Beranda / Romansa / Young Mom / MALAIKAT TAMPAN TAK BERSAYAP

Share

MALAIKAT TAMPAN TAK BERSAYAP

Penulis: Rita Hawa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-26 23:57:03

Tania dan Tamara sampai melongo terkejut dan saling berpandangan satu sama lain, mereka tidak menyangka Steven akan sepeduli itu pada Jeni, sementara Jeni langsung menggeleng cepat.

Steven justru meraih tangan Jeni dan memegangnya dengan lembut sambil berkata lirih, “aku tidak keberatan, tolong jangan menolakku.”

Jeni memandang Steven dengan tatapan yang sangat dalam, ia justru membayangkan Steven adalah Louis.

Melihat Jeni dan Steven seperti ingin berbicara empat mata, Tania dan Tamara pun tiba-tiba pamit dan beralasan ada suatu hal mendadak yang mengharuskan sepasang sepupu kompak itu harus segera pulang ke rumah.

 Ibu Tania dan Tamara seorang kembar identik, sementara ibunya Tania sudah meninggal dua tahun yang lalu dan ayahnya bekerja di luar negeri, sehingga Tania dipaksa keluarga Tamara untuk tinggal bersama mereka.

“Kenapa kalian buru-buru?” tanya Jeni merasa tidak enak hati.

“Aku ingat kalau Mama hari ini tiba di Indonesia dan aku harus segera menjemputnya,” kilah Tamara.

Tania membenarkan dengan anggukannya, sementara Steven mengernyitkan dahi seolah tahu bahwa mereka hanya beralasan saja.

“Hati-hati di jalan, and thanks for all. Aku menyayangi kalian,” seru Jeni sambil membalas pelukan mereka.

Mereka berdua pun mengangguk, lalu melenggang keluar dari ruang perawatan Jeni, namun Tamara sempat berbisik ke telinga Steven.

“Jaga dia baik-baik Stev, kami menyetujuinya.”

Steven hanya tersenyum, sebelum mereka menyuruh pun dia sudah berjanji pada dirinya sendiri akan selalu menjaga Jeni sebaik mungkin.

Sekeluarnya Tania dan Tamara, Jeni kembali membahas penawaran Steven yang dinilainya terlalu berlebihan.

“Tolong jangan membuatku berhutang budi terlalu banyak padamu Stev, aku tidak tahu cara membalasnya, aku bahkan tidak punya apa-apa.”

“Apa kamu ingin membalas semua kebaikanku?”

Jeni mengangguk cepat, kondisinya sudah lebih baik setelah mendapat infus dan suntikan dari suster tadi.

“Terima tawaranku karena aku tidak suka penolakan,” ujar Steven sungguh-sungguh.

“Tapi...”

“Gladista Jenitra, aku akan menjaga kamu dan bayimu,” potong Steven cepat dengan tatapan mata elangnya yang begitu dalam seakan hendak menyihir Jeni agar tidak menolaknya lagi.

Jeni justru mengernyitkan dahinya karena heran.

“Darimana kamu tahu namaku?”

“Aku tahu semuanya tentangmu, termasuk kekasihmu.”

Jeni menaikkan salah satu alisnya.

“Dia... sepupuku.”

Jeni berubah sangat terkejut.

“Apa kamu dikirim dia untukku?” tanya Jeni geram.

Steven menyanggahnya dengan menggeleng cepat.

“Tidak, aku baru tahu saat ternyata malam itu Louis mencarimu, dia menyuruhku ketika kita sudah bersama di cafe ‘Hood’, aku juga kaget sama sepertimu, tapi aku tidak datang untuk menebus kesalahannya, aku... memiliki perasaan yang tak biasa saat pertama kali bertemu denganmu malam itu di lift apartemen, Jeni.”

Jeni justru ingin menangis, dugaannya benar bahwa Steven memiliki perasaan lain padanya.

“Steven, tapi aku...”

Jeni tak bisa lagi menahan air matanya yang sedari tadi sudah mengantri penuh di pelupuk matanya, ia begitu emosional. Jeni belum bisa jika Steven meminta membalas perasaannya saat ini juga.

