Share

7 Ide Gila

Author: Ans18
last update Last Updated: 2025-04-17 17:17:12

"Kenapa kita nggak pulang aja sih?" Arka masih tidak terima lelaki di depannya itu memaksanya makan siang bersama di sebuah restoran makanan Jepang.

"Kita perlu bicara." Caraka memanggil pelayan restoran untuk meminta buku menu selagi Arka terus saja menyuarakan keberatannya.

"Tapi kan bisa di rumah."

"Kamu terlalu merasa berkuasa kalau di rumah. Makanya aku cari tempat yang netral. Minimal kalau kamu merajuk, kamu nggak akan mencak-mencak kayak kemaren karena malu dilihat orang."

Arka membuka mulut, ingin membantah apa yang diucapkan Caraka, tapi sepertinya otaknya sedang tidak bekerja, hingga akhirnya Arka menutup mulutnya kembali.

"Kamu nggak makan sushi?" tanya Caraka yang bingung mendapati Arka hanya memesan nasi kari Jepang.

"Aku nggak suka sushi."

Caraka tiba-tiba merasa bersalah karena tadi tidak menanyakan terlebih dulu apa yang disuka dan tidak disuka Arka. "Sorry, aku nggak tau kalo kamu nggak suka sushi."

"Katanya suami, tapi apa yang disuka istrinya nggak tau," ledek Arka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • When I Me(e)t You   60 Sweet Kan, Ma?

    “Kamu belum sepenuhnya bisa percaya sama suami kamu, Ka.” Itu kalimat Dokter Karina yang terus terulang di otak Arka.Sekembalinya ke Jakarta, Arka secepatnya mengatur janji temu dengan psikolognya. Karena ia mendapat jadwal di hari kerja, Caraka tidak bisa menemaninya pergi. Caraka memintanya untuk menunggu sampai weekend agar bisa menemani, tapi Arka tidak ingin menunggu terlalu lama.Arka tahu, setelah kejadian ‘itu’, ia jadi lebih overthinking, insecure, dan hal-hal negatif lain, yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan. Ia bahkan sering terbangun tengah malam dan tiba-tiba merasa bersalah, padahal hanya melihat Caraka tidur pulas di sampingnya.Sedihnya lagi, ia tidak tahu harus cerita masalah ini kepada siapa. Hanya kepada psikolognya ia bisa bercerita. Kepada Naya, ia malu untuk menceritakannya kalau Naya tidak bertanya lebih dulu padanya.Kepalanya yang terasa pening, membuat Arka melajukan mobilnya ke arah rumah orang tuanya. Ia malas pulang ke rumah—yang ditempatinya bersama

  • When I Me(e)t You   59 Cemburunya Arka

    “Abang, ayo bangun. Kita mesti nyampe rumah Budhe sebelum akad mulai. Malahan disuruh jam tujuh udah stand by di sana,” ucap Arka membangunkan Caraka sambil menggoyang-goyangkan lengan Caraka.Setelah kejadian saat malam hari, di mana mereka hampir menjadi suami istri seutuhnya—tapi terpaksa gagal karena Arka yang masih belum bisa menghilangkan traumanya, keduanya memilih langsung tidur, tidak sambil berpelukan seperti biasanya. Justru ada dua guling yang menjadi pembatas di antara mereka, karena Caraka takut menyakiti Arka lagi.Caraka mengerjap pelan, kemudian menatap Arka yang sepertinya sudah selesai mandi. “Kamu udah nggak apa-apa?” tanya Caraka sambil mengusap pelan pipi istrinya itu.Arka menggeleng sambil tersenyum, meraih tangan Caraka yang mengusap pipinya, “Maaf ya, Bang.”“Abang yang minta maaf.”Arka terkekeh kecil. “Kayaknya nggak bakal ada habisnya kalo kita saling minta maaf. Nggak usah dibahas lagi ya, Bang. Aku janji bakal ngatur jadwal lagi buat konsul ke Tante Kar

