Short
Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir

Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir

By:  MontanoCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
11Chapters
1views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Saat aku melakukan pengambilan sel telur yang ketiga kalinya untuk program bayi tabung, Johannes sedang lembur dan tidak bisa menemaniku. Aku terbangun tengah malam karena kesakitan. Aku mendapati tangan dan kakiku bengkak, sedangkan perutku penuh cairan hingga membengkak bagaikan wanita hamil delapan bulan. Aku hampir tidak bisa bernapas dan dengan panik meraih ponsel untuk menghubunginya. Telepon berdering selama semenit sebelum diangkat. Namun, yang mengangkat telepon bukanlah Johannes, melainkan seorang wanita asing. "Halo?" Suaranya terdengar lembut dan penuh gairah. "Siapa kamu? Johannes, aku nggak bisa bernapas." "Kamu nakal. Kenapa kamu masih pakai baju?" Plak! Terdengar suara cambukan yang nyaring dengan diiringi erangan wanita. Kemudian, panggilannya pun terputus.

View More

Chapter 1

Bab 1

Saat aku melakukan pengambilan sel telur yang ketiga kalinya untuk program bayi tabung, Johannes sedang lembur dan tidak bisa menemaniku. Aku terbangun tengah malam karena kesakitan. Aku mendapati tangan dan kakiku bengkak, sedangkan perutku penuh cairan hingga membengkak bagaikan wanita hamil delapan bulan.

Aku hampir tidak bisa bernapas dan dengan panik meraih ponsel untuk menghubunginya. Telepon berdering selama semenit sebelum diangkat. Namun, yang mengangkat telepon bukanlah Johannes, melainkan seorang wanita asing.

"Halo?" Suaranya terdengar lembut dan penuh gairah.

"Siapa kamu? Johannes, aku nggak bisa bernapas."

"Kamu nakal. Kenapa kamu masih pakai baju?"

Plak! Terdengar suara cambukan yang nyaring dengan diiringi erangan wanita. Kemudian, panggilannya pun terputus.

...

Setelah panggilan itu, pandanganku menjadi gelap dan rasa sakit yang menusuk di perutku membuatku tidak dapat berdiri. Kengerian yang hanya pernah kudengar sebelumnya akhirnya terjadi padaku.

Aku dengan panik merangkak menuju pintu, lalu berusaha membukanya sambil berteriak meminta tolong. Kemudian, aku pun terjerumus ke dalam kegelapan.

Ketika aku terbangun, sosok seseorang yang tinggi duduk di samping tempat tidur. Itu adalah Harmoko, seorang dokter muda yang tinggal sendiri di sebelah rumahku. Dia jelas tidak tidur semalaman sehingga ada lingkaran hitam yang menghiasi wajahnya.

"Silvia, kenapa kamu sendirian? Mana suamimu? Kamu tahu nggak, kalau aku nggak ajak anjingku jalan-jalan semalam, kamu pasti sudah ...."

Dia tidak menyelesaikan ucapannya. Melihat keadaanku yang menyedihkan, dia pun terdiam.

Bagaimana mungkin aku lupa? Melihat perutku yang membuncit seperti ibu hamil yang hamil 7-8 bulan, aku masih merasa ketakutan.

Saat mengingat suara-suara kacau dari panggilan teleponku dengan Johannes semalam, aku masih menyimpan secercah harapan dan mengira itu hanyalah halusinasiku. Setelah membuka ponselku dan melihat riwayat panggilan 15 detik itu, aku akhirnya tak kuasa menahan air mataku.

"Dokter Harmoko, terima kasih sudah membawaku kemari. Aku akan transfer uangnya padamu."

Aku menyuruhnya kembali dengan berkata bahwa aku sudah merasa jauh lebih baik dan Johannes akan segera datang.

Setelah dia pergi, aku baru membuka WhatsApp. Aku tidak berani melakukannya di depan Harmoko karena takut kehilangan kendali dan mempermalukan diri sendiri.

Johannes tidak pulang semalaman. Satu jam setelah panggilan telepon itu, dia mulai mengirimiku pesan WhatsApp. Ada lebih dari 100 pesan tak terbaca.

