Diana berkedip sekali. Lalu ia bisa melihat kedua tangannya tengah digenggam oleh dua sosok berbeda di samping kanan dan kirinya.
Kepalanya terangkat untuk melihat tangan siapa yang menggenggamnya. Bibir Diana melengkung saat melihat siapa sosok yang memegang tangannya.
"Ayah, Ibu, kita mau kemana?" tanya Diana dengan antusias.
Matanya menampakkan kebahagiaan yang menyilaukan.
Orang yang dipanggil ayah dan ibu itu hanya tersenyum pada Diana tanpa menjawab.
Perlahan keduanya melepaskan tangan mereka dari tangan Diana. Diana terdiam dengan kebingungan yang jelas.
"Ada apa, ibu? Ayah?" tanya Diana.
Bukannya menjawab, kedua sosok itu memalingkan wajah dan menghadap ke depan.
Mereka mulai melangkah dari samping Diana. Diana melebarkan matanya dan rasa takut tiba-tiba mencengkeram dadanya saat meli
Kevin berlari mendekati Revan yang sedang berjalan di halaman sekolah."Hei! Kita jadi ke rumahmu hari ini 'kan?" tanya Kevin mendadak pada Revan.Revan hanya melirik dari sudut matanya dan menjawab dengan gumaman."Hm."Saat ini mereka berdua sedang berjalan melewati lapangan basket sekolah menuju kelas.Saat mereka masuk ke dalam kelas, mereka menemukan Diana sedang tertidur di antara murid di kelas.Diana tidur dengan tangan yang menyembunyikan kepalanya di atas meja. Ia ternyata bisa tidur di tengah berisiknya murid dalam kelas yang asyik mengobrol.Kevin dengan semangat tinggi mendekati meja Diana dan menggoyangkan bahunya agar terbangun.Revan hanya melihat tingkah temannya itu dan tidak melakukan apa pun.Diana mengangkat kepal
Pada malam harinya, Diana dan David duduk menghadap dokter psikiater yang sebelumnya menangani Diana.“Kabar baik untuk kalian,” kata dokter.Diana dan David berpandangan lalu kembali menghadap ke depan lagi pada sang dokter.“Tentang penyembuhan untuk Diana...” David dan Diana saling memandang lagi, menunggu lanjutan kalimat dari orang dihadapan mereka.“Aku sudah bisa menjamin untuk menyembuhkan Diana,” lanjut sang dokter.“Benarkah?” mata David berbinar.Sang dokter mengangguk, “Aku sudah melihat peluangnya dan bagaimana caranya. Diana bisa sembuh dengan tetap datang teratur ke sini lalu melakukan terapi, aku sudah menentukan terapi yang digunakan."David tersenyum lega sembari menggenggam tangan adiknya."Karena Diana hanya bisa datang seminggu se
“Kita akan mulai dengan memisahkan dulu siapa yang sudah jadi peserta dan siapa yang tidak,” sahut ketua kelas.Murid di kelas segera saja membagi wilayah kelas menjadi dua, deretan kursi sebelah kanan dan kiri.Sebelah kanan bagi yang sudah ikut jadi perwakilan untuk lomba dan sebelah kiri untuk murid yang tidak ikut.Kemudian dimulailah pemilihan untuk lomba yang belum ada pesertanya.Diana santai saja karena ia percaya diri tidak akan terpilih. Entah dari mana kepercayaan diri itu.Tapi ia merasa teman dikelasnya tidak akan menunjukknya karena mereka tidak dekat dengannya dan kurang tahu apa yang bisa dia lakukan.Kecuali Diana bisa menjadi peserta lomba cerdas cermat mewakili kelasnya. Tapi lomba itu tidak ada sehingga Diana tidak perlu berpartisipasi dalam ulang tahun sekolah.“Lomba yang pertama adalah lomba pertunjukan alat musik. Belum ada yang percaya diri untuk mendaftarkan dir
Tiba-tiba Michael datang menghampiri Diana.“Selamat, ya," ucap Michael sambil tersenyum.“Selamat? Aku sedang mendapat masalah bukannya hadiah,” kata Diana membalas sembari menggeleng-gelengkan kepalanya frustrasi.“Kenapa bukan kau saja yang terpilih? Kau 'kan banyak penggemarnya," kata Diana mengoceh tidak jelas karena panik.“Tapi aku tidak menguasai alat musik satupun.” Michael membalas.“Lagi pula sangat tidak mungkin. Kau pasti tahu aturannya 'kan? Aku sudah ikut lomba lari jarak dekat mewakili kelas,” balas Michael.“Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?” tanya Diana masih frustasi.“Kenapa? Apa kau tidak percaya diri?” tanya Michael.“Itu sudah jelas, kan. Aku hanya bisa mempermalukan diri sendiri. Belum lagi mereka akan menyalahkanku karena sudah mempermalukan kelas.” Diana menghela napas.Diana lalu mengangkat kedua t
