Home / Horor / Warung Kopi Dunia Bawah / Bab 20: Rahasia Ruang Bawah WarKoDuBa

Share

Bab 20: Rahasia Ruang Bawah WarKoDuBa

Author: D.Arluna
last update Last Updated: 2025-06-24 13:19:37

Langit malam di atas WarKoDuBa diselimuti awan kelabu yang tak biasa. Petir menyambar jauh di horizon, namun tak menggetarkan apa pun—seakan hanya ingin memberi peringatan samar. Di dalam warung, suasana jauh dari biasa.

Toyo sedang berdiri mematung di dapur, menatap lantai dengan tatapan kosong.

“Mas Dimas... Lantainya... napas.”

Dimas menoleh dari balik bar. “Lantai?”

Karina langsung melayang rendah dan memeriksa. “Dia benar. Ada... detak. Dari bawah.”

Randi mengintip dari belakang dispenser. “Akhirnya! Akhirnya... misteri basement terlarang terkuak!”

---

Sebenarnya, ada satu ubin di WarKoDuBa yang tidak pernah bisa dibersihkan. Toyo sudah pernah coba disikat pakai pasta gigi, soda kue, bahkan mantra dari channel YouTube dukun, tetap saja ubin itu terasa ‘hidup’.

Hari itu, ubin itu bergeser sendiri.

Terbuka celah sempit.

Muncul udara dingin, lembab, dan... harum kopi.

---

Mereka semua saling pandang. Lalu, tanpa suara, turun satu per satu.

Tangga kayu menurun dalam lingkaran spiral.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 67: Malam Terakhir di Pelabuhan Neraka

    Angin malam di Pelabuhan Neraka berembus tajam, membawa aroma amis dari laut dan asap dupa yang entah berasal dari ritual apa. Di kejauhan, kilatan api tampak menari dari atas kapal-kapal yang sedang bersandar, seolah menyala tanpa kendali. Suasana begitu mencekam—seolah-olah kota itu sedang menahan napas, menunggu letusan besar yang tak terhindarkan.Dimas berdiri di atas atap gudang tua, mengenakan jaket kulit hitam yang kini penuh bekas luka dan debu. Di sebelahnya, Toyo, untuk pertama kalinya tidak mengeluarkan suara bodoh. Ia hanya menatap serius ke arah dermaga tempat rombongan Tuan Besar terakhir berkumpul. Di bawah sana, Karina berdiri mematung dengan aura biru pucat yang makin menyala. Semakin dekat malam menuju puncaknya, semakin kuat kehadirannya."Apa kau yakin mereka akan muncul malam ini?" tanya Toyo pelan.Dimas mengangguk. "Mereka akan datang. Mereka butuh artefak itu. Dan kita akan menghancurkannya sebelum tangan mereka menyentuhnya."Toyo menggenggam karung hitam ber

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 66: Pelanggan dari Masa Depan

    Malam itu, angin di lorong dunia bawah berembus lebih dingin dari biasanya. Di luar warung, suara-suara dari dimensi lain menggema samar, seperti bisikan masa yang tidak pernah terjadi. Dimas, yang baru saja menyelesaikan daftar stok biji kopi, menghela napas dan menatap Toyo yang sedang sibuk menata tumpukan gelas di rak."Toy, kau ngerasa nggak sih... malam ini beda?" gumam Dimas, sambil menyandarkan tubuh di meja bar.Toyo mengangguk pelan. "Iya, kayak ada... gangguan frekuensi. Barusan waktu aku buka kulkas, suara dari dalamnya kayak siaran radio. Padahal isinya cuma es batu dan satu botol susu kedelai."Karina yang duduk melayang di sudut dekat jendela ikut menoleh. "Kalian denger itu? Ada derap langkah... tapi bukan kaki manusia. Itu... suara sepatu logam."Dan benar saja, tak lama kemudian, pintu warung terbuka perlahan dengan derit nyaring seperti biasa. Namun yang masuk bukan makhluk berkepala tiga atau arwah penasaran seperti biasanya.Yang masuk... adalah seorang pria. Ting

