Share

Bab 3

Author: Jayden Carter
Untunglah kecepatannya tidak tinggi. Ditambah lagi dia mengenakan sabuk pengaman, jadi tidak terluka. Begitu sadar sudah menabrak mobil, Isyana panik dan buru-buru turun, ingin memastikan apakah orang di mobil lain terluka.

Pintu Porsche terbuka. Pengemudinya adalah seorang pemuda berambut pirang. Begitu turun, dia tidak menggubris Isyana, melainkan langsung berlari membuka pintu sisi lain.

Bersamaan dengan itu, empat sampai lima mobil melaju kencang ke arah mereka. Turunlah belasan orang berpenampilan seperti preman, mengepung Beetle yang dikendarai Isyana.

Isyana terkejut, lalu melihat pemuda yang turun dari sisi lain Porsche itu. Alisnya langsung berkerut. "Kamu?"

Sebagai wanita tercantik di Kota Naldern, meskipun secara hukum sudah menikah, suami bodoh tetap saja tidak bisa menghalangi orang-orang yang mengejarnya. Di depannya sekarang adalah salah satunya, Bruno, putra sulung Keluarga Raliansyah yang terkenal sebagai playboy kaya raya.

"Ya, ini aku." Bruno tersenyum mengejek. "Isyana, bunga mawar dengan pinggiran emas yang kuimpor langsung dari Australia kamu buang ke tong sampah. Tas bermerek seharga ratusan juta kamu kasih ke pengemis. Tapi sekarang, kamu malah menabrak mobilku. Apa ini tandanya kamu berubah pikiran?"

Mata Isyana penuh rasa jijik. "Itu cuma kecelakaan. Berapa pun kerugiannya akan aku ganti."

"Kamu mau ganti? Apa kamu bisa?" Bruno menyeringai sinis. "Porsche 718 varian tertinggi ini minimal harganya hampir 6 miliar. Kamu sanggup ganti? Mobil ini juga sudah menemaniku menaklukkan puluhan wanita. Ini kenangan masa mudaku. Mana bisa diselesaikan dengan uang?"

Wajah Isyana menjadi kelam. "Terus, kamu mau apa?"

"Mudah saja. Jadi wanitaku, maka urusan ini selesai. Malah aku bisa kasih kamu satu Porsche edisi terbatas."

"Mustahil! Aku akan lapor polisi." Isyana buru-buru merogoh ponsel, tetapi langsung dirampas Bruno.

"Aku sudah siapkan kamar hotel. Kita tidur dulu, habis itu silakan kamu lapor polisi. Katakan saja kamu nggak sanggup ganti rugi, jadi pakai tubuhmu untuk bayar utang. Nggak ada yang nggak bakal percaya. Keluargamu pun nggak akan berani bantah."

Bruno tertawa puas, melambaikan tangan. Seketika, para preman di sekitarnya bergerak, berusaha meraih Isyana.

"Jangan mendekat!" Isyana panik, merasa tak berdaya.

Arlo menghela napas, lalu maju dan melindungi Isyana di belakangnya.

Bruno mencibir. "Apa-apaan ini? Si bodoh mau main jadi pahlawan kesiangan? Kamu pikir kamu pantas? Cih!"

Kemudian, pemandangan mengejutkan terjadi. Preman-preman ganas itu roboh satu per satu, berteriak kesakitan seperti kambing yang disembelih.

Hanya dalam sesaat, belasan orang tumbang. Isyana bahkan tak sempat melihat bagaimana Arlo melakukannya.

Padahal orang-orang yang dibawa Bruno terkenal jago berkelahi, tetapi mereka semua tak sanggup menahan beberapa pukulan dari Arlo?

Arlo mencebik. Setelah mendapatkan warisan, dia sudah berlatih di dalam ilusi lautan kesadaran selama tiga tahun. Menghajar preman seperti ini rasanya seperti memakai pisau besar untuk menyembelih ayam.

"Ini ...." Isyana melongo, tak pernah membayangkan suatu hari dia akan dilindungi oleh suaminya yang dianggap bodoh.

Senyuman mengejek di wajah Bruno mendadak hilang, berganti wajah pucat pasi. Sebagai playboy kaya raya, entah sudah berapa wanita dia tiduri. Namun, setiap menghadapi Isyana, dia selalu gagal.

