Home / Romansa / You Are Mine, Maria / 5. Kali Ini Apalagi?

Share

5. Kali Ini Apalagi?

Author: Sinokmput
last update Last Updated: 2021-04-26 16:19:56

Jaccob juga kaget melihat wanita yang saat ini berdiri di samping Petra. Dia mengulum senyum, ternyata keberuntungan jatuh kepadanya. Dia memang tertarik pada Maria saat di kantor tadi, tak disangka dia adalah hadiah yang dimaksud oleh Petra.

"Selamat malam Tuan," ucap Petra sedikit menunduk ketika Jaccob duduk di sofa tunggal di depannya.

Jaccob hanya menganggukan kepalanya. Dia masih melihat ke arah depan, bukan ke Petra, melainkan Maria.

Maria menyipitkan mata tatkala melihat tatapan Jaccob yang baginya sangat mesum itu. Tapi dia akan diam, menilai situasi terlebih dahulu.

"Jadi ini hadiah yang kau maksud? Menarik juga," ucap Jaccob tersenyum sinis.

"Ya Tuan, dia akan menjadi milik anda." ucap Petra.

Maria segera menoleh ke arah ayahnya. Apa maksud perkataannya itu.

"Mulai sekarang, kau akan menjadi wanita milik Tuan Jaccob," ucap Petra yang melihat tatapan bertanya dari Maria itu.

"Apa maksudmu, kau hanya bilang aku akan bekerja di sini. Bukan untuk menjadi wanitanya," suara keras dari Maria membuat Jaccob menaikkan salah satu alisnya. Wanita itu tambah menarik ketika sedang marah, pikir Jaccob.

"Ya, kau akan bekerja sebagai wanitanya," ucap Petra dengan singkat.

"Kau anggap aku jalang? Siapa kau sampai berani melakukan ini!" teriak Maria marah pada ayah tirinya itu.

"Jangan lupakan yang di rumah Maria," ucapan singkat dari Petra itu membungkam Maria.

"Maaf Tuan, dia sedikit liar. Saya mohon pamit terlebih dulu," ucap Petra pada Jaccob.

Jaccob hanya menggerakkan tangannya dan membuat Petra langsung pergi dari sana. Meninggalkan dirinya dan Maria di ruangan ini.

"Dunia memang sangat kecil, kau berhutang padaku dan ternyata kau juga adalah wanita yang dihadiahkan untukku," ucap Jaccob memandang Maria tanpa berkedip.

"Aku tidak mau menjadi wanitamu," ucap Maria yang juga menatap berani pada Jaccob.

"Kau mau! Atau kau akan masuk penjara dan.." ucapan Jaccob menggantung.

"Ayahmu telah menandatangani sebuah perjanjian, jika kau berani berontak. Dia dan semua keluargamu akan mati," lanjutnya.

Deg...

Kalau yang mati ayahnya mungkin Maria tak akan peduli, tapi bagaimana jika itu ibunya. Maria tidak mungkin membiarkan hal itu terjadi. Dia menatap tajam pada Jaccob, mendongakkan kepalanya seolah menantang calon bosnya itu.

"Tunjukan kamarku," ucap Maria seperti tak takut pada Jaccob itu.

Sedangkan Jaccob tersenyum senang. Baru kali ini dia menemukan wanita semenarik Maria. Dia bisa melihat ketakutan di mata Maria tapi sikapnya sangat bertolak belakang dengan tubuhnya yang sedikit gemeteran.

"Rose," teriak Jaccob.

Tak lama wanita setengah baya keluar dari dalam rumah dan berdiri di samping bosnya itu.

"Tunjukan kamar untuk wanita ini, lantai atas sebelah kamarku. Dan mulai sekarang, kau yang melayaninya," ucap Jaccob tanpa mengalihkan pandangan dari Maria.

"Baik Tuan," ucap Rose langsung bergerak mengambil koper Maria dan berkata untuk mengikutinya.

Sepanjang jalan tak ada yang bersuara, bahkan suara langkah kakinya pun seperti tidak terdengar. Dia menaiki sebuah tangga yang berlengkok itu, dengan karpet merah di setiap anak tangganya. Mengikuti kemana dia akan dibawa oleh wanita tua ini.

Sesampainya di lantai atas, dia berjalan sampai di ujung lorong, wanita itu membuka pintu dan membiarkan Maria masuk.

"Silahkan Nona," ucap Rose lalu pergi meninggalkan Maria.