Hari ini Diana dan Kevin mengikuti Revan pulang ke rumahnya. Mereka akan melanjutkan latihan membela diri di rumah Revan lagi.Saat ini mereka sedang berjalan di halaman rumah Revan. Mereka datang dengan naik taksi dan harus berhenti di depan gerbang rumah Revan.Berbeda jika Valen yang menjemput Revan, mereka akan ikut menumpang dan mereka akan turun langsung di depan rumah Revan tanpa berjalan melewati halaman. Karena mereka juga ikutan naik ke mobil Valen.Tapi karena Revan tidak dijemput, maka mereka bertiga pulang dengan menaiki taksi.Mereka melewati halaman rumah Revan yang cukup luas, hingga mereka perlu berjalan dalam waktu beberapa menit.Mereka langsung ke rumahnya Revan setelah pulang sekolah untuk berlatih lagi, itu hal yang mereka sepakati bersama.Diana bisa datang karena hari ini bukan jadwal kerjanya. Jadi hari ini ia tidak bekerja dan pergi latihan untuk memperkuat pertahanannya.
Revan belum menjawab pertanyaan Kevin yang menanyakan apakah dirinya baik-baik saja dan malah melihat ke arah lain.Melihat Revan yang mengalihkan pandangan, Kevin sudah yakin dengan dugaannya bahwa Revan tidak baik-baik saja.Tidak ada yang berbicara lagi sampai akhirnya Revan bersuara untuk menjawab pertanyaan Kevin. Ia menjawab tanpa menatap lawan bicaranya.Padahal Kevin sudah mengira Revan tidak akan menjawabnya.“Kalau tentang itu, aku rasa kalian bisa menebaknya.”Revan tanpa sadar membenarkan apa yang dipikirkan Kevin dan Diana.Diana dan Kevin menurunkan pandangan dengan wajah yang tidak menunjukkan kesenangan sedikit pun karena dugaan mereka benar.Karena walaupun mereka sudah bisa menduganya, mereka berharap dugaan itu salah dan Revan baik-baik saja.Tapi mereka juga tidak ingin Revan berbohong dengan mengatakan dirinya baik-baik saja.Karena itu lah, apa pun jawaban
“Anda sadar kalau itu bisa membuat anda dibenci olehnya. Dibenci oleh anak anda sendiri. Apa anda benar-benar hanya memikirkan dan mementingkan tentang penerus perusahaan milik anda saja?"Kevin menghilangkan keraguannya dan mengutarakan isi pikirannya meski itu menyinggung orang yang ada di depannya."Lalu anehnya lagi, kenapa anda harus terus mengincar Albert? Anda bisa melepaskannya dengan menikah lagi dan memiliki anak bersama orang yang anda inginkan," lanjut Kevin.“Kau memang tidak tahu apa-apa. Albert anakku satu-satunya. Dan kenyataan itu tidak akan pernah berubah.” Helena membalas.“Anda mengatakan seolah-olah sangat menyayanginya, lalu mengapa meninggalkannya hanya karena sebuah perjanjian?” tanya Kevin.“Bagaimana mungkin jika kau tidak menyayanginya jika hanya dia anak yang kau miliki dan tidak akan bisa memiliki yang lain?” tanya Helena mengangkat sebelah alisnya. Ia mengak
Kevin merenung dan mengingat kembali kejadian sebelumnya saat berada di rumah sakit. Ia seolah tidak peduli saat ini masih berada di depan Helena.Beberapa hari yang lalu, Kevin sedang menjaga Oliver yang sudah sadar dari masa kritisnya sejak tiga hari yang sebelumnya.Oliver sedang duduk bersandar bantal di atas kasurnya.“Apa kau mendengar sesuatu tentang kecelakaan ayah dari Albert?” tanya Oliver tiba-tiba pada kevin yang sedang membaca buku.Kevin mengalihkan perhatian dari buku bacaannya pada ayah angkatnya.“Anda tidak diberitahu olehnya?” Kevin balas bertanya sembari melihat ke arah Oliver.“Dia pasti menyelidikinya, kan,” kata Oliver juga tidak menjawab pertanyaan Kevin.“Benar, tapi dia tidak menemukan apa-apa dengan penyelidikannya.” Kevin tidak berbohong, tapi