Setelah malam ini, Yuca memantapkan hatinya agar jauh-jauh dari Naja. Ia tidak mau berurusan dengan pria itu lagi. Malam ini Yuca memang mengalah dan datang ke apartemen Naja seperti yang sudah mereka sepakati tadi siang. Sambil membawa tote bag, Yuca melangkah keluar lift di lantai apartemen Naja berada.
Dengan tak sabar Yuca memencet bel di depannya. Namun, bukannya pintu itu dibuka, Naja malah menelepon. Yuca mendengkus menatap nama Naja di layar. Ia menghela napas sebelum menjawab panggilan itu.
"Hm?" deham Yuca malas-malasan.
"Ngapain pencet bel?"
"Lah?" Yuca menjauhkan ponselnya dari telinga. Tangannya mengepal ingin memukul layar ponsel sebagai pelampiasan kesal dengan Naja. "Teruuus?" tanya Yuca dengan nada yang panjang.
"Password-nya belum diganti."
Kesal enggak?
Kesal enggak?
Kesallah masa engga
Jangan lupa komen sama kasih bintangnya y ♥
Naja sudah beranjak dari kursi kerjanya saat pintu ruangannya terbuka disertai suara sahut-menyahut yang berisik. Ia mengernyit dan berjalan mendekati dua orang sumber bising itu yang sudah berada dalam ruangannya."Maaf, Pak Naja, saya sudah melarang Mbaknya masuk tapi—"PlakUcapan Nining, wanita berusia pertengahan tiga puluh tahun itu terhenti kala melihat adegan di depannya. Tamu tak diundang sang bos baru saja melayangkan telapak tangan pada pipi atasannya. Gila!"Mbak! Apa-apaan—" Kembali Nining berhenti bicara kala Naja mengangkat satu tangannya. Nining sudah kesal luar biasa karena perempuan itu memaksa masuk ruangan Naja, dan kini ia malah menampar Naja. Sangat tidak punya sopan santun.Paham akan situasinya, akhirnya Nining pamit undur diri. Naja juga tampak tenang menghadapi amarah perempuan di hadapannya. Karena tak mau keributan itu sampai terdengar ke telinga kar
Kalau bukan karena Litta yang merengek Yuca harus datang, dapat dipastikan bahwa ia tidak akan pernah terlibat dengan yang namanya 'kencan buta'. Empat hari yang lalu Yuca memang mengiakan saran Litta untuk dikenalkan dengan teman kantornya. Namun, tentu bukan seperti ini jalan yang Yuca mau.Kencan buta?Sungguh menggelikan bagi Yuca. Padahal Litta bisa memberikan nomor ponselnya saja pada teman kantornya itu. Bukan malah merencanakan temu sepihak seperti ini. Bagaimana dong, Yuca sama sekali tidak mengenal laki-laki itu. Tahu wajahnya saja tidak, apalagi seleranya. Ia harus pakai baju seperti apa?"Huh, terserahlah!" kesal sendiri, akhirnya Yuca memilih berpenampilan ala Yuna Niscala Abram seperti biasanya. Kalau memang teman Litta itu tidak menyukai, toh bukan masalah besar juga.Kemeja putih tipis dan celana boyfriend jeans menjadi pilihan Yuca. Dua kancing teratas kemejanya dibuka, menampilkan tank top putih bagian atas dada. Serta bagian depan kemej
Terpaan angin di siang hari yang terik menyapa rambut sepunggung milik seorang perempuan yang tengah melangkah buru-buru di zebra cross. Surai yang sesekali menutupi mata membuatnya tampak kesulitan menyugar rambut karena sedang membawa tumpukan kertas dan laptop. Ia menghela napas panjang sesampainya di ujung jalan, lalu melangkah lebih santai ke arah kafe yang ia tuju. Melirik jam tangan, ia berdecak karena terlambat sepuluh menit. Syukur-syukur kalau pacarnya mau menunggu.Senyum wanita itu mengembang saat melihat orang yang ia cari sedang duduk di salah satu kursi dekat jendela, duduk melingkari meja bundar dengan teman-temannya. Akhir-akhir ini sangat sulit untuk mereka bisa bertemu, entah kenapa. Padahal jadwalnya sendiri masih sama seperti biasa.Perlahan langkah wanita itu mendekat dan sayup-sayup percakapan sang kekasih dengan teman-temannya terdengar."Jadi kapan lo mau traktir kita? Eh, Naja, jangan lupa juga kunci mobil lo serahin gue. Itu punya gue
Pernah pacaran dua tahun, saat putus nangisnya semalaman dan setelahnya tidak lagi.Pacaran dua bulan, nangisnya sudah sebulan dan belum berhenti hingga sekarang. Yuca miris dengan kehidupan percintaannya kali ini. Ia tidak pernah merasa se-bucin ini padahal baru pacaran dua bulan, dan jelas-jelas hanya dijadikan bahan taruhan. Namun, bagaimana ia bisa move on kalau hampir setiap hari wajah mantannya itu bisa ia temui? Dengan tampang yang tidak ada sedih-sedihnya sama sekali pula. Kurang berengsek apa lagi coba mantannya itu? Hal apa sebenarnya yang membuat Yuca tidak bisa move on juga padahal sudah sebulan berlalu? Jawabannya, Yuca juga tidak tahu! Membersitkan hidung lalu menarik napas dalam-dalam, Yuca berusaha terlihat lebih baik. Sekali lagi ia melihat penampilannya di cermin, memastikan bahwa hidungnya sudah tidak merah. Yuca berbalik badan hendak keluar toilet, sialnya ia malah bertemu dengan Dara. "Ca ...."
