Beranda / Horor / Warung Kopi Dunia Bawah / Bab 21: Dimas dan Rasa yang Hilang

Share

Bab 21: Dimas dan Rasa yang Hilang

Penulis: D.Arluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-25 16:13:49

Pagi itu, udara di WarKoDuBa lebih sunyi dari biasanya. Hujan semalam masih menyisakan titik-titik embun di kaca jendela. Meja-meja yang biasanya diisi tawa dan cerita, pagi ini hanya menyuguhkan diam. Tak ada aroma kopi yang menggoda, tak ada riuh tawa Randi atau keluhan Toyo tentang stok susu kental yang entah kenapa selalu menghilang.

Dimas duduk sendiri di kursi bar, menatap teko kopi yang belum ia sentuh sejak tadi subuh. Empat cangkir sudah ia seduh sendiri pagi itu. Semuanya ia buang. Rasanya tidak salah. Tapi juga tidak benar.

“Aku nggak bisa ngerasain apa-apa,” gumamnya.

Toyo, yang baru datang dengan jaket bertuliskan ‘Asisten Tetap Warung Dimensi’, terhenti saat melihat Dimas yang tampak seperti patung kontemplatif.

“Mas Dimas... ngopi yuk?”

Dimas tak menjawab.

---

Tak lama, Karina muncul. Ia langsung menyadari ada yang tidak biasa. “Toyo, kenapa suasananya kayak pemakaman?”

“Mas Dimas nggak bisa ngerasain kopi,” bisik Toyo pelan, seolah takut kata-katanya terdengar oleh lan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 63: Para Penghidu Neraka

    Warung kopi itu tampak biasa bagi mata manusia. Tapi setelah malam Erebus terbakar dalam gelas kecil kopi Amarah, tempat itu tak pernah sama lagi. Ada bayangan-bayangan aneh di sudut mata. Suara langkah tanpa wujud saat tengah malam. Dan aroma—aroma aneh seperti arang terbakar dan bunga-bunga layu—menyelimuti udara.Dimas menyeduh kopi seperti biasa malam itu. Namun tangannya sedikit gemetar, bukan karena takut, tapi karena sadar: sejak Erebus datang, dunia bawah mulai mengarahkan matanya ke warung ini. Aroma kehangatan, aroma perlindungan, dan—lebih penting lagi—aroma kesempatan untuk merusak."Toyo, hari ini ganti mantra pelindung tiap dua jam sekali," kata Dimas sambil mengatur grind setting mesin espresso yang sekarang sudah ditempeli jimat."Dua jam, Mas?" keluh Toyo sambil menggenggam buku mantra. "Kemarin aja gue sampe mimpi disuruh baca mantra sambil nyangrai kopi.""Kalau nggak mau dikunjungi hantu pengupas wajah lagi, ya kerjain. Randi, kamu cek sumur belakang. Pastikan sege

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 62: Kopi Amarah Sang Iblis

    Warung kopi itu malam ini terasa lebih panas dari biasanya. Udara dipenuhi aroma rempah-rempah tajam dan asap dupa yang tebal, membuat Dimas sedikit sesak meski ia sudah terbiasa dengan segala jenis pelanggan eksentrik yang datang.“Gue ngerasa… ada energi jahat di sekitar sini, Mas,” bisik Toyo, yang bahkan tidak sedang nyeruput susu kotaknya seperti biasa. “Bukan jahat kayak tuyul-tuyul iseng itu, tapi… beneran gelap.”Dimas mengangguk, matanya menatap lurus ke kursi pojok yang kini diisi oleh sesosok pria berpakaian serba hitam, mengenakan jas panjang yang hampir menutupi seluruh tubuhnya. Sosok itu tidak minum, tidak bicara, hanya duduk dengan tangan terlipat, menatap kosong ke arah dapur.“Udah duduk dari jam berapa?” tanya Dimas ke Randi yang baru datang dari dapur membawa baki berisi gelas-gelas kopi kosong.“Dari sebelum gua nyampe tadi. Tapi nggak mesen apa-apa. Cuma ngelihatin lo.”Dimas menghela napas, lalu berjalan pelan ke arah sosok pria misterius itu. Ia tersenyum, sika

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 61 – Tatapan Dingin Sang Calon Ratu

