Paling tidak, ada satu jejak yang ditinggalkan. Entah itu di kolom komentar atau like super di foto yang Mas Abyan unggah.

Sayang sekali, karena aku tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Mas Abyan hanya berinteraksi dengan akun 'Tanpa Nama'. Namun, apakah pantas jika aku curiga sementara foto profilnya adalah foto lelaki? Seorang pemain sepak bola yang ada di Amerika Latin.

Tidak. Sepertinya aku harus mencari jejak yang lain. Sangat jarang wanita feminim mencintai olahraga itu. Apalagi Mas Abyan tidak pernah tertarik pada wanita tomboy. Ponsel kuletakkan ke tempat semula, lalu melepas gulungan handuk di kepala.

***

Malam merangkak naik, hawa dingin mulai menguasai malam. Di luar hujan masih turun meski tidak sederas sebelumnya. Aku baru selesai merapikan tempat tidur sekaligus menyimpan baju kotor suamiku, dia benar-benar pulang terlambat sesuai pesannya tadi pagi.

Aku menatap lekat secangkir kopi yang masih mengepulkan asap sesekali merutuki diri yang dengan mudahnya percaya pada suami. Ada hati yang sedang kutata untuk menampik segala risau yang mengusik pikiran sejak tadi. Sebentar lagi, aku akan bicara dan mungkin setelah ini terlepaslah semua beban yang menaungi hati.

"Sayang kenapa murung? Apa karena lelah menunggu? Padahal tadi aku sudah bilang untuk tidak usah menunggu saja." Mas Abyan yang baru keluar kamar mandi mengelus pucuk kepalaku, setelah itu melangkah ke lemari untuk berganti pakaian.

"Ada yang mau aku tanyakan, Mas." Ragu-ragu aku berkata, takut kalau setelah ini kami berpisah sementara hati masih memiliki rasa padanya. Lelaki jangkung itu terlihat segar dengan aroma sabun yang menguar dari tubuhnya. Dia mendekat setelah memakai piyama.

"Tanyakan saja, Liv. Asal itu bukan tentang Kamila."

Wajahku terasa membeku, aku menelan saliva, kembali merasa sesak. Bagaimana bisa Mas Abyan mengatakan hal itu? Mungkinkah dia sudah menduga kalau aku akan menanyakan tentang Kamila? Jika Mas Abyan keberatan, maka aku harus mengganti topik.

Terpaksa aku mengukir senyum, lantas menggeleng pelan. Mas Abyan mengernyitkan dahi, menatap lekat wajahku. Biasanya aku menyukainya, tetapi entah kenapa perasaan berbunga itu lenyap begitu saja. Kali ini tidak bisa menghangatkan hati yang berujung ibadah panjang di peraduan.

Suamiku sayang, apakah waktu telah menghapus perasaanmu? Bahkan malam ini baru kusadari, aku tidak lagi menemukan cinta di sepasang matamu. Mungkinkah karena aku yang tidak bisa punya anak lagi? Ya, dulu anak kami lahir prematur dan tidak bisa diselamatkan.

"Mas, kamu ... apa kamu mengenal Mentari?" Akhirnya pertanyaan itu bisa aku lontarkan juga setelah berjam-jam latihan di depan cermin.

Kedua mata Mas Abyan membulat sempurna,  mungkin tidak akan pernah menyangka jika istrinya akan menyebut nama itu. Sebuah nama yang tidak pernah kami gemakan sebelumnya. Dia terlihat tidak tenang, lalu mengukir senyum kaku. Perasaanku sendiri semakin tidak enak. Entahlah, kami seperti berasa di ambang perpisahan.

