Share

Find a way

Author: Meybutjuly
last update Last Updated: 2021-05-21 02:04:26

"Tenanglah nduk, sebenarnya apa yang terjadi sama kamu?" tanya Bianca dengan lembut.

Lula menjelaskan kejadian yang menimpanya secara rinci pada Bianca dan Fafa, termasuk semua yang dilakukan oleh Pak Toni dan Farhan di dalam kamar kosnya. 

"Polisi yang tadi pagi menemuiku baru saja memberi kabar kalau ternyata aku dijebak sama Langit Mak." ucap Lula pelan.

"Loh kok bisa?" sahut Bianca dan Fafa bersamaan. Mereka mengerutkan keningnya heran. 

"Jadi paket yang dititipkan ke alamatku berisi narkoba Mak, aku benar-benar gak ngerti kenapa dia tega melakukan ini padaku dan kenapa harus aku?" Lula berkata sambil menundukkan kepala seakan tak punya tenaga. Energinya seperti habis terkuras.

"Polisi memintaku untuk kerja sama dengan mereka untuk mendapatkan bukti, agar Langit bisa tertangkap dan namaku aman. Karena kalau aku tidak berhasil mendapatkan bukti yang kuat, maka akulah yang mungkin akan masuk penjara Mak. hiks... hiks... hiks." tangis Lula kembali pecah.

"Yang sabar nduk serahkan semuanya sama Alloh. Jangan takut, kamu gak bersalah. Semoga polisi tadi benar-benar polisi baik." ucap Fafa sambil mengusap lembut bahu Lula untuk menenangkannya. Fafa berusaha untuk menguatkan Lula.

"Sebaiknya kamu ceritakan masalah ini pada Pak Zack. Siapa tahu beliau memiliki relasi pengacara atau setidaknya orang yang mengerti hukum, untuk berjaga-jaga kalau terjadi apa-apa ada orang yang membantumu." Jelas Bianca. Ia terlihat sangat khawatir. Biasanya Lula tidak terlihat selemah ini.

Pak Zack adalah atasan mereka, dia adalah Chief Manager di tim Lula dan teman-temannya. Beliau juga memiliki relasi yang sangat banyak termasuk di kepolisian.

"Kita tidak tahu polisi itu benar-benar baik atau tidak, karena jaman sekarang banyak orang yang tidak bisa dipercaya. Apalagi tadi dia berani bicara gak sopan sama kamu kan?" Bianca kembali menimpali. Raut wajah Bianca terlihat heran dengan kelakuan anggota polisi yang datang ketempat Lula.

Tak peduli siapapun dan setinggi apapun jabatan atau profesi seseorang, harusnya bisa menghargai manusia lain. Setidaknya dengan tutur kata yang baik. Mirisnya, beberapa manusia yang merasa memiliki kasta lebih tinggi kadang tidak menyadari bahwa makhluk yang sering bersinggungan dengannya juga manusia sama seperti dirinya di mata Tuhan.

Tak sengaja, ibu-ibu yang berada dalam satu ruangan dengan mereka mendengar obrolan mereka bertiga. Ia memperhatikan mereka kemudian ibu itu tiba-tiba memberanikan diri mendekat dan mengatakan beberapa hal dengan penuh penekanan.

"Dek, maaf sebelumnya saya tadi tidak sengaja mendengarkan percakapan kalian. Saya tidak bermaksud apa-apa karena saya hanya orang asing. Tapi saya juga punya anak perempuan yang pernah mengalami hal yang hampir serupa dengan kamu." ucapnya dengan tatapan prihatin. Rupanya ia mendengar perbincangan mereka bertiga.

"Sebaiknya cepat bertindak berusaha melindungi diri Dek! jangan sampai terlalu dalam masuk dan ikut campur dalam kasus ini! Jangan percaya polisi atau siapapun! jaman sekarang mereka hanya mencari yang menguntungkan untuk mereka saja. Saya berkata begini tidak ada maksud apa-apa. Hanya agar kamu waspada dan jangan sampai seperti anak saya Dek." ibu itu berkata dengan penuh penekanan. Ia terlihat tulus memberi nasihat pada Lula. Bianca dan Fafa memperhatikannya dengan seksama.