Maria hanya mengangguk, dia masuk ke dalam kamar itu. Kamar yang sangat besar dengan sebuah ranjang king size, sebuah sofa besar di sebelah kanan. Maria melihat sebuah pintu yang menuju balkon, dia menyusuri kamar itu. Ada dua pintu di dalam kamar ini, Maria membuka salah satunya yang ternyata adalah kamar mandi. Dia juga membuka pintu yang di sebelah kamar mandi itu, sebuah ruangan yang berisikan banyak sepatu. Maria masuk lebih dalam, membuka pintu kecil yang tertempel di dinding dan ternyata itu sebuah lemari yang berisikan banyak gaun dan baju untuk wanita. Seolah kamar ini memang disiapkan untuk wanita sepertinya. 

Maria mendesah kasar, bisa-bisanya ayahnya itu menjadikannya kambing hitam untuk masalahnya. Dia melihat pantulan wajahnya di cermin meja rias itu, melihat betapa menyedihkannya dirinya yang tak bisa memilih kehidupannya sendiri.

Maria memutuskan keluar dari ruangan itu, saat dia menutup pintu dan berbalik dia melihat Jaccob sudah duduk di sofa yang ada di kamarnya.

"Kau tidak punya sopan santun? Masuk sembarangan di kamar seorang wanita." ucap Maria ketus.

"Jangan lupakan bahwa semua ruangan ini adalah milikku," balas Jake dengan sombongnya.

"Temani aku malam ini," ucap Jaccob berdiri dan menatap ke arah Maria. Dia menggerakkan dagunya agar Maria mengikutinya.

Maria berjalan di belakang Jaccob. Dia masuk di ruangan lain yang ada di lantai dua ini. Lampunya yang remang itu membuat penglihatan Maria tidak jelas. Dia melihat Jaccob yang sudah duduk di kursi yang ada di ruangan ini.

Jaccob mengambil sebuah remote yang ada di depannya dan menekannya. Seketika ruangan itu menjadi terang-benderang dan Maria bisa melihat dengan jelas. Ruangan dengan sofa lebar di bagian pojok, ada meja tinggi seperti ruang makan yang tergabung dengan dapur itu, kursinya juga tinggi mengikuti meja tersebut. Ternyata ini adalah sebuah bar. 

"Kemarilah," ucap Jake menatap ke arah Maria.

Maria mendekat dan berdiri di depan Jaccob. Dia masih menatap penuh selidik pada lelaki di depannya ini.

"Ambilkan aku Red Wine, cari di tempat itu," ucapnya menunjukan sebuah lemari kecil yang ada di depannya. "Lalu siapkan di sini," ucap Jaccob lagi.

Maria dengan segera mengambil sebuah botol kaca yang berada di laci lemari itu, mengambil gelas kecil, menyajikannya di depan Jaccob.

"Kemarilah dan duduk bersamaku," ucap Jaccob lagi dan Maria menurut dengan diam.

"Berapa umurmu?" ucap Jaccob, mengambil botol Red Wine itu, menuangkan di gelas kecil dan langsung menenggaknya.

"23 tahun," ucap Maria singkat.

"Kau tahu kan, ayahmu telah memberikan dirimu padaku. Jadi kau harus mengikuti semua perkataanku," ucap Jaccob, menyerahkan gelas kecil yang berisi Red Wine itu di hadapan Maria. "Minumlah,"

"Itu kemauan ayahku, bukan kemauanku. Aku tidak mau meminum minuman itu," ucap Maria sedikit ketus.

Tiba-tiba Jaccob terkekeh, dia mengeluarkan handphonenya dan memperlihatkan didepan Maria.

"Kau tahu Maria, jika kau melakukan penolakan sekali lagi. Aku pastikan orang-orangku akan membunuh keluargamu saat ini juga," ucapnya tersenyum sinis.

Maria yang melihat itu menjadi geram, dulu ayahnya yang mengancam dirinya dengan menggunakan ibunya. Dan sekarang orang lain pun sama, mengancam dirinya dengan keluarganya. Dia mengambil gelas itu kasar dan langsung meminumnya sekali tenggak.

"Kau puas Pak?" ucap Maria, dia menahan sedikit rasa getir yang ada di lidahnya.

"Gadis pintar, dan jangan panggil aku pak. Kau bisa memanggilku Jake, atau sayang kalau kau mau," ucap Jaccob menatap Maria dengan senyuman menggoda.

Maria menolehkan kepalanya, dia tidak ingin melihat wajah bosnya yang mesum itu.

Mereka banyak mengobrol, bukan, lebih tepatnya Jake yang memberi banyak pertanyaan agar Maria menjawab. Di setiap obrolan Jake selalu menyuruh Maria untuk meminum Red Wine yang disajikan olehnya. Meskipun dia melihat bahwa wajah dan badan Maria sudah terlihat mabuk, tapi Maria bisa menjawab semua pertanyaan Jake, matanya bahkan masih terbuka dengan jelas.

