Share

4. Ciuman Pembalasan

Tubuh Brianna menegang, berbalik dan mendapati Ellecio sudah berdiri di ambang pintu. Tersenyum licik sembari berjalan mendekat dengan kedua tangan terselip di saku celana. Ketukan sepatu mewahnya yang berbenturan dengan lantai terdengar seperti hymne kematian yang bersiap untuk menjemput Brianna menuju neraka.

Brianna tidak tahu kenapa tubuhnya merespon kelewat impulsif, spontan menahan nafas saat aroma parfum Ellecio membelai indera penciumannya. Wajah tampan dengan mata elang itu seakan menyihir bagaimana dengan tegasnya Ellecio mendominasi permainan.

“Aku adalah pimpinan baru dari Laurent, dan aku juga yang meminta Nicole untuk mengantimu dengan yang lain. Ada masalah dengan itu Nona Brianna?”

Menarik nafas pelan, sejenak Brianna berdeham guna mengumpulkan keberaniannya yang mendadak terpecah. Lantas mendongak, menatap sinis wajah Ellecio.

“Wow, tidak ku sangka jika Tuan Ellecio William yang terkenal dengan bisnis kapal pesiar mewahnya kini mulai tertarik dengan urusan pakaian dalam wanita. Kau pasti punya banyak waktu luang,” ujarnya terdengar satiris.

“Selagi itu sebuah bisnis yang menguntungkan, apa salahnya mencoba sesuatu yang baru? Apalagi jika menyangkut pakaian dalam wanita, bukankah hal seperti itu selalu menarik untuk dibahas?” Ellecio membalas telak, sekali lagi ingin mendominasi permainan. 

Sementara Nicole yang sedari tadi hanya menjadi penonton mengerjap kebingungan. Ia tidak tahu ada hubungan apa Brianna dengan pemimpin baru mereka. Tapi dari yang Nicole lihat, ia jelas bisa merasakan hawa-hawa mengerikan yang berputar di ruangan itu. Maka, tanpa mau mendengar perdebatan mereka lebih jauh, wanita itu memilih keluar lebih dulu dan membiarkan keduanya melanjutkan acara bersilat lidah yang tidak ia mengerti.

“Oh, jadi karena bisnis yang menguntungkan, ya?” Brianna mengangguk-anggukkan kepalanya. Lantas beranjak mendekati Ellecio, menelisik penampilan pria itu dari atas hingga bawah. Kaki jenjangnya ia gerakkan untuk mengitari tubuh Ellecio sebelum kembali berhenti tepat di hadapan sang pria.

“Kalau begitu, boleh aku tahu apa alasamu untuk mengantiku dengan model lain? Jika berbicara tentang keuntungan, sejauh ini jelas akulah satu-satunya model yang menyumbang keuntungan paling banyak untuk Laurent.”

“Wow, benarkah?” Raut wajah Ellecio benar-benar menghakimi. Bahkan satu alisnya berkedut seolah memberi isyarat yang menyangsikan. “Tapi sayangnya aku tidak puas dan ingin mendapatkan lebih. Itulah kenapa aku ingin menggantimu dengan model lain.”

“Lagipula, sudah saatnya Laurent melakukan regenerasi untuk model utama. Tidak mungkin selamanya kami akan memakaimu sebagai modelnya, bukan?” Dalam hati Ellecio tersenyum puas, menikmati bagaimana raut wajah Brianna mengeras secara perlahan.

“Ya, tapi—“

“Dan menurut pandanganku, kau sama sekali tidak cocok menjadi seorang model, Bri,” lanjut Ellecio tanpa memberi Brianna kesempatan berbicara. “Mungkin sudah saatnya kau pensiun dari dunia fashion dan carilah pekerjaan lain yang lebih cocok untukmu. Menjadi seorang jalang, misalkan. Bukankah selama ini selain menjadi model kau juga telah menjual tubuhmu kepada para lelaki?”

“Apa kau bilang?” Brianna mendesis, harga dirinya terluka ketika Ellecio dengan gampang menuduh dirinya sebagai seorang jalang.

Sejujurnya Brianna tidak pernah mempermasalahkan julukan apapun yang tersemat pada nama tengahnya. Selagi itu tidak mengganggu ritme kehidupannya, ia sama sekali tidak peduli oleh hal semacam itu.Akan tetapi, ketika julukan itu keluar dari mulut Ellecio, entah kenapa rasanya seperti ada api yang berkobar di dalam hatinya.

“Sepertinya ungkapan 'tidak ada senjata yang lebih tajam daripada lidah yang tak bertulang' itu benar adanya.” Sorot mata madu Brianna menukik tajam, bersibobrok dengan tatapan elang Ellecio yang menantang tak mau kalah.

“Sebagai seseorang yang telah melewati kehidupan lebih dari seperempat abad, kau harusnya bisa menjaga senjata berhargamu itu, Tuan Ellecio. Berhati-hatilah sebelum dirimu mengatakan sesuatu.”

“Apa aku terdengar mengatakan hal yang salah?” tanya Ellecio tanpa rasa bersalah, seakan mengharapkan perdebatan itu semakin berlanjut ke arah yang lebih ekstrem.

Terlebih ketika seriangan dari bibir tipis Ellecio mampu membuat Brianna spontan mundur ke belakang. Terintimidasi saat tubuhnya membentur pinggiran meja dan Ellecio yang dengan cepat berhasil merangkul tubuh mungilnya.

Sebuah gelenyar aneh dapat Brianna rasakan sesaat sebuah tarikan membuat tubuhnya menempel sempurna pada dada bidang Ellecio. Posisi mereka nampak begitu intim dan mungkin saja akan menimbulkan prasangka buruk jika ada orang yang melihat keduanya saat ini.