"Iya, baik bu terima kasih atas sarannya." Lula mengucapkan terima kasih sambil memaksakan senyuman kepada ibu itu. Sejenak Lula memikirkan semua perkataan ibu itu yang memang ada benarnya.

"Saya pamit pergi dulu kalau gitu. Semoga masalahnya cepat selesai ya. Selalu hati-hati dan jaga diri!" Ibu itu berlalu pergi meninggalkan mushola. Lula menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Ia terharu ada orang asing yang peduli dengan masalahnya.

"Yasudah, sekarang sebaiknya kita kembali ke kantor untuk menemui Pak Zack. Sudah terlalu lama juga kita disini. Nanti takutnya banyak yang nyariin!" ajak Bianca karena ada banyak pekerjaan yang harus dikerjakan di kantor.

Lula dan Fafa hanya mengangguk, mereka kemudian beranjak berdiri meninggalkan mushola. Mereka terus memberi semangat pada Lula agar dirinya kuat.

Sesampainya di Kantor, Lula langsung mencari keberadaan Pak Zack di ruangannya tanpa kembali ke ruangannya terlebih dahulu. Ia tidak sabar ingin segera menceritakan masalahnya pada atasannya itu, berharap ada jalan keluar untuk masalahnya.

Tok! Tok! Tok!

Lula mencoba mengetuk pintu ruangan beliau beberapa kali dan sedikit membuka pintu setelah mendengar sahutan dari dalam yang mempersilahkannya masuk.

"Masuk!" 

Ceklek

"Heiii. Ada apa La?" tanya Pak Zack dengan nada santai.

"Pak, ada yang ingin saya sampaikan pada bapak." jawab Lula sambil mendudukkan tubuhnya dikursi yang terletak di depan meja Pak Zack.

Lula mulai menceritakan semua kronologi kejadian masalah yang terjadi padanya kepada Pak Zack. Beliau mendengarkan permasalahannya dengan seksama.

"Sekarang kamu turuti dulu permintaan polisi itu! nanti saya akan menghubungi teman saya. Dia adalah seorang pengacara, sampai nanti saya bisa mempertemukan kamu sama teman saya, kamu turuti saja dulu apa maunya!" kata Pak Zack tegas.

"Baik pak, Terima kasih banyak. Maaf merepotkan bapak, saya benar-benar takut dan tidak tau harus minta bantuan pada  siapa." jawabnya dengan mata berkaca-kaca.

"Saya pasti bantu sebisanya, kalau ada masalah jangan sungkan bilang sama saya La!" Setelah berterima kasih, Lula kembali ke meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya.

Waktu sudah menunjukkan jam pulang, Lula segera bersiap-siap dan bergegas untuk pulang kekosan. Sesampainya di kos, Lula langsung masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Rasanya hari ini sangat melelahkan untuknya, padahal tidak ada pekerjaan yang terlalu menguras tenaga. Mungkin karena dia sedang sangat gelisah.

Selesai mandi, Lula ingin segera merebahkan diri. Namun, niatnya ia urungkan lantaran cacing-cacing di dalam perutnya sudah berdemo.

"Bahkan aku lupa belum makan seharian." Lula bergumam sambil menepuk jidatnya.

Lula segera beranjak dan membuka pintu bermaksud ingin keluar dan turun untuk membeli makanan.

Saat akan mengunci pintunya kembali, tiba-tiba pintu disebelah kamarnya juga terbuka. Lula sedikit terkejut, ternyata penghuni sebelah kamarnya akan keluar juga dari kamarnya.

"Haiii Mbaaa?" sapanya dengan ramah dan ceria.

"Halloo Mba Fitri, mau kemana Mba?" tanya Lula sambil tersenyum.

