"Tenanglah nduk, sebenarnya apa yang terjadi sama kamu?" tanya Bianca dengan lembut.
Lula menjelaskan kejadian yang menimpanya secara rinci pada Bianca dan Fafa, termasuk semua yang dilakukan oleh Pak Toni dan Farhan di dalam kamar kosnya.
"Polisi yang tadi pagi menemuiku baru saja memberi kabar kalau ternyata aku dijebak sama Langit Mak." ucap Lula pelan.
"Loh kok bisa?" sahut Bianca dan Fafa bersamaan. Mereka mengerutkan keningnya heran.
"Jadi paket yang dititipkan ke alamatku berisi narkoba Mak, aku benar-benar gak ngerti kenapa dia tega melakukan ini padaku dan kenapa harus aku?" Lula berkata sambil menundukkan kepala seakan tak punya tenaga. Energinya seperti habis terkuras.
"Polisi memintaku untuk kerja sama dengan mereka untuk mendapatkan bukti, agar Langit bisa tertangkap dan namaku aman. Karena kalau aku tidak berhasil mendapatkan bukti yang kuat, maka akulah yang mungkin akan masuk penjara Mak. hiks... hiks... hiks." tangis Lula kembali pecah.
"Yang sabar nduk serahkan semuanya sama Alloh. Jangan takut, kamu gak bersalah. Semoga polisi tadi benar-benar polisi baik." ucap Fafa sambil mengusap lembut bahu Lula untuk menenangkannya. Fafa berusaha untuk menguatkan Lula.
"Sebaiknya kamu ceritakan masalah ini pada Pak Zack. Siapa tahu beliau memiliki relasi pengacara atau setidaknya orang yang mengerti hukum, untuk berjaga-jaga kalau terjadi apa-apa ada orang yang membantumu." Jelas Bianca. Ia terlihat sangat khawatir. Biasanya Lula tidak terlihat selemah ini.
Pak Zack adalah atasan mereka, dia adalah Chief Manager di tim Lula dan teman-temannya. Beliau juga memiliki relasi yang sangat banyak termasuk di kepolisian.
"Kita tidak tahu polisi itu benar-benar baik atau tidak, karena jaman sekarang banyak orang yang tidak bisa dipercaya. Apalagi tadi dia berani bicara gak sopan sama kamu kan?" Bianca kembali menimpali. Raut wajah Bianca terlihat heran dengan kelakuan anggota polisi yang datang ketempat Lula.
Tak peduli siapapun dan setinggi apapun jabatan atau profesi seseorang, harusnya bisa menghargai manusia lain. Setidaknya dengan tutur kata yang baik. Mirisnya, beberapa manusia yang merasa memiliki kasta lebih tinggi kadang tidak menyadari bahwa makhluk yang sering bersinggungan dengannya juga manusia sama seperti dirinya di mata Tuhan.
Tak sengaja, ibu-ibu yang berada dalam satu ruangan dengan mereka mendengar obrolan mereka bertiga. Ia memperhatikan mereka kemudian ibu itu tiba-tiba memberanikan diri mendekat dan mengatakan beberapa hal dengan penuh penekanan.
"Dek, maaf sebelumnya saya tadi tidak sengaja mendengarkan percakapan kalian. Saya tidak bermaksud apa-apa karena saya hanya orang asing. Tapi saya juga punya anak perempuan yang pernah mengalami hal yang hampir serupa dengan kamu." ucapnya dengan tatapan prihatin. Rupanya ia mendengar perbincangan mereka bertiga.
"Sebaiknya cepat bertindak berusaha melindungi diri Dek! jangan sampai terlalu dalam masuk dan ikut campur dalam kasus ini! Jangan percaya polisi atau siapapun! jaman sekarang mereka hanya mencari yang menguntungkan untuk mereka saja. Saya berkata begini tidak ada maksud apa-apa. Hanya agar kamu waspada dan jangan sampai seperti anak saya Dek." ibu itu berkata dengan penuh penekanan. Ia terlihat tulus memberi nasihat pada Lula. Bianca dan Fafa memperhatikannya dengan seksama.
