Share

3. Kehilangan Pekerjaan

‘Dasar pembubuh! Pembawa sial!’

‘Pergi ke neraka sana, pembunuh sepertimu tidak layak untuk hidup!’

‘Kau menghancurkannya, kau membunuhnya! Aku benar-benar sangat membencimu!’

Brianna tersengal, nafas memburu dengan keringat yang mengucur deras di sekujur tubuhnya. Mata yang tadi tertutup rapat dibuka paksa oleh mimpi buruk yang kerap menghantuinya belakangan ini.

Sudah berlalu beberapa hari dari pertemuannya dengan Ellecio, akan tetapi teriakan mengerikan di mimpi-mimpi itu tidak pernah berhenti mengganggu tidur malamnya.

Dengan tangan gemetar Brianna meraih segelas air yang letakkan di atas nakas, lantas meneguknya secara rakus hingga tak ada satu tetes pun yang tersisa. Berkali-kali menarik nafas guna menenangkan debaran jantungnya yang mulai berdetak tidak karauan.

‘Tenangkan dirimu, Bri. Itu hanya mimpi, kau tidak perlu merasa takut.’

Batin Brianna mencoba menenangkan respon tubuhnya yang bergetar hebat. Meyakinkan jika  semuanya akan baik-baik saja.

Bertahun-tahun telah Brianna lewati dengan baik, dan sekarang ia hanya perlu mengulang ritme itu sekali lagi. Bertahan sampai batas kemampuannya berteriak menyerah.

Berusaha mengeyahkan segala pikiran buruknya, Brianna dengan lemas melihat bagaimana jam digital di layar ponselnya baru saja berganti angka yang menunjukkan pukul tiga lewat tujuh menit. Masih terlalu pagi untuk terjaga, tapi sialnya kedua mata dengan bulu lentik itu juga enggan terpejam.

Maka, dalam gelapnya malam yang setia menanti fajar, Brianna hanya bisa merengkuh tubuh mungilnya. Meratapi bagaimana ia benar-benar merasa sendirian di tengah kehidupan yang menyedihkan ini. Meringkuk di bawah selimut tebal sembari menanti misteri takdir yang menunggunya di hari esok.

Sementara di lain tepat namun di waktu yang sama, sosok lain juga tengah berperang dengan batinnya. Menenggak berbotol-botol alkohol yang sialnya sama sekali tidak membuat kesadarannya berkurang.

Prang!!

Dengan kasar Ellecio melempar gelas yang berada di tangannya. Menggeram lantang sebab tidak bisa mengenyahkan bayang Brianna di dalam benaknya.

“Wanita itu!” Ellecio mendecih.

“Kau pikir siapa dirimu berani melawanku, hah? Kau hanya lajang rendahan yang telah menghancurkan kehidupanku.”

Ia memandang figura photo yang terpajang di ruang tengah kediamannya. Meski samar, tapi Ellecio bisa dengan jelas melihat sosok lelaki di photo itu berpose tersenyum sembari merangkul bahu sosok lain yang tak lain adalah dirinya sendiri.

Wajahnya di sana masih begitu belia, remaja yang dulu memiliki senyum secerah matahari kini bertumbuh menjadi sosok hitam yang tak dikenali.

Semua itu terjadi karena ulah si pembawa sial Brianna Caroline. Wanita itu yang merusak kebahagiaannya, wanita itu yang telah menyerap senyum cerahnya.

“Tunggu sebentar lagi, Kak. Kau harus melihat bagaimana aku akan menghancurkan wanita sialan itu secara perlahan. Seperti ketika wanita itu menghancurkan kita berdua.”

Ellecio tersenyum penuh misteri, lantas mengambil ponsel dan menelepon seseorang.

“Kau sudah menyiapkan semuanya?” Ellecio menjeda ucapannya, menunggu orang di seberang sana untuk menjawab pertanyaannya terlebih dahulu.