"Mau beli makan dibawah Mba, Mba Lula mau kemana?" timpal Fitri.

"Sama Mba aku juga, aku laper banget belum makan seharian. Makan bareng yuk Mba!" ajaknya ceria karena tidak jadi makan sendirian.

Fitri pun mengiyakannya, mereka berdua turun kebawah secara bersama-sama dengan berjalan kaki sambil mencari dan memilih makanan yang mereka inginkan karena begitu banyak pilihan penjual makanan didepan kosan mereka.

"Mba Fitri mau makan apa? lagi pengen ayam bakar gak? makan ayam bakar depan pasar aja yuk yang tempatnya enak!" tawarnya pada Fitri.

"Waaaaa mau, hayukk Mba." jawab Fitri tanpa penolakan. Mereka berdua berjalan menuju tempat makan tersebut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Young Single Mom   Last but not least

    Lula menjalani hidup selama 4 tahun terakhir ini seorang diri tanpa Ben. Ia membesarkan Raden dengan tangannya sendiri. 4 tahun sudah ia melewati semuanya. Ini adalah waktunya Raden masuk ke sekolah."Om? ada berapa uangku sekarang?" Waktunya untuk Lula menarik seluruh investasinya."Sekitar 20 milyar La." ya, investasi yang telah ia diamkan selama 4 tahun itu kini sudah terkumpul sebanyak itu.Hari ini dia datang kekantor tempat Om Dul bekerja untuk mencairkan uangnya. Hasilnya sama sekali tidak mengecewakan. Detik ini juga ia berubah menjadi seorang milyarder.Lula sangat senang karena akhirnya ia siap memasukkan Raden disekolah International terbaik di kotanya. Cita-cita yang selama ini ia impikan, akhirnya berhasil ia wujudkan.Perhitungannya sangat tepat, tanpa meleset sedikitpun. Meskipun selama 4 tahun ini ia hidup dalam kesederhanaan. Selalu menerima hinaan dari keluarga Jaka, tapi kini akhirnya ia bisa terlepas dari sem

  • Young Single Mom   No regrets

    Raden tertidur dalam pangkuan Ben dengan sangat nyenyak. Ia mungkin lelah hingga membuatnya tertidur di pangkuannya."Gua balik dulu ya?" Ben pamit pada Lula setelah meletakkan Raden ditempat tidurnya."Iya. Makasih ya Ben." Ben mengusap ujung kepala Lula dengan lembut, ia kemudian berjalan keluar dari kamar Lula."Langsung balik ke kota? gak tidur dirumah?" Ibu berjalan menghampirinya."Iya Buk. Besok pagi saya harus terbang ke Jakarta." Ben mencium tangan Ibu kemudian berjalan keluar dari rumah Lula. Lula pun berjalan mengikutinya dari belakang."Oh gitu? ya udah hati-hati. Makasih banyak ya Le." Ibu menepuk pundak Ben dua kali, mengungkapkan rasa terima kasihnya secara tidak langsung."Berapa lama di Tambun?" Lula memasukkan kepalanya ke pintu mobil Ben yang kacanya masih terbuka."Kenapa? gak mau lama-lama pisah ama gua ya? hahaha." Lula mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Ben. Ben pun mengusap waja

  • Young Single Mom   Father figure

    Lula mengerjapkan matanya perlahan, masih menyipitkan matanya menyesuaikan biasnya pantulan sinar matahari yang masuk kedalam kamar Ben. Ia tersenyum saat melihat Ben sedang memperhatikan wajahnya dari dekat."Bangun yuk! sarapan." Ben mengusap wajah Lula pelan. Membuat Lula menyunggingkan senyuman dan segera beranjak dari tempatnya."Gua pengen makan gudeg!" Lula berjalan menjauh dari tempat tidur dan masuk kedalam kamar mandi meninggalkan Ben begitu saja.Sesaat kemudian, ia keluar dari kamar mandi dan segera berjalan ke dapur karena sudah tak melihat keberadaan Ben dikamarnya."Nih diminum!" Ben memberikan segelas susu untuk Lula. Ia kemudian duduk didepan Ben.Tak lama kemudian, terdengar suara bel pintu rumah berbunyi."Bentar gua ambilin makannya dulu." Ben bergegas berjalan ke pintu untuk menerima kiriman makanan yang ia pesan.Sedangkan Lula sudah menyiapkan piring untuk tempat mereka makan. Ben mel