"Mentari?" Mas Abyan mengulangi pertanyaanku, sedikit ragu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
hei njing, kitimkan aja chat si mentari itu sama abyan. bukannya kau menye2. dasar g berguna
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Wanita yang Mencintai Suamiku   Bab 91. Extra Part

    Pada bagian belakang rumah besar bernuansa putih dipadu dengan gold serta memiliki empat pilar itu terdapat sebuah teman yang dipenuhi dengan bunga-bunga mekar berwarna-warni. Ada mawar, melati serta tulip kuning dan dua macam lainnya. Di bawah pohon rindang terdapat sebuah ayunan. Dua anak lelaki tampak begitu ceria. Yang sedang duduk dalam ayunan itu berumur sembilan tahun, sementara satunya menginjak usia remaja yakni lima belas tahun. Terdapat dua perbedaan besar di antara mereka. Anak remaja itu bertubuh tinggi tegap dengan hidung menjulang. Kulitnya putih bersih serta senyum begitu menawan. Rambutnya ikal, sedikit kecokelatan. Sementara sang adik berbeda. Kulit kuning langsat, rambutnya lurus berwarna hitam legam. Dia tampan, seperti kakaknya. "Alif, Muammar! Sudahi mainnya, Nak. Sini makan pizza sama mama!" teriak seorang perempuan dewasa memakai kerudung sambil membawa kotak besar berwarna cokelat. Dua anak lelaki itu seketika mendekat duduk di kursi panjang berwarna putih.

  • Wanita yang Mencintai Suamiku   Bab 90. Bawa Kenzo Bersamamu!

    Tepat tanggal 21 September, Muammar di-aqiqah. Acara demi acara berlangsung dengan lancar. Meskipun tidak banyak mengundang, ternyata tamu membludak. Olivia tidak tahu jika Papa Zafir juga mengundang mantan karyawannya dahulu.Banyak doa terhatur pada Muammar, termasuk keluasan rezeki, tumbuh menjadi anak salih serta hidup dalam keberkahan di bawah naungan Allah. Kyai dan ustadz yang kemarin meruqyah mereka juga datang.Sebelum sesi foto keluarga, Olivia berdiri di di depan para tamu undangan, memintanya untuk diam dulu agar fokus mendengarkan apa yang dikatakan oleh Olivia.Semua mata memandang kepadanya. Dari yang raut wajahnya terlihat santai sampai judes stadium empat. Namun, Olivia tidak peduli karena tentu saja mereka adalah komplotan tetangga iri dan dengki."Terima kasih atas perhatiannya. Di sini saya sebagai istri Abyan dan juga mama dari Muammar memberitahu kalian semua kalau kami ...." Olivia melirik ke arah kanan, kemudian meminta Kenzo naik ke panggung. "Dia adalah Alexa

  • Wanita yang Mencintai Suamiku   Bab 89. Apa Tante Oliv Membenciku?

    Bab 89. Apa Tante Oliv Membenciku?Setelah satu minggu berlalu, Kenzo masih juga tinggal di rumah Abyan. Dia tetap dipanggil Timothee karena Olivia kesal mendengar nama aslinya. Meskipun perempuan itu telah tertimbun dengan tanah sesaat setelah hasil autopsi keluar, maka pihak rumah sakit langsung memandikannya.Mereka mengatakan bahwa Nadin meninggal bunuh diri karena tidak ada luka lebam di tubuhnya. Luka sayatan bisa saja dia buat sendiri karena menurut informasi dari beberapa tetangga bahwa Nadin memang sering dimarahi para rentenir karena menunggak. Rumah pun disita oleh bank.Namun, ketika dilelang, siapa yang akan mau membeli jika tahu kalau dulu pernah ada orang yang mati secara tragis di sana? Sungguh, sebuah rumah yang dulunya adem ayem kini terlihat angker. Para tetangga yang kebetulan lewat saja enggan menengok ke dalam karena beberapa malam terakhir terdengar suara tangisan dan lolongan meminta tolong.Kenzo sendiri berusaha mengubur masa lalu dengan hidup sebagai Timothe