Hari ini dia sudah hilang kesabaran, makanya sengaja merencanakan jebakan ini. Semua sudah diatur rapi. Seharusnya dia sudah bisa memaksa Isyana jatuh ke tangannya. Tak pernah dia sangka, justru dirinya sendiri yang ketakutan sekarang.

Isyana, wanita cantik terkenal dari Kota Naldern, menikah dengan orang bodoh, membuat banyak orang menyesalkan nasibnya. Siapa sangka, si bodoh itu ternyata sehebat ini.

Melihat tatapan Arlo yang menusuk padanya, tubuh Bruno bergetar hebat. Dia mundur tujuh hingga delapan langkah. "Ja ... jangan dekat-dekat! Mau apa kamu?"

Arlo mengepalkan tangannya. "Di depan mataku, kamu berani ganggu istriku. Menurutmu aku bakal diam saja?"

Bruno menelan ludah dengan gugup. "Ja ... jangan gila ya! Dia yang nabrak mobilku, memang sudah seharusnya ganti rugi ...."

Saat itu, Isyana buru-buru menarik Arlo. "Jangan! Memang aku yang salah. Aku yang harus tanggung jawab."

Meskipun kemampuan menyetirnya payah, dia masih tahu aturan. Barusan dia menelepon sambil menyetir, bahkan berbelok. Jelas itu salahnya.

Arlo menggeleng. "Kamu terlalu polos. Cepat ambil ponsel dan rekam."

"Rekam apa?" Meskipun bingung, Isyana tetap menurut dan menyalakan kamera.

Arlo meraih si pemuda berambut pirang yang mengemudi tadi, lalu mengangkatnya. "Kenapa kamu tabrak mobil istriku?"

"Aku ...." Pemuda itu awalnya ingin berbohong. Bagaimanapun, dia adalah pengikut setia Bruno. Namun, begitu melihat mata Arlo yang berkilat aneh, pikirannya seketika kosong.

"Pak Bruno yang suruh! Dia pasang orang di perempatan buat mengintai. Begitu melihat mobil Bu Isyana belok, aku langsung tabrak ...."

Kata-kata itu singkat, tetapi jelas membuka semua fakta. Ini bukan kecelakaan, melainkan jebakan yang sudah direncanakan.

Isyana mendengar semuanya dengan jelas. Wajahnya merah padam karena marah. "Bruno! Dasar nggak tahu malu!"

"Aku ...." Bruno langsung termangu. Rencananya yang sempurna menjadi hancur gara-gara anak buahnya membocorkan rahasia.

Arlo menendang si pirang sampai terlempar, lalu mendekati Bruno.

"Kamu ...." Bruno ingin melontarkan ancaman, tetapi sebelum sempat berbicara, pipinya sudah ditampar berkali-kali, sampai dia tidak bisa mengeluarkan kata-kata.

"Sudah, cukup!" Meskipun marah, Isyana masih berusaha menahan Arlo. Bagaimanapun, Bruno adalah orang Keluarga Raliansyah. Mereka tidak bisa menanggung akibatnya jika masalah jadi semakin besar.

Bruno yang wajahnya bengkak pun menjadi semakin berani saat melihat Isyana takut. Dia berseru, "Dasar bodoh! Kamu berani tampar aku? Keluarga Raliansyah nggak akan ampuni kalian!"

"Kamu sendiri yang bilang aku bodoh, mana aku peduli kamu dari keluarga mana. Orang bodoh bahkan nggak bakal dihukum kalau membunuh. Menurutmu, gimana kalau aku bunuh kamu sekarang?" ejek Arlo yang menarik kerah baju Bruno, lalu menampar lagi.

Tatapan tajamnya membuat Bruno langsung menciut dan keberaniannya lenyap. Semua orang di kota tahu, menantu Keluarga Hanafi adalah orang bodoh. Kalau orang bodoh membunuhnya, siapa yang bisa menuntut?

Bruno buru-buru mengalah. "Tenang ... tenang! Jangan emosi. Apa pun maumu, aku turuti."

"Bagus. Jangan bikin aku marah atau aku benaran bunuh kamu." Arlo mendengus. "Kamu sudah menjebak istriku dan menabrak mobilnya. Menurutmu harus ganti rugi nggak?"