“Bagus, mulai besok aku mau segalanya sudah berada dalam kendaliku.” Lantas memutuskan sambungan dan melempar ponselnya kembali ke atas meja.

Bibirnya menyunggingkan senyum kepuasan, bersiap untuk sebuah permainan yang akan ia mainkan esok hari.

“Jika kau memilih untuk mati agar bisa lepas dariku, maka yang berhak membunuhmu hanyalah aku, Bri.”

***

“Mulai sekarang kau bukan lagi brand ambassador Laurent dan semua produk yang kau bintangi akan digantikan oleh model lain.”

“APA!”

Brianna menganga tidak percaya. Terlalu mendadak ketika bahkan tadi malam ia tidak bisa tidur, dan paginya harus mendapati pekerjaannya hilang begitu saja. Brianna bahkan belum sempat sarapan, tetapi ia sudah mendapat serangan fajar yang begitu mematikan.

“Atas dasar apa kau menggantiku dengan model lain? Bukankah selama aku menjadi brand ambassador penjualannya tidak pernah mengalami penurunan? Justru mendapat predikat penjualan terbaik dalam beberapa bulan terakhir. Jadi tidak ada alasan untukmu menggantiku seperti ini.”

Nicole mendesah lemah, dirinya sudah pusing setengah mati karena perintah mendadak ini, ditambah lagi Brianna yang juga tidak henti-hentinya menuntut penjelasan.

“Bukan aku yang menggatimu, Bri. Tapi itu perintah langsung dari atasan.”

“Langsung dari atasan?” Alis Brianna menyatu seakan tidak mengerti akan situasinya.

“Ya,” jawab Nicole.

“Mereka ingin menggantimu karena kau dilihat sudah tidak cocok lagi untuk jadi model utama dari brand Laurent. Mereka ingin wajah baru yang lebih fresh untuk meningkatkan citra brand yang semakin besar.”

Brianna mengepalkan tangannya mendengar penjelasan Nicole. Sejak awal ia yang berperan besar dalam melejitkan Laurent dari brand kelas rendah kemudian menjelma menjadi brand yang bisa bersaing dengan para pendahulunya. 

Tapi lihatlah, balasan apa yang didapat Brianna sekarang?

“Apa itu ulah Jeff?” tanya Brianna curiga.

Ia bersumpah akan merobek mulut pria itu jika semua ini adalah ulahnya. Jeff adalah pendiri sekaligus pimpinan tertinggi Laurent. Sejak awal merintis Jeff adalah orang pertama yang mengemis pada Brianna untuk membantu mempromosikan produk pakaian dalamnya.

Saat itu Brianna yang bernaung pada Brand lain sampai rela melepas impiannya di sana dan mengabulkan permintaan Jeff. Berpikir jika Laurent akan menjadi besar dan berhasil mengangkat namanya. 

Tapi bagaimana ketika kini Laurent menjadi besar? Dia malah dibuang seperti sampah yang tidak berharga.

“Bukan dia.” Jawaban Nicole membuat Brianna terperangah. “Laurent sudah bukan milik Jeff lagi, perusahaan ini sudah diakuisisi oleh orang lain,” lanjut Nicole kemudian.

“Aku juga baru tahu tadi pagi, Bri. Maaf karena tidak bisa memberitahumu lebih cepat.”

“Katakan siapa orang itu?” tanya Brianna tidak sabaran. “Katakan, Nicole. Katakan siapa orang yang berani-beraninya melakukan ini padaku?”

Brianna mengerang frustasi. Ingin rasanya ia menyiram orang itu dengan kotoran sapi. 

“Dia—“

“Aku orangnya.”

Sebuah suara berhasil menghentikan Nicole untuk berbicara lebih lanjut, wajahnya berubah  pias tatkala melihat pimpinan baru itu datang ke ruangannya.

“T-Tuan Ellecio.”

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status