  • Wanita yang Mencintai Suamiku   Bab 88. Karma Sang Pelakor

    Bab 88. Karma Sang PelakorOlivia terdiam cukup lama. Untuk saat ini hatinya benar-benar terluka. Dia geram pada Nadin dan bersyukur karena dia telah tiada. Melirik sekali pada Kenzo, anak itu menatap penuh harap.Haruskah dia mematahkan harapannya? Dia lahir sebagai seorang muslim bahkan sudah belajar salat dan mengaji, meski hanya dilangsungkan ketika di sekolah atau saat Andre berada di rumah.Lantas, jika ikut pada Stephan, apakah Kenzo akan tetap menjadi muslim? Anting salib pada telinga kiri lelaki berambut landak itu memperkuat dugaan Olivia kalau mereka berbeda agama.Abyan pun sama takutnya. Dia tahu bahwa Stephan adalah anak seorang mafia dari Italia, tepatnya di Kota Turin. Jika Kenzo ikut dengannya lantas belajar menjadi seorang pembunuh, maka dia bisa saja tumbuh sebagai ketua mafia kelas kakap.Terutama karena ada dendam membara di dalam hatinya. Abyan semakin risau. Dia juga ingat kalau Kamila pernah bilang, kedatangan Stephan ke Indonesia sejak bertahun-tahun yang lalu

  • Wanita yang Mencintai Suamiku   Bab 87. Penjelasan dan Bukti Terkuat

    Bab 87. Penjelasan dan Bukti TerkuatKenzo terus menangis dalam pelukan Ibu Namira. Anak lelaki berambut ikal itu sangat terluka atas berita yang dia dengar dari layar kaca. Sekarang, dia merasa tidak punya siapa-siapa lagi.Dalam pikirannya, para rentenir lah yang bersalah karena mereka menagih hutang dengan cara sangat kasar bahkan sengaja menampar wajah Nadin dua kali. Hal itu memang tidak disaksikan langsung oleh Kenzo, tetapi dia bisa mendengarnya.Ibu Namira sendiri berusaha menenangkan anak itu karena dia tahu bahwa Kenzo tak bersalah. Apa pun tindakan orang tuanya, dia tetap masih anak kecil. Ibu Namira kasihan karena kini menjadi yatim piatu, padahal Alex masih hidup.Hampir dua jam Ibu Namira menenangkan Kenzo, gantian dengan Bi Surti dan juga Papa Zafir. Anak tersebut terus dibujuk oleh semua orang di dalam rumah selain Olivia.Perempuan itu menangis dalam kamarnya sambil memeluk Muammar. Dia sengaja menyalakan murottal agar pikiran tenang dan tidak melakukan tindakan cerob

  • Wanita yang Mencintai Suamiku   Bab 86. Kebenaran yang Terungkap

    Bab 86. Kebenaran yang TerungkapAbyan menuju rumah Nadin memakai taksi online dengan sedikit tergesa karena Kamila memberi kabar kalau dia sudah berada di lokasi kejadian bersama Stephan. Perasaannya campur aduk sambil terus berharap kalau nanti Kenzo tidak terlalu sakit hati mendengarnya.Hanya butuh waktu satu jam lebih untuk tiba di sana. Mereka bertemu di bawah pohon yang cukup untuk berteduh. Stephan memintanya bergabung dalam satu mobil karena harus membahas sesuatu."Polisi belum datang, kabarnya sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Aku meminta Kamila pulang dengan memakai taksi karena dia sangat ketakutan. Kau tidak boleh grogi, orang-orang bisa mencurigai kita. Nanti dalam bahaya, sementara pembunuhnya tersenyum menang. Kau mengerti?"Abyan yang baru saja menutup pintu mobil Pajero itu langsung mengangguk. Napasnya sedikit tersengal. Abyan meminum air mineral yang disodorkan oleh Stephan."Siapa pembunuhnya?""Kalau aku memberitahumu, kau janji tidak akan membuka mulut?"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status