  • Warung Kopi Dunia Bawah   BAB 65 - KOPI TITIK NOL: PINTU KE RAJA API

    Malam berganti cepat di warung kopi Dunia Bawah. Plakat "Wilayah Netral Dimensi" di dinding kini bersinar lembut, tapi tidak ada yang merasa lebih aman. Justru sebaliknya, ketenangan ini seperti hening sebelum badai. Dimas duduk di bar, menatap biji kopi baru di hadapannya: hitam legam, tapi berkilau seperti kaca obsidian. Biji itu datang pagi tadi, dibungkus dalam amplop kabut dari Angelica. Di atasnya hanya tertulis satu kata:> Titik Nol."Mas, kamu yakin mau seduh itu?" tanya Karina, yang kini nyaris tak punya bayangan lagi saat berdiri di bawah cahaya lampu."Belum sekarang," jawab Dimas. "Tapi ini... semacam kunci. Kayaknya kopi ini bisa buka sesuatu.""Sesuatu... kayak pintu?" sahut Randi sambil menyodok mie goreng ke mulutnya."Iya," jawab Dimas. "Pintu ke Raja Api."Toyo langsung tersedak susu kotak. "Ng... ngapain buka-buka pintu ke Raja Api? Nggak cukup satu Lilit kemarin, Mas? Dia aja udah kayak episode terakhir sinetron azab.""Justru karena itu," kata Karina lirih. "Kala

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 64 - Cangkir Cahaya Melawan Neraka

    Langit-langit warung seolah mendadak dipenuhi kabut hitam kental. Asap mengepul dari cangkir yang baru saja diletakkan Karina di meja. Warnanya bukan cokelat kopi biasa—tapi merah tua seperti darah yang baru ditumpahkan."Apa ini... kopi?" bisik Toyo sambil menahan napas."Ini bukan kopi biasa," jawab Karina pelan. "Ini Cangkir Cahaya... senjata terakhir dari dunia atas."Semua pelanggan diam. Bahkan para makhluk dunia bawah yang biasa gaduh kini menunduk. Mereka tahu apa artinya cangkir itu: deklarasi perang.Dimas menatap Karina dengan sorot bingung. "Kamu yakin ingin melawan?"Karina menoleh. "Bukan ingin, Mas. Harus. Dunia atas sudah terlalu lama diam. Tapi setelah neraka mengincar warung ini... kita tak bisa lagi hanya menyajikan menu dan candaan."Randi menelan ludah. "Oke, tunggu sebentar. Siapa yang mengincar kita, tepatnya?"Saat itulah pintu warung terbuka sendiri, tanpa ada yang menyentuhnya. Angin dingin masuk, dan seorang perempuan bergaun hitam berjalan masuk, langkahnya

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 63: Para Penghidu Neraka

    Warung kopi itu tampak biasa bagi mata manusia. Tapi setelah malam Erebus terbakar dalam gelas kecil kopi Amarah, tempat itu tak pernah sama lagi. Ada bayangan-bayangan aneh di sudut mata. Suara langkah tanpa wujud saat tengah malam. Dan aroma—aroma aneh seperti arang terbakar dan bunga-bunga layu—menyelimuti udara.Dimas menyeduh kopi seperti biasa malam itu. Namun tangannya sedikit gemetar, bukan karena takut, tapi karena sadar: sejak Erebus datang, dunia bawah mulai mengarahkan matanya ke warung ini. Aroma kehangatan, aroma perlindungan, dan—lebih penting lagi—aroma kesempatan untuk merusak."Toyo, hari ini ganti mantra pelindung tiap dua jam sekali," kata Dimas sambil mengatur grind setting mesin espresso yang sekarang sudah ditempeli jimat."Dua jam, Mas?" keluh Toyo sambil menggenggam buku mantra. "Kemarin aja gue sampe mimpi disuruh baca mantra sambil nyangrai kopi.""Kalau nggak mau dikunjungi hantu pengupas wajah lagi, ya kerjain. Randi, kamu cek sumur belakang. Pastikan sege

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 62: Kopi Amarah Sang Iblis

    Warung kopi itu malam ini terasa lebih panas dari biasanya. Udara dipenuhi aroma rempah-rempah tajam dan asap dupa yang tebal, membuat Dimas sedikit sesak meski ia sudah terbiasa dengan segala jenis pelanggan eksentrik yang datang.“Gue ngerasa… ada energi jahat di sekitar sini, Mas,” bisik Toyo, yang bahkan tidak sedang nyeruput susu kotaknya seperti biasa. “Bukan jahat kayak tuyul-tuyul iseng itu, tapi… beneran gelap.”Dimas mengangguk, matanya menatap lurus ke kursi pojok yang kini diisi oleh sesosok pria berpakaian serba hitam, mengenakan jas panjang yang hampir menutupi seluruh tubuhnya. Sosok itu tidak minum, tidak bicara, hanya duduk dengan tangan terlipat, menatap kosong ke arah dapur.“Udah duduk dari jam berapa?” tanya Dimas ke Randi yang baru datang dari dapur membawa baki berisi gelas-gelas kopi kosong.“Dari sebelum gua nyampe tadi. Tapi nggak mesen apa-apa. Cuma ngelihatin lo.”Dimas menghela napas, lalu berjalan pelan ke arah sosok pria misterius itu. Ia tersenyum, sika

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status