Cornelitta yang akrab dipanggil Litta, perempuan itu adalah teman Yuca sejak SMA hingga saat ini. Litta juga dengan senang hati dijadikan tempat sampah buat Yuca, alias tempat berkeluh-kesah. Seperti sekarang misalnya."Nangis lagi ...." Litta geleng-geleng kepala melihat Yuca. "Apa, sih, yang lo tangisin, Na? Tiap curhat nangis terus. Apa lagi yang bikin lo sedih? Udah gue bilang, lo nggak rugi putus sama laki-laki berengsek kayak Naja.""Tapi dia perhatian," jawab Yuca sambil sesenggukan. Ia membersitkan hidung dengan tisu."Perhatiannya kan karena mau dapat perawan lo. Itu udah jelas. Semuanya cuma pura-pura. Lo tau itu, Yuna!""Iya, Ta, gue tau. Gue cuma lagi menikmati rasa sakit gue ini aja, kok."Bantal melayang ke wajah Yuca. "Sakit kok dinikmati!" cibir Litta, tak sanggup lagi melihat kebodohan temannya itu."Biar entar kalau gue nulis scene patah hati, gu
Tak seharusnya Naja memikirkan hal seperti ini saat kesehatannya sedang buruk, tetapi tanpa bisa ia cegah, ingatannya mundur pada kejadian tiga bulan lalu. Tepatnya saat pertama kali ia bertemu seorang perempuan bernama Yuna Niscala Abram, yang sebelumnya ia ketahui bernama Yuca. Yuca adalah nama pena perempuan itu sebagai seorang penulis novel romance. Tidak sekali dua kali nama itu lewat di telinga Naja karena karya-karyanya yang bertengger lama di rak best seller. Namun, Naja tidak pernah menaruh perhatian sampai ketika NF Entertainment ingin membuat proyek baru, yaitu memproduksi web series, serial mini yang saat ini sedang naik daun. Dan saat itu Yuca-lah yang digaet menjadi penulisnya. NF Entertainment sendiri ingin web series yang fresh, di mana bukan adaptasi dari novel atau wadah lain.Tidak pernah Naja ada niat mendekati Yuca sebagai 'perempuan', melainkan sekadar penulis di agensinya. Namun, ket
Entah Yuca harus lega atau kesal saat kembali melihat Naja di kantor. Atasannya itu tampak bugar dan sehat walafiat setelah tiga hari tidak bekerja. Jejak alergi kacang di kulit wajahnya juga sudah hilang. Kini Naja sudah baik-baik saja, sedikit banyak fakta itu membuat Yuca lega.Saat Naja baru datang, Yuca baru keluar dari ruangannya hendak ke toilet. Mata mereka bertemu pandang. Jantung Yuca sudah mulai berlebihan melihat pria itu lagi, tetapi lagi-lagi ia memang sangat berlebihan. Karena hanya dalam satu detik, Naja sudah membuang muka. Berjalan belok menuju ruangannya dan hilang dari pandangan Yuca. Seperti tidak kenal, begitulah yang terjadi. Namun, bukankah itu yang Yuca minta? Kini ia harus bersorak karena keinginannya itu dikabulkan oleh Naja, bukan?"Lapar banget nggak, sih?" Yuca menoleh. Ia mengangkat kedua alis rendah saat melihat Rika yang baru datang."Gue?" tanyanya lalu memandangi sekitar. Ya, hanya diriny
"Eh, Mbak Yuca. Baru mau pulang, Mbak?"Yang dipanggil tersenyum ramah sambil mengangguk sopan. "Iya, Pak, lembur. Bapak juga lembur?" tanya Yuca balik pada pria berseragam putih itu. Bukan tanpa alasan ia bertanya seperti itu, sebab tadi siang ia juga melihat bapak ini yang menjaga pintu."Iya, Mbak." Pak Satpam tersenyum semakin lebar. "Makasih ya, Mbak, makan siangnya. Nasi gorengnya enak, ada udangnya," ujarnya sambil mengacungkan kedua jempol.Oh, nasi goreng seafood. Tadi siang Yuca memang mengurungkan niatnya untuk membuang makanan pemberian Naja. Bukan sebab tidak tega karena diberikan oleh laki-laki yang membuat hidupnya uring-uringan, melainkan karena ia teringat bahwa di luar sana masih banyak orang yang kesulitan mencari makan. Dan, nasi goreng seafood, ya? Entah kebetulan atau karena ia masih ingat makanan kesukaan Yuca itu. Sudahlah, Yuca juga tidak mau sok diingat seperti