  • When I Me(e)t You   58 Mulai Cinta

    "Arkaaa, kamu mau nyiksa Abang?"Arka mengerucutkan bibir, merenggangkan jaraknya dengan Caraka. “Ya udah, Abang sarapan dulu, mandi, terus tidur. Nanti siang aku ajak aktivitas yang capek biar malemnya nggak mikir macem-macem, jadi kita bisa tetep tidur bareng kayak biasanya.”“Siang? Aktivitas yang bikin capek?” Pikiran Caraka mulai ke mana-mana karena kalimat ambigu yang diucapkan Arka.Arka malah mengerling jahil dan begitu saja keluar dari kamar.Caraka menggeram kesal dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi lebih dulu, menghilangkan kantuknya sebelum sarapan.***"Ini aktivitas yang kamu bilang bakal bikin capek?"Setelah berkendara sekitar satu jam, keduanya sampai di pelataran parkir dengan gapura besar bertuliskan 'Cukang Taneuh/Green Canyon'.Caraka langsung merasa curiga karena Arka dengan semangat ‘45 membawanya ke tempat itu. Apalagi nama Green Canyon mengingatkannya pada Grand Canyon yang berada di Amerika.Seorang pria paruh baya tiba-tiba mengetuk kaca mobil di sisi

  • When I Me(e)t You   57 Bukan Honeymoon

    "Udah siap, Ka?""Bentar, Bang." Arka berlari ke dapur, mengambil dua tumbler, baru kemudian menyusul Caraka yang sudah menunggu di dekat connecting door ke garasi. "Takut Abang ngantuk di jalan. Mampir beli kopi dulu ya buat Abang, aku juga pengen coklat panas."Wajar kalau Arka khawatir Caraka mengantuk, mereka memang memulai perjalanan pada pukul satu malam setelah Caraka menyempatkan diri untuk tidur sesaat setelah makan malam."Iya, nanti kita berhenti dulu buat beli kopi sama coklat panas.""Tambah cookies sama cinnamon rolls boleh?"‘Ah, si sweet tooth satu ini.’ Bukannya langsung menjawab, Caraka malah mencium pelipis Arka. "Boleh. Asal janji sama Abang, setiap enam bulan sekali ikut Abang buat medical check up, Abang takut kamu diabetes."Arka tahu ucapan Caraka bukannya tidak beralasan. Kalau kulkas rumah mereka dibuka, hampir 70% berisi camilan Arka yang manis-manis."Iya, Bang. Nggak apa-apa lah medical check up setahun dua kali, biasanya aku cuma sekali, jadi nambah sekal

  • When I Me(e)t You   56 Tersiksa Rindu

    -Caraka, London, tiga tahun lalu-“Kenapa lo, Ka?” tanya Edo yang hari itu baru masuk kerja setelah kembali dari Singapura.Perusahaan tempat mereka bekerja mulai mengembangkan sayap ke daerah Asia dan Edo sangat beruntung karena diperintahkan memegang cabang perusahaan Singapura.Sementara Caraka, yang diminta memegang cabang Indonesia terpaksa menolak perintah itu karena ia belum diizinkan kembali ke Indonesia. Ia tahu bisa saja sebenarnya melanggar perintah dari keluarga Bestari, tapi … terlalu banyak hal yang dipertaruhkannya, salah satunya adalah hubungannya dengan Arka yang bahkan belum benar-benar dimulai.Arka belum tahu kalau dirinya sudah menikah, bahkan belum tahu kalau ada seorang lelaki bernama Caraka Altair Abimana yang setiap hari merindukan kiriman video atau fotonya.“Masih belum bisa lupain Niken? Udah bertahun-tahun loh, Ka,” ledek Edo.Caraka mengibaskan tangannya. Ia memang pernah tertarik pada Niken, jatuh cinta mungkin, karena hanya Niken yang bisa mengerti diri

  • When I Me(e)t You   55 Konspirasi

    "Konspirasi Ibu sama Mas Arga? Konspirasi apa?"Caraka mengedikkan bahu."Abaaang."Oh Tuhan, apa Arka tidak sadar kalau ia begitu menggemaskan saat sedang merengek seperti itu.Bukan, Arka bukan tipe wanita yang membuatnya kesal kalau sudah mengeluarkan nada manjanya. Arka tipe wanita yang membuatnya ingin memenuhi semua keinginannya saat ia mengeluarkan senjatanya itu.Sementara hati kecil Caraka masih malu untuk menceritakan semuanya."Abaaang. Ini permintaan ketigaku, aku mau tau apa maksud Abang tadi."Caraka menatap Arka dengan lekat, sampai tiba-tiba tatapannya terdistraksi pegawai coffee shop yang datang membawakan pesanan mereka.Ok, pasti setelah ini Arka akan lupa pada permintaannya. Caraka bisa sedikit menghela napas lega sambil menyesap americano miliknya."Jadi sejak kapan, Bang?"Astaga! Ternyata Arka tidak lupa. Mungkin memang begini kalau perempuan sedang menuntut jawaban dari laki-laki."Abang kan pengen aku percaya sama Abang, kalo gini aja Abang nggak mau cerita, m