Bruno cepat-cepat mengangguk. "Aku akan ganti rugi! Aku langsung perbaiki mobilnya. Berapa pun biayanya, aku tanggung."

Arlo menamparnya lagi. "Cuma diperbaiki? Enak saja!"

"Aku ... aku ganti yang baru! Beetle, 'kan? Aku transfer 600 juta sekarang juga!"

Air mata Bruno hampir jatuh. Yang penting dia bisa segera lolos dari si bodoh ini. Soal balas dendam, nanti saja.

"Kamu rasa 600 juta cukup?" Arlo menampar dua kali lagi sampai bibir Bruno berdarah.

"Aduh! Aku sudah bayar sesuai harga mobil baru. Masih kurang apa?"

"Kurang banyak!" Arlo mendengus. "Itu bukan mobil biasa. Itu saksi cintaku dan istriku. Tanpa mobil itu, kami nggak akan bisa bersama. Itu perantara cinta kami. Sekarang kamu buat rusak, berarti kamu merusak saksi cinta kami. Jadi, minimal 2 miliar!"

"Aku ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 100

    "Kamu juga kesurupan?" Conan meraba dahi Sahrul."Serius, Kak!""Lebih hebat daripada instruktur yang dulu pernah kita temui di Pasukan Khusus!"Rasa kagum dan hormat yang terpancar dari mata Sahrul akhirnya membuat Conan percaya. Dia pun mengangkat peluru yang masih hangat itu dan terdiam lama sebelum berkata, "Laporkan ke Pasukan Khusus, orang ini kalau nggak melakukan dosa besar, jangan sekali-kali disentuh. Jangan dimusuhi, sebaiknya dijadikan sekutu!""Habis sudah Pardus kali ini!"Mengingat kejadian hari ini, Conan menggelengkan kepala. Seketika dia teringat pada Santoso, hatinya muncul rasa iri. Dasar si tua bangka itu, benar-benar beruntung bisa berkenalan dengan sosok luar biasa seperti Arlo!Ilmu pengobatan? Ilmu gaib? Seni bela diri? Dengan bakat sehebat itu, asalkan Arlo tidak membuat dosa besar, kelak pasti akan menjadi orang yang sukses besar.Sekarang, Arlo masih belum terlalu terkenal sehingga mereka masih sempat menjalin hubungan. Namun saat kelak Arlo sudah benar-bena

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 99

    Conan berkata canggung, "Ini juga semacam penyakit profesi, pekerjaanku menuntut banyak kerahasiaan! Arlo, tolong maklumi!""Itu bukan urusanku dan aku juga nggak ingin mencampuri. Asal benda-benda ini diurus, masalahmu pun selesai," ujar Arlo sambil menunjuk bungkusan kertas minyak itu.Sahrul tetap sulit percaya. Selama bertugas dia sudah menembak mati lebih dari 20 penjahat yang melawan penangkapan. Kalau memang ada hal-hal gaib, bukankah dia seharusnya sudah lama diganggu arwah mereka?Apa itu minyak mayat, apa itu jimat ... bukankah cuma ulah orang yang sengaja membuat keributan? Siapa tahu malah Arlo sendiri yang membuat semua ini, lalu berpura-pura menyingkapnya? Metode "maling teriak maling" seperti itu sangat sering digunakan oleh para dukun gadungan."Lalu, apa yang harus dilakukan?" tanya Sahrul."Pertama, bakar kertas minyak dan uang arwah ini bersama-sama," jawab Arlo.Begitu dia selesai bicara, Sahrul langsung menyalakan korek api dan mendekatkannya ke kertas minyak. Dia

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 98

    Setelah kejadian itu, Conan dan istrinya menonton rekaman CCTV ruang tamu. Potongan-potongan gambar itu membuat mereka merinding ketakutan.Sahrul menatap pasangan suami-istri itu dengan ekspresi aneh. Dalam hati dia merasa, apakah keduanya terlalu tertekan sampai jadi berhalusinasi? Menurut pikirannya, kemungkinan besar si gadis kecil hanya ingin bermain dengan pedang kayu, tapi Conan tidak mengizinkan.Anak itu pun mengambek, menangis, lalu meniru adegan di televisi dengan berpura-pura mengancam akan lompat dari balkon. Hal itu menakuti Jenifer, hingga membuatnya kehilangan kendali sejenak. Bagi Sahrul, ini bukanlah sesuatu yang luar biasa. Dalam keadaan panik dan ketakutan hebat, wajar saja orang bisa mengalami kekacauan mental."Aku nggak berani lagi tinggal di rumah. Begitu pagi tiba, aku langsung membawa keluargaku, rencananya mau ke tempat Santoso, biar dia yang mengantarku mencarimu!""Di tengah jalan, lalu lintas sangat sepi dan hanya ada sedikit kendaraan. Tiba-tiba ada sebua