Steven menghapus air mata Jeni dengan begitu lembut.

“Tenang saja, aku tidak memintamu untuk membalas perasaanku Jeni, aku hanya ingin selalu ada di dekatmu, menjaga kamu dan calon bayimu, bolehkah?”

Jeni begitu terharu, ia seperti mendapat kiriman dari Tuhan berupa malaikat tampan tak bersayap. Jeni mengangguk. Steven memeluk Jeni begitu erat, ia sangat bahagia.

“Maafkan aku, aku terlalu bahagia,” ujar Steven yang sambil buru-buru melepas pelukannya.

Jeni hanya mengangguk dengan wajah sedikit memerah karena malu.

***

Entah siapa yang menyebarkannya, sepertinya ada seorang oknum yang memang sengaja ingin menciptakan keributan yang berbeda di keluarga Saloka, yang biasanya mereka viral karena prestasi bisnis industri hiburannya yang selalu membuat gigit jari para pengusaha lainnya, dan mereka tahu kini Steven, si pangeran berkuda baja itu sekarang yang memegang beberapa perusahaan besar lainnya milik keluarga Saloka di bawah pengawasan Aditya Saloka, adik dari mendiang Pramudita Saloka atau ayah Steven.

Secara tiba-tiba video Steven yang menggendong Jeni tengah pingsan kala di Panorama Resto n Cafe tadi langsung tersebar begitu cepat di berbagai sosial media, hingga sampai ke mata Louis.

Tentu saja ia sangat terkejut, dan secara bersamaan perasaan cemburu segera menguasai dirinya begitu kuat, Louis sampai mengerang marah dan berjanji akan memukul Steven jika ia bertemu sepupunya itu.

Louis melihat bukan hanya perasaan iba saja yang ia tangkap di mata Steven, namun ia curiga Steven telah diam-diam mencintai perempuan yang sedang mengandung anaknya tersebut, Louis tidak terima, meskipun beberapa hari ini sejak mengetahui Jeni hamil, Louis sedikit menjauhi Jeni dan justru semakin lengket dengan Renata, sebenarnya Louis ingin menenangkan dirinya sendiri karena bahwasanya ia benar-benar belum siap menerima kenyataan bahwa Jeni telah hamil buah hatinya.

“Argh!” Louis berseru marah.

Tangannya mengepal begitu kuat lalu dipukulkannya dengan keras ke tembok kamar apartemennya, nafasnya terengah-engah dengan wajah merah menyala karena murka.

Pada saat yang sama, bel apartemennya berbunyi nyaring, tak lama setelahnya muncul perempuan cantik yang langsung memeluk manja Louis dari belakang, dia Renata.

“Tolong jangan seperti ini Renata, moodku sungguh buruk,” seru Louis sambil merenggangkan tubuhnya dari pelukan Renata.

“Why?” tanya Renata dengan wajah yang berubah murung.

Louis diam, ia sedang tidak ingin bicara dengan siapapun. Video itu benar-benar merubah mood Louis menjadi sangat buruk.

“Apa karena video viral itu lalu kamu cemburu dengan Steven? Come on Louis, kamu sudah berjanji padaku untuk tidak terlalu memikirkan cewek pembohong itu,” ujar Renata bersungut-sungut.

“Renata, cukup! Lebih baik kamu pergi dari sini,” teriak Louis.

“Kamu mengusirku?”

“Ya, pergilah!” tegasnya lagi.

Wajah Renata berubah merah, ia benar-benar geram dengan Louis. Tanpa kata lagi ia langsung pergi sambil membanting pintu apartemen Louis dengan sangat kasar, Louis tak peduli.

Dalam pikiranya hanya ada Jeni dan Jeni, sedetik kemudian ia merasa sangat menyesal telah membiarkan Jeni sendirian dalam beberapa hari ini dengan keadaan menyedihkan seperti itu, Louis baru sadar ia salah.

***

Jeni baru saja muntah lagi, kondisinya kembali lemah. Dokter Riska menyarankan Jeni untuk rawat inap beberapa hari di rumah sakit, awalnya Jeni keberatan namun Steven meyakinkannya dan ia menurut.