[ Silvia, kenapa kamu meneleponku? Aku nggak tahu kamu telepon. Aku lagi lembur dan seorang rekan kerjaku yang menjawab. Kamu baik-baik saja? ]

[ Kamu takut sendirian? Aku akan segera kembali setelah lembur. ]

[ Silvia, aku juga merindukanmu. ]

...

Setelah mengirim begitu banyak permintaan maaf dan pengakuan cinta, dia juga mentransfer uang kepadaku sebanyak dua kali untuk menunjukkan cintanya. Itu dilakukan pada pukul enam pagi.

Tiba-tiba, aku mulai meneteskan air mata dan akhirnya menangis hebat.

Johannes tahu. Dia tahu apa yang kudengar semalam. Seseorang tidak mungkin tiba-tiba merasa bersalah, juga tidak mungkin tiba-tiba mengungkapkan cintanya.

Dia biasanya adalah pria yang pendiam. Dalam setahun, aku juga belum tentu mendengar sepatah kata pun pernyataan cinta darinya.

[ Kamu mimpi buruk? Nggak apa-apa. Aku sudah belikan sebuket bunga dan meninggalkannya di depan pintu. Jangan lupa mengambilnya. ]

[ Aku akan menjengukmu saat aku kembali. ]

Aku membaca kedua pesan yang dikirim setelah jeda sekian lama tanpa membalas. Rasa mual segera melandaku. Menyatakan cinta tanpa alasan hanyalah cara untuk menenangkan hati nurani setelah melakukan kesalahan.

Aku memegangi perutku sambil termenung. Tak lama kemudian, dokter membuka pintu.

"Bu Silvia, kamu menderita sindrom hiperstimulasi ovarium dan kondisinya sangat serius. Ada penumpukan cairan di rongga dada dan perutmu, sedangkan kadar albuminmu juga menurun dan otot jantungmu juga terdampak. Semalam, kami langsung lakukan operasi darurat untukmu. Apa kamu masih ingat?"

Di kamar rawat inap yang sunyi ini, suara dokter terdengar jelas dan menusuk telinga.

Aku sudah mendengar tentang situasi kritisku semalam. Johannes tidak bisa dihubungi dan tidak ada yang menandatangani surat persetujuan operasi untukku. Bahkan darahku juga nyaris tidak bisa diambil dan aku hampir tewas di meja operasi ....

Aku ingat diriku yang pingsan diguncang hingga tersadar untuk menandatangani surat persetujuan itu.

Pada tahun ini, aku aku dan Johannes sudah mencoba program bayi tabung untuk yang ketiga kalinya. Dua kali sebelumnya, aku selalu keguguran. Namun, demi dia yang ingin memiliki anak, aku terus menjalani proses ini.

Aku menerima suntikan perangsang ovulasi berulang kali dan bekas jarum di perutku sudah terlalu banyak untuk dihitung. Aku juga minum begitu banyak obat, lalu berbaring dengan tidak berdaya di atas ranjang pasien yang dingin tanpa seorang pun menemaniku.

Uang yang dihabiskan untuk hal ini sangatlah banyak dan nada bicara ibu mertuaku juga makin sarkastis. Setiap gagal, aku juga harus menghadapi kekecewaan di mata Johannes.

Selama beberapa tahun terakhir, aku tidak mendapatkan apa-apa, tetapi mengira setidaknya aku masih memiliki cinta. Dinilai dari keadaan sekarang, sepertinya aku terlalu percaya diri.

Bahkan setelah operasi, perutku masih bengkak.

Dokter menatapku dan menghela napas. "Kondisimu sudah begini dan ini sudah lewat jam sembilan pagi. Di mana suamimu? Kenapa dia belum datang menemanimu? Dia sangat nggak bertanggung jawab. Apa kamu mau aku meneleponnya?"

Aku takut merepotkan dokter dan menolak.

Kemudian, dia mengingatkanku lagi, "Kondisimu sangat buruk dan kamu perlu dirawat di rumah sakit. Sebaiknya kamu cari orang yang bisa merawatmu."

Aku mengangguk untuk mengiakannya. Setelah dokter pergi, aku duduk sendirian di rumah sakit seharian. Johannes tidak menelepon sekali pun.

Pada akhirnya, aku mencari seorang perawat pendamping. Setelah kelaparan seharian, aku pun makan sedikit bubur.

Malam harinya, Johannes bergegas datang.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
11 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status