Share

7. Gadis menggemaskan atau menyeramkan?

Davina melirik Sean yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit sambil menatapinya. Tak lama setelah operasi pengangkatan peluru di punggungnya selesai dilaksanakan, pria itu langsung sadar dan kini sudah siuman. Sean menatap Davina sambil mengulum senyum, menahan tawa melihat penampilan kusut gadis itu yang bisa dikatakan mirip seperti orang gila. Rambut awut-awutan, bibir kering, mata merah dan jangan lupakan baju pelayannya yang telah robek di sisi kanan pinggangnya entah karena apa.

Sedangkan Davina menatap Sean sambil mencebikkan bibirnya, menahan rasa marah ketika mendapati pria itu merapatkan bibir seperti ingin menertawakan penampilannya. Benar-benar menyebalkan! Pekik Davina dalam hati. Kemudian ia berdiri dan melangkah maju mendekati ranjang tempat Sean berbaring lalu ia menodongkan tangan kanannya tepat di depan wajah Sean.

Davina terpaksa menurunkan gengsinya supaya ia bisa meminjam ponsel Sean untuk menghubungi Olivia dan meminta temannya itu untuk menjemputnya. Davina tak bisa pulang sendiri ke apartemennya dikarenakan ia lupa nama jalan apartemennya, di tambah lagi dia belum bisa berbahasa Italia. Jadi kemungkinan jika memakai jasa taksi, ia akan sulit berkomunikasi dengan supirnya.

"Pinjamkan aku ponsel milikmu," pinta Davina dengan nada ketus ciri khasnya.

"Kau harus sopan ketika meminta bantuan kepada seseorang," tegur Harry yang duduk di sebelah ranjang Sean.

"Ck, aku tidak perlu bersikap sopan pada pria yang pintar merendahkan orang sepertinya," pungkas Davina sambil menunjuk muka Sean dengan jari telunjuknya.

"Eh, kau lupa ya kalau aku ini adalah orang yang sudah menyelamatkanmu dari para berandalan, itu? Dan aku sampai dilarikan ke rumah sakit ini juga karena melindungimu, gadis pelayan!" sela Sean tak terima Davina melupakan jasanya.

"Aku tidak melupakan kebaikan mu, hanya saja aku marah karena kau terus merendahkan ku dengan cara menyebutku dengan sebutan pelayan, padahal itu bukan profesiku."

"Tapi bukankah baju yang kau pakai adalah baju pelayan restoran?" Harry menyela.

Davina melirik pria itu dengan lirikan setajam silet. "Tapi aku bukan seorang pelayan! Namaku Davina Steffany Lee, putri kesayangan Lee Jung Hoon, pengusaha terkaya ketiga di Asia."

"Hahahaha...." Harry dan Sean menertawakan pengakuan jujur Davina yang tidak mereka percayai.

"Hahaha, tidak mungkin! Putri konglomerat Lee Jung Hoon itu pasti cantik dan elegan, tidak dekil seperti mu!" kata Harry sambil tertawa mengejek.

Davina mengetatkan rahangnya sampai giginya bergemeletuk. Kemudian ia menjewer telinga Sean dan Harry sampai dua orang laki-laki itu mengerang kesakitan.

"Aduh, ampun! Ampun!" teriak keduanya yang tak dihiraukan oleh Davina.

"Aku akan meminjamkan ponselku asal kan kamu mau melepaskan telingaku," tawar Sean yang membuat Davina langsung melepaskan tangannya dari telinga pria itu.

Setelah terbebas Sean langsung memberikan ponselnya kepada Davina yang tangan kirinya masih menjewer telinga Harry. 

"A-aku, aku akan memberimu uang berapa pun asalkan kau mau melepaskan telingaku," ujar Harry yang akhirnya ikut menawarkan bantuan karena ia tak bisa melepaskan telinganya dari jeweran maut tangan Davina yang kuat seperti besi.

"Berapa pun? Kau yakin tuan? Hah, kalau begitu bagaimana kalau kau memberikan mobilmu kepadaku!"

Mata Harry melotot seperti ingin keluar dari tempatnya. "Yang aku tawarkan itu uang ku, bukannya mobil ku, Nona manis," tegasnya seraya mengetatkan gigi geraham yang sebentar lagi mungkin akan copot sebab menahan emosi.

Davina mendengkus kesal, yang saat ini ia butuhkan adalah mobil, bukan uang. Tapi laki-laki yang masih dijewernya tersebut malah keukeh menawarinya uang.

"Hhh, kenapa dia tidak mengangkat telfonnya!" teriak Davina emosi karena sudah beberapa kali ia coba hubungi nomor Oilivia tapi gadis itu tak kunjung meresponnya.

"Mungkin temanmu itu tak mau membantumu," celetuk Sean yang membuat Davina semakin kesal.

"Diam! Tidak usah berkomentar mengenai temanku, kau tak mengenalnya!" bantah Davina dengan galak. Karena takut kena jewer lagi, Sean pun diam, tak berani berkomentar lagi. 

"Hei Nona kejam, mau sampai kapan kau menarik telingaku?!" teriak Harry yang merasa kupingnya seperti mau lepas dari kepalanya.

Davina tertawa di atas penderitaan Harry. Suara tawanya seperti psycopath hingga membuat bulu kuduk Harry berdiri, ia merinding mendengarnya. "Kau mau ku lepaskan? Syaratnya mudah, berikan kunci mobilmu kepadaku, sekarang juga." Setelah berkata demikian Davina tertawa lagi, padahal tidak ada yang lucu menurut Sean dan Harry. Dalam pikiran dua lelaki itu Davina sudah gila.

"Jangan-jangan kau ini bandit yang menyamar jadi seorang pelayan, ya?!" tuduhan lainnya keluar dari mulut Harry yang setelahnya mendapat tabokan keras dari Davina.

Sean menatap temannya dengan prihatin, ia tak bisa menolong temannya karena ia belum boleh banyak melakukan pergerakan karena takutnya jahitannya akan bergeser dan mengeluarkan darah lagi.

"Oke, kau boleh membawa mobilku, tapi bukan berarti aku memberikan mobil kesayangan ku itu padamu! Kau harus mengembalikannya besok atau paling lamanya lusa. Di mobilku terdapat alamat apartemenku, kau lihat sja nanti," kata Harry yang dengan terpaksa harus merelakan mobil kesayangannya dinaiki oleh orang lain. Ia menyerahkan kunci mobilnya kepada Davina.

Bersamaan dengan itu Davina pun melepaskan jewerannya di telinga Harry lalu tersenyum sembari melempar ponsel Sean ke sisi bantal tempat pria itu bersandar lalu kembali menatap Harry. "Thank you, tuan. Aku akan mengembalikan mobilmu jika aku aku ingat, jadi doakan saja semoga aku tidak lupa." Kalimat yang keluar dari mulut Davina itu sungguh menjengkelkan bagi Harry yang sangat takut kehilangan mobil kesayangannya yang sudah seperti seorang pacar baginya.

"Dasar bandit jahat tak beretika! Awas saja kalau kau lupa mengembalikan mobilku, akan aku cari kau sampai ke ujung dunia sekali pun!" teriak Harry yang cuma di balas juluran lidah oleh Davina yang sudah keluar dari kamar rawat Sean.

"Dia sangat menggemaskan," celetuk Sean memuji Davina di tengah kekesalan Harry terhadap gadis itu.

"Menggemaskan katamu?! Hhh, aku jadi curiga kalau jangan-jangan matamu juga kena peluru hingga tak bisa membedakan mana yang menggemaskan dan mana yang menyeramkan!" pekik Harry kesal.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status