  • When I Me(e)t You   54 Yang Terjadi pada Arka (2)

    “Nyariin kakak ya?”Arka membeku di tempat. Ia memang belum pernah mencium aroma yang begitu kuat seperti itu, tapi Arka bisa menebak kalau kedua alumni di depannya itu baru saja menenggak alkohol—jika dilihat dari wajah mereka yang memerah dan nada bicara yang aneh."Nggak, Kak. Permisi ya, Kak." Arka berusaha menyingkir dari hadapan kedua laki-laki itu, tapi kakinya yang gemetar membuat Arka malah tersandung kaki meja dan terjerembab di lantai."Sialan!" umpat Arka.Kedua laki-laki itu semakin terlihat senang setelah mendengar Arka mengumpat. Bagi mereka, si gadis manis tadi telah berubah menjadi gadis yang seksi karena umpatannya.Setelah bertukar tatap, seakan saling mengirimkan kode, seorang laki-laki bertubuh kurus dengan tinggi menjulang mendekati Arka dan menahan kedua tangannya di lantai, sementara laki-laki satunya tiba-tiba saja menimpa tubuh Arka dan berusaha melepaskan kancing baju Arka.Kejadian yang berlangsung dalam hitungan detik itu membuat Arka panik. Ia berusaha me

  • When I Me(e)t You   53 Yang Terjadi pada Arka (1)

    Caraka duduk di sofa ruang tamu sebuah rumah mewah di kawasan Jakarta Selatan. Semula ia kira, ia harus mengantar Arka ke rumah sakit atau ke tempat praktik dokter. Nyatanya Arka malah mengarahkannya ke kawasan elit itu.“Nama dokternya Karina, Bang. Tapi aku biasa manggil Tante Karin, karena udah kenal dari dulu. Waktu aku hubungin, diminta langsung ke rumahnya aja.” Begitu penjelasan Arka saat Caraka merasa kebingungan. Ia kadang lupa kalau dirinya menikah dengan keturunan perempuan keluarga Bestari, dan hal-hal seperti ini yang kadang bisa mengingatkannya.Sudah hampir satu jam Arka berada di dalam ruang kerja dokter itu. Caraka hanya bisa menunggu gelisah sambil menerka-nerka apa yang terjadi di dalam sana.“Abang,” panggil Arka saat Caraka tengah larut dalam lamunannya.“Udah?” Caraka berdiri menyambut Arka yang kini terlihat lebih cerah aura wajahnya meskipun terlihat jelas jejak air mata di sudut-sudut matanya.Tanpa disangka Caraka, Arka tidak berhenti di depannya, tetapi mala

  • When I Me(e)t You   52 Belajar Percaya

    Caraka bergerak gelisah dalam tidurnya. Mungkin karena biasanya ada sosok Arka yang dipeluknya dan malam itu ia kehilangan sosok itu dalam pelukannya.Ia berusaha memiringkan badannya ke kiri untuk mengurangi rasa pegal karena sejak awal tidur menghadap ke kanan. Matanya mengerjap pelan, ia sadar ada cahaya lain yang bukan berasal dari lampu tidur di atas nakas yang tadi bahkan tidak ia hidupkan.“Arka? Kapan kamu masuk?” tanyanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.“Eh? Kok Abang bangun? Cahaya hpku ganggu Abang ya?”Caraka memilih duduk, toh ia sudah tidak lagi merasakan kantuk setelah menyadari keberadaan Arka di sampingnya.“Nggak, emang kebangun aja, pegel.”“Emang tadi Abang ke lokasi proyek lagi?” tanya Arka. Arka pikir badan caraka pegal-pegal karena baru turun lapangan.“Iya, kan Abang nggak konsen kerja gara-gara istri Abang marah-marah nggak jelas, jadi Abang milih ke proyek aja, lihat progress rusun yang waktu itu kita datengin itu.”Arka terkekeh, teringat kembal

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status