  • Young Single Mom   Yes

    "Ayo sekarang makan!" Ben menarik nafasnya panjang, mencoba menahan emosi dan perasaannya yang sedang campur aduk. Ia juga tak sanggup melihat wajah Lula yang terlihat pucat. Sedangkan Lula terus menangis dan menggelengkan kepalanya, menolak ajakannya.Ben beranjak dari duduknya, ia berdiri dan hendak melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar meninggalkan Lula. Namun Lula segera memegang tangannya erat."Jangan seperti itu." Lula kemudian berdiri dibelakang tubuh Ben dan semakin mengeratkan tangannya. Ben hanya terdiam tak bergeming dari tempatnya."Gua ngandelin lu banget. Gua jadi makin kuat karna lu. Gua gak takut apapun saat memikirkan ada lu dibelakang gua. Gua salah, gua gak akan kayak gitu lagi. Jadi, jangan pernah pergi tanpa bilang apapun sama gua. Sejak Raden hadir, ditinggalkan adalah hal yang paling menakutkan buat gua." Tangis Lula makin pecah, ia membenamkan wajahnya di punggung Ben."Kalau gitu, lu mau makan sekarang?" Be

  • Young Single Mom   Police station

    Lula mengeluarkan SIM dan STNK nya dari dalam dompetnya. Ia kemudian menyerahkannya pada polisi yang menilangnya."Mba tahu apa kesalahannya?" polisi itu menyimpan surat-surat kendaraan Lula."Tau Pak." Lula menganggukkan kepalanya."Mau bayar denda sekarang apa sidang?" polisi itu bertanya tanpa basa basi lagi."Sidang aja Pak." Lula yang saat ini keadaannya sudah kacau, memutuskan untuk menyerah. Ia pasrah, mungkin ia memang tidak ditakdirkan untuk bertemu dengan Ben pikirnya."Ya udah kalau gitu ikut saya kekantor sekarang!" Lula terpaksa mengikuti polisi itu dari belakang karena surat surat kendaraannya sudah ditahan.Lula memasuki kantor kepolisian dengan motor bututnya. Ia kemudian memarkirkannya disebelah motor polisi yang tadi membawanya. Ia melepas jas hujannya yang sama sekali tak melindungi tubuhnya dari guyuran air hujan. Seluruh badannya basah kuyup, ia kedinginan. Sebagian rambutnya juga basah, hanya bag

  • Young Single Mom   Being normal?

    Setelah kepulangan Tante Nda sekeluarga, Lula terlihat bersantai di sofa empuk yang ada didepan tv dengan sangat nyaman. Ditambah malam itu Raden sudah tidur, mungkin karena lelah seharian bermain bersama yang lain."La! anterin makan buat Ben sana!" Ibu menghampirinya, ia memberikan 1 kotak makan berukiran besar padanya."Aaah malas Bu!" Lula membalikkan badannya, ia menyembunyikan wajahnya."Cepetan sana! kasian dari tadi dia belum makan." Lula seketika beranjak, ia tiba-tiba ingat seharian Ben belum makan. Ia meraih makanan itu dari tangan Ibu dan berjalan keluar dari rumahnya.Lula masih berdiri didepan pintu, ia terlihat ragu-ragu untuk mengetuk pintu rumah Ben.Tok! Tok! Tok!Tak ada sahutan sama sekali, Lula kemudian mencoba untuk membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Ia hanya memasukkan kepalanya saja dan kemudian mengedarkan pandangannya kedalam rumah Ben yang masih tampak gelap itu.Brak!

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status