“Tidurlah! Dia juga butuh istirahat,” ujar Steven sambil melirik ke arah perut Jeni.

Jeni menurut dan mengangguk.

“Aku keluar sebentar, tapi aku sudah memanggil suster untuk menemanimu,” imbuhnya.

“Thanks.”

Steven tersenyum lalu keluar dari ruangan Jeni, Jeni kemudian memejamkan mata karena ia akui tenaganya seperti habis karena terus-terusan muntah, dan baru saja ia ingin memejamkan matanya untuk istirahat, handphonenya berdering. Jeni langsung terbelalak kaget saat tahu siapa yang menelfonnya.

“Louis? Apa aku tidak salah lihat?” gumamnya dalam hati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Andy Lingga
menunggu bonus untuk membuka bab selanjutnya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Young Mom   PERNIKAHAN IMPIAN

    Jeni dan Louis tidak bisa menahan tawa dan mereka berdua mengangguk setuju demi menyenangkan putri kecilnya.“Berhentilah tertawa Ma, Pa. Ayo kita sarapan!” Louis mengerutkan keningnya dan dia menoleh ke arah Jeni. Maksudnya Jeni saja baru bangun tidur, siapa yang menyiapkan sarapannya? Tidak mungkin Aluna sendirian.Seolah mengerti pemikiran Louis, Jeni menjelaskannya, “Aku menyewa Bibi untuk memasak setiap pagi di sini.” “Kenapa tidak kamu sendiri yang memasak?” “Karena aku harus menulis setiap pagi, aku merasa itu waktu yang paling tepat untukku.” Louis tampak tidak setuju.“Lalu bagaimana kalau kita sudah menikah lagi? Apa kamu tidak akan memasak untukku?” tanyanya cemberut.Jeni tersenyum lembut dan ia mengelus wajah Louis dengan gemas, “Itu lain lagi.” Louis berubah senang sehingga ia ingin sekali menarik Jeni dalam pelukannya dan memagut bibirnya seperti semalam.Namun pemikiran itu segera diusir cepat oleh Aluna ya

  • Young Mom   KESEMPATAN KEDUA

    Jeni dengan cepat menepis tangan Louis, lalu merubah posisinya lagi dan kali ini memunggunginya.Louis tak menyerah, ia justru semakin berulah. Aluna di gendongnya pelan-pelan dan dipindah ke tempatnya dengan guling besar di sisinya agar tidak terjatuh, sementara Louis saat ini menempati posisi Aluna hingga berada sangat dekat dengan Jeni. “L... Louis, tolong jangan macam-macam!” Cegah Jeni dengan suara pelan namun sebenarnya ia sangat ketakutan.Padahal Louis hanya memeluknya dari belakang dan membenamkan kepalanya ke punggung Jeni sambil mencuri aroma khas lily of the valley pada tubuh Jeni yang membuat Louis sangat nyaman.“Louis, lepas!” desis Jeni dengan suara setengah berbisik karena takut membangunkan putrinya.Namun, pelukan Louis semakin erat hingga bokong Jeni bisa merasakan sesuatu yang tegang di tengah Louis. Ia bergidik ketakutan dengan degup jantung tak karuan, ia sudah lama sekali tidak mengalami sentuhan seperti ini karena Steven

  • Young Mom   LAGI-LAGI KARENA ALUNA

    “Aluna, apa kamu tidak menyayangi uncle?” Tanya Jeni waktu itu sebelum akhirnya ia benar-benar menyetujui permintaan Steven untuk bercerai.Jeni masih ingin mempertahankannya, meski godaan dari Louis luar biasa. Jeni yang masih sangat mencintai Louis selalu saja hampir goyah dengan perhatian yang Louis berikan selama di Singapura. Tapi ia benar-benar masih meneguhkan hatinya untuk Steven, ia pantang menjanda kedua kalinya, juga karena Steven sudah berbaik hati padanya selama ini saat ia berada di posisi terburuk. Tapi jawaban Aluna membuat seolah dirinya tertampar keras oleh sebuah kenyataan.“Sayang Ma, tapi Aluna lebih sayang sama Papa.”“Kenapa? Uncle juga sangat baik sama Mama dan Aluna.” Aluna mengangguk-angguk membenarkannya, tapi gadis cilik itu memutar otaknya untuk menemukan jawaban yang tepat.“Tapi Aluna ingin Mama dan Papa,” lirihnya.Meski hanya pernyataan singkat dengan menekankan kata ‘ingin’ itu sudah sangat jelas di mata Je