"Iya, baik bu terima kasih atas sarannya." Lula mengucapkan terima kasih sambil memaksakan senyuman kepada ibu itu. Sejenak Lula memikirkan semua perkataan ibu itu yang memang ada benarnya.
"Saya pamit pergi dulu kalau gitu. Semoga masalahnya cepat selesai ya. Selalu hati-hati dan jaga diri!" Ibu itu berlalu pergi meninggalkan mushola. Lula menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Ia terharu ada orang asing yang peduli dengan masalahnya.
"Yasudah, sekarang sebaiknya kita kembali ke kantor untuk menemui Pak Zack. Sudah terlalu lama juga kita disini. Nanti takutnya banyak yang nyariin!" ajak Bianca karena ada banyak pekerjaan yang harus dikerjakan di kantor.
Lula dan Fafa hanya mengangguk, mereka kemudian beranjak berdiri meninggalkan mushola. Mereka terus memberi semangat pada Lula agar dirinya kuat.
Sesampainya di Kantor, Lula langsung mencari keberadaan Pak Zack di ruangannya tanpa kembali ke ruangannya terlebih dahulu. Ia tidak sabar ingin segera menceritakan masalahnya pada atasannya itu, berharap ada jalan keluar untuk masalahnya.
Tok! Tok! Tok!
Lula mencoba mengetuk pintu ruangan beliau beberapa kali dan sedikit membuka pintu setelah mendengar sahutan dari dalam yang mempersilahkannya masuk.
"Masuk!"
Ceklek
"Heiii. Ada apa La?" tanya Pak Zack dengan nada santai.
"Pak, ada yang ingin saya sampaikan pada bapak." jawab Lula sambil mendudukkan tubuhnya dikursi yang terletak di depan meja Pak Zack.
Lula mulai menceritakan semua kronologi kejadian masalah yang terjadi padanya kepada Pak Zack. Beliau mendengarkan permasalahannya dengan seksama.
"Sekarang kamu turuti dulu permintaan polisi itu! nanti saya akan menghubungi teman saya. Dia adalah seorang pengacara, sampai nanti saya bisa mempertemukan kamu sama teman saya, kamu turuti saja dulu apa maunya!" kata Pak Zack tegas.
"Baik pak, Terima kasih banyak. Maaf merepotkan bapak, saya benar-benar takut dan tidak tau harus minta bantuan pada siapa." jawabnya dengan mata berkaca-kaca.
"Saya pasti bantu sebisanya, kalau ada masalah jangan sungkan bilang sama saya La!" Setelah berterima kasih, Lula kembali ke meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya.
Waktu sudah menunjukkan jam pulang, Lula segera bersiap-siap dan bergegas untuk pulang kekosan. Sesampainya di kos, Lula langsung masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Rasanya hari ini sangat melelahkan untuknya, padahal tidak ada pekerjaan yang terlalu menguras tenaga. Mungkin karena dia sedang sangat gelisah.
Selesai mandi, Lula ingin segera merebahkan diri. Namun, niatnya ia urungkan lantaran cacing-cacing di dalam perutnya sudah berdemo.
"Bahkan aku lupa belum makan seharian." Lula bergumam sambil menepuk jidatnya.
Lula segera beranjak dan membuka pintu bermaksud ingin keluar dan turun untuk membeli makanan.
Saat akan mengunci pintunya kembali, tiba-tiba pintu disebelah kamarnya juga terbuka. Lula sedikit terkejut, ternyata penghuni sebelah kamarnya akan keluar juga dari kamarnya.
"Haiii Mbaaa?" sapanya dengan ramah dan ceria.
"Halloo Mba Fitri, mau kemana Mba?" tanya Lula sambil tersenyum.
"Mau beli makan dibawah Mba, Mba Lula mau kemana?" timpal Fitri.