    Malam baru saja turun ketika Dimas keluar dari warung sambil menghela napas panjang. Hawa Kota Bawah terasa lebih lembap dari biasanya. Kabut halus mengambang di sekitar jalan-jalan setapak, seolah menyembunyikan sesuatu yang belum sempat diungkap dunia.“Lo nggak takut keluar malam-malam begini?” tanya Toyo, menyusul dari belakang sambil mengunyah keripik lele rasa keju.Dimas melirik temannya, “Gue barusan ditelpon pelanggan baru. Katanya penting. Dia maksa banget buat ketemuan malam ini, di luar warung.”“Siapa?” Toyo mengangkat alis. “Kalo cewek cakep, gue ikut.”“Dia bilang namanya... Reina.”Toyo langsung berhenti mengunyah. “Reina? Nama yang terlalu... megah buat dimensi bawah, ya.”Dimas mengangguk. “Tungguin warung. Gue nggak lama.”Toyo mendengus, tapi tetap melambaikan tangan. “Jangan sampai lo pulang udah jadi kodok, Dim.”Dimas tersenyum tipis, lalu berjalan melewati gang sempit yang hanya diterangi lampu neon redup. Tempat pertemuannya adalah di ujung dermaga kecil yang

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 60: Tamu Tak Terdaftar

    Malam itu, langit di atas Warung Kopi Dunia Bawah tampak lebih pekat dari biasanya. Awan hitam menggantung rendah seperti hendak menyampaikan kabar buruk. Dimas yang sedang membersihkan gelas-gelas kopi di bar, merasakan suasana aneh itu. Bukan karena cuaca, melainkan karena getaran tak biasa yang merambat dari lantai kayu ke telapak kakinya."Toyo, lu ngerasa nggak sih, warung kita kayak... bergetar pelan?" tanya Dimas tanpa menoleh.Toyo yang tengah sibuk mengepel lantai berhenti, berdiri diam, lalu menempelkan telinganya ke lantai."Wah iya, Mas. Kayak ada yang jalan di bawah tanah... atau sesuatu yang gede banget..."Tiba-tiba, lonceng pintu berbunyi. Namun bukan suara khas pintu kayu dibuka, melainkan suara geraman berat—seperti gesekan rantai baja berkarat. Aroma belerang langsung memenuhi ruangan."Kita kedatangan tamu dari neraka nih kayaknya," gumam Randi yang baru turun dari lantai dua sambil membawa kamera. "Cekrek dikit ah, siapa tahu kontennya bisa viral."Dari pintu masu

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 59: Pengunjung dari Waktu yang Terlupakan

    Pintu Warung Kopi Dunia Bawah menutup pelan, tapi gema kehadiran pria berjubah ungu itu masih terasa jelas. Tubuhnya samar, nyaris tembus pandang, dan langkahnya seolah tak menyentuh lantai. Randi, Toyo, Dimas, dan Karina menatapnya dengan campuran takjub dan waspada."Kau... mau kembali ke masa lalu?" tanya Dimas perlahan, seakan tak ingin mengganggu realitas yang nyaris pecah di hadapan mereka.Pria itu mengangguk. "Bukan untuk mengubah. Hanya untuk melihat. Aku sudah terlalu tua untuk memperbaiki hidupku. Tapi aku ingin tahu... di titik mana aku berhenti jadi manusia."Karina mendekat, tatapannya lembut namun penuh rasa ingin tahu. "Apa kau tahu siapa dirimu sekarang?"Pria itu menoleh. "Aku... dulu dipanggil Pak Dirman. Guru di sebuah desa kecil di kaki gunung. Aku mendidik anak-anak. Tapi satu kesalahan membuatku kehilangan segalanya."Toyo meneguk ludah. "Kesalahan... seperti apa?"Pak Dirman menunduk. "Aku menuduh seorang murid mencuri. Tanpa bukti. Hanya karena firasat. Dan ka

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 58: Pengunjung yang Tak Terlihat

    Warung Kopi Dunia Bawah kembali diselimuti suasana hening. Jam dinding berdetak lambat, aroma kopi robusta khas buatan Dimas menyatu dengan udara, dan Toyo sedang menyapu lantai dengan gaya ninja—melompat sambil bersiul, seperti sedang berada di tengah arena kungfu.“Kalau kau semangat nyapu kayak gitu terus, kita bisa daftarin kamu ke acara TV ‘Master Bersih-Bersih Dunia Gaib’,” sindir Randi dari balik laptopnya.Toyo berhenti dan memelototi Randi, “Ssst! Jangan sembarangan ngomong! Barusan ada yang lewat. Angin dingin, Randi. DINGIN BANGET!”Randi menghela napas. “Angin, Toyo. Angin. Jangan tiap kali ketiup hawa AC kamu pikir itu hantu.”Namun, Dimas yang baru saja menyalakan teko kopi tiba-tiba menghentikan gerakannya. Ia memicingkan mata ke arah kursi pojok yang biasanya kosong. Kursi itu goyang sendiri.“Randi, Toyo… kalian lihat itu?” bisik Dimas.Mereka bertiga menatap ke arah yang sama. Kursi itu jelas-jelas bergerak perlahan, seperti ada seseorang duduk… atau berdiri kemudian

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status