  • Young Mom   DARAH LEBIH KENTAL DARIPADA AIR

    “Ehem...” Deheman Steven sukses membuat keduanya melepas dengan gugup. Terutama Jeni, ia menoleh ke arah Steven dengan pandangan horor, sangat takut sehingga ia mengigit bibir bawahnya, tidak berani mengatakan apapun meski hanya sedikit penjelasan.“Itu tidak seburuk yang kamu lihat Stev.” Perkataan Louis setidaknya sedikit membantunya untuk menjelaskan pada Steven yang saat ini menahan ribuan emosi dengan tatapan tajamnya. Steven mengangkat sudut bibirnya membentuk seringai sinis. Setelahnya ia mengangkat satu tangannya di udara dan berbalik, ia terlihat sangat kecewa.“Jaga Aluna sebentar.” Seru Jeni sambil buru-buru mengejar Steven.Louis hanya diam dan merasa iba dengan Jeni. Jika saja ia tidak meninggalkan Jeni waktu itu, Jeni pasti masih menjadi miliknya sampai sekarang dan tidak perlu mengalami posisi yang sangat sulit seperti ini. Louis menghela nafas sebelum akhirnya menjatuhkan dirinya di sofa dan memijat pelipisnya.Di koridor r

  • Young Mom   TERABAIKAN

    Jeni dan Louis kembali saat Aluna sedang menangis keras. Melihat hal itu Jeni Louis sangat panik dan ia setengah berlari untuk menghampiri Aluna. “Steven, Aluna kenapa?” Jeni bertanya heran sambil memeluk Aluna yang terisak. Steven hanya diam dan menatap Aluna dengan rasa bersalah. “Apakah kamu mencoba bertengkar dengan putri kecilku Stev?” Tuduhan Louis sontak membuat Steven berubah emosi dengan cepat, ia menatap Louis geram. “Una, mau Papa.” Teriak Aluna sebelum Steven bisa menjelaskannya. Louis tersenyum ke arah Steven penuh kemenangan dan langsung menghampiri putrinya. “Ya Sayang, apa uncle menyakitimu?”Steven memelototi Louis tajam dan nafasnya terengah-engah karena terlalu banyak emosi yang ia tahan hanya demi janjinya terhadap Jeni. Menyadari tatapan tajam di balik punggungnya, bibir Louis berkedut membentuk senyum samar, ia sangat senang dengan posisinya saat ini karena Aluna lebih menginginkannya. “Papa, una mau de

  • Young Mom   SAY NO TO DADDY

    Louis datang dengan sekantung belanjaan di kedua tanganny, Jeni yang sangat kelaparan langsung antusias begitu melihatnya. “Beli apa aja?” “Semua kesukaan kamu.” Bibir Jeni berkedut dan membentuk senyuman tipis. Entah kenapa hatinya berbunga-bunga padahal jelas dia istri Steven sekarang. Baru sadar kalau dia istri Steven, Jeni cepat-cepat menepis pemikiran tentang Louis, ia membuka kantung makanan itu dan lagi-lagi hatinya goyah, rasanya ingin melonjak seperti anak kecil yang diperbolehkan makan es krim favorit oleh ibunya. Jeni jadi berubah sangat plin-plan, hatinya terlalu lemah untuk Louis. Louis tersenyum senang mendapati kebahagiaan Jeni. “Lengkap kan? Itu bukti aku tidak sepenuhnya melupakanmu Jen, hanya saja kemarin... Mungkin Renata menyihirku.” Jeni hampir tersedak salivanya sendiri dan ia tidak tahu harus tertawa atau menangis sekarang.“Dan sekarang menurutmu sihir itu sudah hilang?” sahut Jeni menggoda. Louis men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status