Share

Mendapatkan Mimpi Buruk

Aku terengah-engah saat sudah berhasil membuka mata lebar-lebar. Langsung beranjak duduk, aku mataku mengerling ke semua arah kamar. Memastikan bahwa aku masih ada di dalam kamarku yang nyaman, kamar masih dalam keadaan baik dan aku sudah tidak berada dalam kondisi menyakitkan itu.

Mengacak rambutku frustasi, sungguh aku lelah dengan keadaan ini. Mimpi sialann yang entah sampai kapan akan terus menghantuiku. Aku, Kalanaya Indah Ayuningtyas, akan bereaksi berlebihan seperti ini bila mendapatkan mimpi dari masa laluku. Dan baru bisa tenang saat pandangan mataku sudah berhasil memastikan bahwa aku sudah tak berada dalam labirin menyakitkan itu.

Aku sudah berada dalam tempat yang aman, tempat yang kupilih sebagai tempat menenangkan diri sekaligus tempat tinggalku selama lebih dari lima tahun lamanya. Tempat yang jauh dari kata mewah, namun aku nyaman berada di dalamnya. Tak seperti tempat mewah yang kusebut sebagai rumah neraka, yang sampai kapan pun tak bisa sedikit pun terlupa dari ingatanku.

Setelah berhasil menenangkan diri, aku meraih gelas yang ada di atas meja samping tempat tidurku. Aku selalu membawa air putih dan beberapa camilan saat akan beranjak tidur, karena selain kesiapanku ini sudah tak akan mengganggu waktu tidurku untuk turun ke bawah, sebisa mungkin aku juga sudah menimbang dan meminimalisir kedatanganku ke sekitar area dapur.

Menenggak air cepat-cepat, aku alihkan pikiranku pada pekerjaan di pagi ini. Hari ini aku akan mengunjungi butikku. Mengurus butik yang ada di Jakarta, setelah sebelumnya selama hampir satu minggu aku berada di Bandung untuk mengurus butikku yang berada di sana karena adanya kendala dalam laporan keuangan yang macet kala itu.

Satu satu dari sedikitnya hal yang berhasil aku dapatkan adalah hal membanggakan ini. Aku bisa membangun butik dengan kemampuanku sendiri, walau tentunya masih dengan langkah yang tertatih-tatih. Hingga saat ini pun, aku masih banyak belajar mengenai bisnis ini. Tak mudah, memang. Tetapi, setidaknya ada hal yang aku kerjakan sehari-hari. Tak hanya berkutat di dalam kamar, selalu ketakutan, dan frustasi karena selalu ditampar oleh realita bahwa hidupku tak akan pernah berubah.

Tetapi itu dulu. Saat aku masih tinggal bersama kedua orangtuaku, yang tak pernah mencerminkan tugas mereka sebagai orangtua. Ah, sudahlah, bila mengingat itu aku akan kembali mengingat kenangan buruk masa kecil. Lalu setelahnya aku akan kembali ketakutan, seperti biasa.

Bangkit dari tempat tidur, aku melihat jam dinding yang ada di atas pintu. Pukul lima. Masih terlalu pagi untuk memulai hari karena aku hanya tinggal sendiri. Sepertinya aku akan mempertimbangkan salah satu temanku untuk tinggal di rumahku. Perkara biaya sewa, terserah dia saja. Karena bangun dalam kondisi sepi seperti ini, semakin lama semakin mencekam saja rasanya.

Padahal, aku ingat, dulu aku tak pernah ingin ditemani. Lebih asyik menghabiskan waktu seorang diri, aku mampu bertahan sejauh ini. Teman-temanku mengatakan bahwa aku adalah anak yang kuper, alias kurang pergaulan. Dan aku setujui hal itu. Karena aku memang lebih menyukai ketenangan, tanpa interupsi dari siapa pun.

Sampai sekarang pun aku masih lebih banyak diam. Bekerja dalam diam tak membuatku menjadi kehilangan kemampuanku dalam mengelola butik. Aku hanya tak suka bergaul dengan banyak orang. Karena semakin berteman dengan lebih banyak orang, semakin membiarkan mereka tahu mengenai hidupku yang sudah bertahun-tahun lamanya berusaha aku sembunyikan dari mereka semua.

Aku tak tertarik dengan hidup dan keluarga mereka, maka dari itu aku juga tak mengijinkan mereka untuk tahu kehidupanku yang sebenarnya.

Mungkin mereka akan mengatakan tak sengaja. Mengetahui hidupku jauh lebih banyak dari biasanya. Namun, aku sudah memikirkan hal ini lebih jauh. Bahwa sekecil apa pun mereka mengetahui hidupku, hal itu akan semakin menggoncang mentalku.

Aku tak mau itu terjadi, sungguh. Karena langkahku sudah sejauh ini untuk keluar dari gelombang menyakitkan yang pernah terjadi dalam hidupku.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status