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 97

    "Dari semalam sampai sekarang, nyaris separuh nyawaku hilang! Kalau bukan karena khawatir terjadi sesuatu di jalan, aku sudah ingin langsung ke perkebunan mencarimu." Wajah Conan tampak ketakutan, seperti orang yang baru saja lolos dari maut.Sambil bicara, dia menunjuk pada seorang pria dan seorang wanita yang dibawanya, lalu memperkenalkan, "Arlo, ini istriku, Jenifer. Yang satu lagi sahabat lamaku, Sahrul!""Mereka bukan orang luar, jangan khawatir. Kamu harus tolong aku menyelesaikan masalah ini!"Sejak hari pertama masuk ke biro keamanan, Sahrul selalu mengikuti Conan. Selama lebih dari sepuluh tahun bersama, mereka bukan hanya sebatas atasan dan bawahan, tapi juga saudara seperjuangan."Ketua, kenapa aku sama sekali nggak paham sama semua yang kamu katakan hari ini?" tanya Sahrul sambil mengusap dagunya dengan kebingungan.Conan pun segera menceritakan apa yang terjadi selama dua hari ini. Setelah berpisah dengan Arlo dan Santoso kemarin, dia langsung kembali ke biro keamanan.Di

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 96

    Pria berjanggut hanya mengeluarkan beberapa dengusan. Keringat dingin mengalir deras di dahinya, tetapi dia tetap tidak menjerit kesakitan.Arlo masih menginjak tubuh pria itu, lalu menoleh sekilas pada sopir truk. "Kecelakaan ini salahku. Kita selesaikan secara pribadi saja. Aku transfer uang padamu, lalu kamu boleh pergi!""Nggak ... nggak usah!" Wajah sopir itu pucat pasi, dia buru-buru berbalik dan hendak lari."Tunggu!" Suara Arlo terdengar lagi.Sopir itu semakin panik. Di matanya, pemuda ini adalah orang yang bahkan tidak takut menghadapi senjata api! Adegan yang baru dia saksikan itu lebih gila daripada film. Dia pun teringat pada adegan klise di layar lebar. Setelah ini, biasanya saksi akan "dibungkam"."Kasih aku rekeningmu! Aku akan transfer sekarang!" kata Arlo tenang.Dengan tubuh kaku, sopir itu memberikan nomor rekening. Arlo pun segera mentransfer 20 juta. Begitu mendengar bunyi notifikasi uang masuk, sopir itu menatap tak percaya. Namun, dia tidak berani bertanya apa-a

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 95

    Wajah Arlo sedikit menggelap. Jika tabrakan jip yang pertama tadi masih bisa dianggap satu persen kemungkinan sebagai kecelakaan, maka kali ini sudah jelas benar-benar ditujukan untuk mereka."Ayah, pegang yang kuat!" ucap Arlo dengan suara berat, lalu mengentak pedal gas. Mobil langsung melesat ke depan.Setelah menstabilkan arah, kedua mobil sempat sejajar. Dari kaca jendela, Arlo bisa melihat jelas sopir jip itu adalah seorang pria berjanggut lebat yang berusia lebih dari 40 tahun.Di wajah pria berjanggut itu ada sebuah bekas luka yang panjang dan dalam, membentang dari bawah mata kiri hingga ke sudut mulut kanan, membuat wajahnya tampak garang dan menakutkan.Mata mereka saling bertemu dan memancarkan aura membunuh yang tajam.Victor mencengkeram erat pegangan tangan hingga jemarinya bergetar. Kecepatan mobil begitu tinggi. Di jalan sempit berliku seperti ini, situasinya benar-benar berbahaya.Saat melewati sebuah tikungan tajam lagi, Arlo melihat ada sebuah truk besar melaju dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status