“Katakanlah, Bri. Apa ada yang salah dengan ucapanku?” Ellecio menarik dagu Brianna, memaksa wanita itu mendongak dan menyerang Ellecio lewat tatapan tanpa gentarnya.

“Bukankah kau memang seorang jalang? Model rendahan yang dengan bangga menawarkan tubuhnya untuk para lelaki. Aku jadi penasaran, seberapa hebatnya dirimu di ranjang sampai-sampai semua pria tergila-gila kepadamu, dan aku juga penasaran sudah berapa banyak pria yang berhasil memasuki—“

PLAK!

Hembusan angin tipis dengan tenang berhasil mengiringi ayunan telapak tangan Brianna untuk mendarat sadis di pipi Ellecio. Meninggalkan bekas lima jari yang tercetak jelas di sana. Bahkan saking kerasnya sampai-sampai rasa anyir perlahan mulai merayapi indera pengecap pria itu.

Dada Brianna bergemuruh, rasa kebas di tangannya nyaris tidak dapat ia rasakan sebab emosi terlampau menguasainya saat ini. “Sudah ku katakan untuk menjaga segala ucapanmu, Tuan Ellecio. Tapi kau—“

“Wanita sialan!” umpat Ellecio. Pandangan meremehkan yang tadi ia tunjukkan kini berubah menjadi amarah yang siap untuk meledak. “Berani-beraninya tangan kotormu menyentuh wajahku! Kau pikir aku tidak bisa—“

Brianna tidak bisa lagi mendengar ucapan Ellecio, sebab matanya spontan terpejam ketika pria itu mengangkat tangannya ke udara. Brianna sadar, sebentar lagi mungkin tangan kekar itu juga akan menjamah wajahnya. Dalam hati ia berdoa semoga saja kaki lemah ini masih bisa bertahan untuk menopang beban tubuhnya.

Akan tetapi, sebuah hal tidak terduga terjadi. Ellecio yang awalnya ingin balas menampar Brianna kini malah terdiam dengan tangan yang menggantung di udara.

Sekilas tatapannya memeta bagaimana lekuk wajah Brianna nampak begitu mempesona. Mata terpejam dengan gigitan tipis pada bibir bawah yang bergetar seakan mampu mengalihkan amarah yang sempat Ellecio rasakan.

Maka, sebuah pemikiran tiba-tiba saja terlintas dalam benaknya. Lantas tanpa aba-aba Ellecio justru mengarahkan tangannya ke arah lain. Menyusup di antara helaian rambut sang wanita dan berakhir pada sebuah tarikan yang mempertemukan bibir basah keduanya.

Bagai sebuah adegan gerak lambat yang terjadi dalam drama, untuk sesaat semua terasa begitu hening. Gerakan lembut yang Ellecio berikan mampu merusak sistem kewarasan Brianna. Dengan jelas ia merasakan dominasi pergerakan bibir Ellecio di atas bibirnya. Sampai pada ketika rasa anyir itu mulai membalikkan keadaan. Brianna membelalak, lantas mendorong kasar tubuh Ellecio menjauh darinya.

“Kau ….”

Brianna menggeram seraya memegang pinggiran bibir yang digigit Ellecio. Sementara sang pria hanya menanggapi dengan senyum asimetris tanpa arti sebelum kemudian berbisik, "Kau harus tahu kalau aku adalah tipe orang yang suka membalas apapun yang orang lakukan kepadaku. Jika kau melukai bibirku, aku juga akan melakukan hal yang sama, walaupun dengan cara yang berbeda.”

Ellecio menyeringai lebar dan tanpa perlu menahan keberadaan Brianna lebih lama, dengan tatapan datar Ellecio membiarkan Brianna pergi begitu saja dari hadapannya. Hal terakhir yang ia lihat hanyalah tubuh seksi itu menghilang di balik pintu diiringi dengan suara keras dari bantingan pintu yang tertutup.

Brianna berjalan tergesa. Tanpa ingin menoleh ke belakang ia dengan cepat melangkahkan kakinya menjauh dari Ellecio tanpa sepatah kata. Sesekali meremas dadanya yang begitu sesak, Brianna merasakan matanya memanas dan cairan itu hampir saja tumpah sampai sebuah benturan berhasil menghentikan segalanya.

“Maaf, aku tidak senga—“

Ucapan Jackson terhenti kala menatap manik mata wanita yang tidak sengaja ia tabrak. Kebekuan terjadi beberapa detik di saat keduanya saling menatap dengan pandangan yang sulit diartikan. Jackson melihat bagaimana wanita itu menutupi sudut bibirnya, berpadu dengan mata merah seolah sedang berusaha menahan tangis.

Sepertinya telah terjadi sesuatu kepadanya.

Di sisi lain, Brianna hanya membisu ketika pandangan mereka bertemu dan tanpa mau membuang waktu lebih banyak, ia sesegera mungkin pergi melarikan diri dan menghilang dibalik pintu lift. Meninggalkan Jackson dengan segala tanya yang menggantung dalam benak.

“Jack, kau sudah datang?”

Suara di balik punggungnya berhasil mengiterupsi Jackson dari sosok wanita itu, ia menoleh ke arah Ellecio yang baru saja keluar dari salah satu ruangan. Bibir bawah pria itu berdarah, seperti habis terkena tamparan seseorang.

Sejenak Jackson agaknya bisa menerka apa kira-kira kejadian yang sempat ia lewatkan. Pria itu kembali menoleh ke arah pintu lift yang tertutup kemudian menoleh lagi ke arah Ellecio sebelum berkata,

“Apa yang sudah kau lakukan padanya?”

TBC

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status