Jake yang sudah tak tahan dengan pesona Maria akhirnya meraih tengkuk Maria, menekan bibirnya ke arah bibir Maria, melumat dengan ganas kenyalnya bibir Maria, merasakan sisa dari Red Wine yang tertinggal di dalam mulut Maria. Jake bahkan sampai memejamkan matanya.

Meskipun mabuk, Maria masih sadar dengan yang dikatakannya, matanya berusaha terbuka lebar agar dia bisa  melihat wajah Jake, tapi ketika Jake menarik dirinya dan menciumnya, dia menjadi sadar seratus persen apa yang sedang dilakukannya. Dia berusaha berontak agar dapat dilepaskan, tapi tenaga Jake lebih besar darinya, tangan Jake yang mulai bergerilya di tubuhnya membuat Maria panik. Dia menggigit bibir Jaccob yang masih menempel di bibirnya itu, setelah lepas dia melayangkan tamparan di wajah Jaccob.

Jaccob baru pertama kali mendapat perlakuan seperti itu dari wanita. Dia menatap nyalang pada wanita yang di depannya ini, dia menecengkeram kuat lengan Maria dan mendekatinya.

"Beraninya kau menamparku," geramnya. 

Plak... Sekarang gantian Jake yang menampar Maria.

"Kau hanyalah wanita yang akan menjadi jalangku, jangan berani bertindak sampai membuatku marah, atau aku buat kau tak bisa berjalan seminggu," ucapnya berteriak, gairahnya hilang menjadi emosi.

Maria merasa sakit di lengannya akibat cengkraman Jaccob, air matanya perlahan turun, tapi dia berusaha kuat. Dia mendongak, hanya diam menatap berani di hadapan Jaccob.

Jaccob yang sudah kesal itupun mendorong tubuh Maria ke belakang sampai terbentur meja. Dia berjalan keluar, membanting pintu dan meninggalkan Maria.

Setelah melihat kepergian lelaki yang merebut ciuman pertamanya itu, Maria menumpahkan semua tangisannya. Dia merasakan sakit di kepalanya akibat terbentur meja tadi.

"Kali ini apalagi Ya Tuhan," ucapnya menangis terisak.

**

Sinokmput

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • You Are Mine, Maria   90. Bonus Part

    *5 tahun kemudian. "Xavier, jangan berlari nak. Kau bisa terjatuh nanti." Illene berteriak panik melihat cucunya berlari ke sana-sini di taman. Dia sampai kewalahan mengejar Xavier. Maria yang baru saja keluar dari arah dapur itu tersenyum. Dia meletakkan nampan berisi teh hangat dan beberapa cemilan di meja. "Sudahlah Bu, nanti juga dia berhenti sendiri. Tak udah dikejar atau Ibu yang akan kelelahan nanti." ucap Maria. Illene menghela nafas lalu duduk menyusul Maria. Wanita yang rambutnya sudah beruban itu tampak ngos-ngosan. Dia mencoba menarik nafas perlahan lalu mengambil secangkir teh hangat dan meminumnya. Dia menyesapnya sebentar sebelum menatap ke arah Maria. "Ya, kau benar Maria. Astaga, dia sangat aktif sekali." keluhnya. Maria hanya terkekeh, dia melirik ke arah anak lelakinya yang sekarang berumur 4 tahun. Dia lalu mengusap perutnya, kali ini Maria hamil lagi dan usia kandungannya sudah menginjak 7 bulan

  • You Are Mine, Maria   89. Baby Xavier (End)

    Kandungan Maria sudah memasuki minggu ke-35, artinya tinggal menghitung hari Maria akan melahirkan. Hari ini Jake memutuskan untuk libur dan menemani Maria untuk mendekorasi kamar calon anak mereka. Karena sampai saat ini mereka belum tahu jenis kelamin anak mereka, jadi mereka mengisi kamar itu dengan warna netral.Kamar yang dulu dipakai oleh Maria sekarang menjadi kamar calon anak mereka. Jaccob memutuskan merenovasi untuk memberikan pintu penghubung ke kamarnya."Kau tak boleh kelelahan Mary, biarkan aku saja yang membersihkan kamar ini. Kau duduk saja dan lihatlah!" perintah Jaccob.Tapi ucapan itu tak dihiraukan Maria. Dia bahkan dengan senang hati merapikan satu-persatu baju kecil yang terlihat lucu baginya. Dia memisahkan di antara perlengkapan lainnya."Benar yang dikatakan Jaccob, Maria, lebih baik kau istirahat saja," ucap Illene yang ada di sana membantu mereka."Kalian tak bisa melarangku. Aku juga ingin menyiapkan keperluan anakku," u

  • You Are Mine, Maria   88. Pernikahan Sera dan Lucas

    "Kau terlihat sangat cantik Sera," ucap Maria yang baru saja masuk ke dalam kamar hotel.Sera yang mendengar itu langsung menoleh, menatap Maria yang juga sangat cantik dengan perutnya yang sudah membesar. Wanita itu bahkan berjalan tertatih sambil memegangi perutnya."Maria," seru Sera dengan senang. "Kau sendirian?" tanya Sera."Tidak, Jaccob ada di sini, tapi dia pergi untuk melihat Lucas." Maria mendekat ke arah Sera, menyerahkan sebuket bunga mawar putih kepada Sera. "Khusus permintaan ibu," ucapnya sambil tersenyum.Sera menerimanya, dia meletakkan bunga itu di meja. Dia tidak bisa banyak bergerak sekarang karena Sisi masih merias wajahnya.Hari ini adalah hari pernikahan Sera dan Lucas. Sudah sejak setengah tahun lalu hubungan mereka dengan Maria dan Jaccob membaik. Sera bahkan sering menginap di rumah Jaccob untuk menemani ibu hamil yang banyak maunya itu."Bagaimana, apa semua sudah siap?" Illene

  • You Are Mine, Maria   87. Memeriksakan Kehamilan

    Lagi-lagi rumah sakit dibuat kalang kabut ketika mendengar pemilik rumah sakit, Jaccob akan datang ke sini. Para senior dan junior dokter terlihat gugup menanti orang yang diisukan dengan sikap yang kejam itu. Mereka bahkan sudah menunggu di depan pintu masuk rumah sakit tersebut.Mobil yang ditumpangi Jake berhenti, Aciel segera membuka pintu untuk Jake dan Maria. Jake masuk ke dalam sambil menggandeng tangan Maria."Apa kabar Maria?" sapa dokter Nathan yang mendekat ke arah mereka."Aku baik Paman," balas Maria dengan senyuman."Kenapa semua orang ada di sini?" tanya Jaccob heran melihat semua orang menyambutnya.Kening dokter Nathan mengerut, dia menatap Jaccob dengan heran. "Bukannya kau datang untuk memeriksa kepentingan rumah sakit?" tanyanya."Aciel," panggil Jaccob sambil menoleh ke belakang. Sedangkan Aciel hanya meringis sambil menggaruk tengkuknya."Aku lupa tak memberitahu dokter Nathan."Jake menghela nafas kasar,

  • You Are Mine, Maria   86. Drama Pagi Hari

    "Kenapa kau membawa wanita ini ke sini?" tanya Jake menatap tajam Lucas."Jake," lirih Illene, mencoba melerai tak ingin ada pertengkaran."Kau tak tahu Bu, mereka yang menyebabkan Maria kehilangan bayinya dulu," ucap Jake masih dengan nada yang dingin."Semua sudah berlalu Jake, bahkan kau pun sudah membalasnya pada Sera," jawab Lucas dengan tenang."Ya, tapi aku belum membunuhmu!" sengit Jake."Jake, Lucas, kemarilah!" perintah Illene dengan nada tegas.Mereka mendekat, duduk saling berhadapan. Jake masih menatap Lucas dengan tajam, sedangkan Lucas tak menhiraukannya, dia bersikap dengan tenang. Karena memang, dia ke sini hanya ingin perdamaian, tak ingin permusuhan mereka terus berlanjut. Lucas ingin memperbaiki semuanya."Kalian adalah anak-anak Ibu. Jika kalian terus bertengkar seperti itu, Ibu akan merasa sedih." Rikard sudah berdiri di belakang Illene, dia mengusap pundak Illene lembut ketika wanita itu mulai menangis.

  • You Are Mine, Maria   85. Datang ke Rumah

    Maria terbangun karena aroma dari masakan yang tercium di hidungnya. Dia membuka matanya perlahan, menoleh ke sampingnya tapi tak menemukan keberadaan suaminya.Akhirnya Maria bangun, dia menutupi tubuh polosnya masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dia menikmati guyuran air shower yang membuat tubuhnya menjadi segar. Setelah selesai dia segera keluar.Maria memeriksa koper yang masih ada di sebelah sofa. Karena kegiatan semalam, dia sampai lupa belum membereskan barang-barang yang dibawanya.Maria mengeluarkan satu-persatu baju yang ada di sana. Tapi dia menyerngit heran, semua bajunya hanyalah sebuah gaun tipis, baju tanktop, celana pendek dan....lingerie. Apa-apaan ini? Siapa yang menyiapkan baju-baju laknat seperti ini?Maria mendesah, dia segera memakai salah satu gaun yang ada di sana. Ini terlalu pendek, pikir Maria ketika melihat tampilannya di cermin. Tapi dia mengabaikannya dan segera keluar dalam keadaan rambut setengah basah.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status