"Sama Mba aku juga, aku laper banget belum makan seharian. Makan bareng yuk Mba!" ajaknya ceria karena tidak jadi makan sendirian.
Fitri pun mengiyakannya, mereka berdua turun kebawah secara bersama-sama dengan berjalan kaki sambil mencari dan memilih makanan yang mereka inginkan karena begitu banyak pilihan penjual makanan didepan kosan mereka.
"Mba Fitri mau makan apa? lagi pengen ayam bakar gak? makan ayam bakar depan pasar aja yuk yang tempatnya enak!" tawarnya pada Fitri.
"Waaaaa mau, hayukk Mba." jawab Fitri tanpa penolakan. Mereka berdua berjalan menuju tempat makan tersebut.
Sesampainya di tempat makan, Lula dan Fitri segera memesan 2 porsi makanan dan mencari tempat duduk yang nyaman untuk mereka. Mereka berdua memilih tempat duduk lesehan karena lebih nyaman untuk makan sembari berbincang.Meski bukan tempat yang mewah, tapi tempat itu sangat ramai pengunjung. Warung tenda yang hanya buka tiap malam hari itu, terletak di lahan parkir depan pasar. Mereka berjualan disitu karena pada malam hari pasar tutup sehingga bisa mereka gunakan untuk berjualan. Hanya beralaskan tikar - tikar yang memanjang untuk duduk para pembelinya. Namun, tempat itu sudah menjadi tempat makan favorit Lula sejak ia kos di dekat situ. Tak jarang, ia selalu makan bersama Fitri atau Risti ditempat itu hingga penjualnya sudah hafal dengan menu yang biasa Lula pesan.Akhirnya makanan yang ditunggu-tunggu pun datang, mereka berdua segera menyantap habis makanan tersebut tanpa sisa. Makanan yang mereka jual memang memiliki rasa yang enak. Tak heran, jika pelangga
Sore itu sepulang kerja, Lula merebahkan badannya di ranjang (tempat ternyaman setelah seharian berkeluh). Tak lama kemudian, tiba-tiba ponsel yang Lula letakkan di atas nakas bergetar.Drrrrrt.Drrrrrrrt.Drrrrrrrt.Lula berusaha meraihnya dari nakas dan terlihat 1 notifikasi pesan di layar ponselnya. Tak butuh waktu lama, Lula segera membuka pesan singkat tersebut."Besok aku pulang, datanglah kerumah! Ibu juga ingin bertemu denganmu." pesan dari Langit.Lula terkejut bukan main, ia membulatkan kedua bola matanya sempurna kearah ponsel. Dengan gerakan cepat, ia langsung menghubungi Pak Henry terlebih dahulu untuk meminta petunjuk apa yang harus ia lakukan selanjutnya."Hallo Pak Henry, selamat malam. ini Lula Pak.""Ohh, iya La gimana?" tanya Pak Henry."Begini Pak, Langit bilang besok sudah kembali kerumah. Dia meminta saya untuk datang kerumahnya. Menurut bapak sebaiknya saya harus
Pagi harinya.Matahari mulai membiaskan sinarnya ke dalam kamar Lula, ia mulai membuka pelan matanya yang masih buram menyesuaikan pandangannya dari bias matahari yang menyinari wajahnya.Lula mulai beranjak duduk dari tempat tidur kemudian menyandarkan punggungnya ke tepi tempat tidur. Ia meraih air putih diatas nakas yang sengaja ia siapkan sebelum tidur untuk ia minum saat dirinya bangun.Setelah semua nyawanya terkumpul, ia segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa menit kemudian, Lula keluar dari kamar mandi dan segera bersiap-siap untuk pergi ke kantor.***Lula mulai melangkahkan kakinya menuju lift yang biasa membawanya untuk sampai ke lantai 7. Sesampainya didepan lift, ia menyadari bahwa ternyata lift yang biasa ia naiki mati karena sedang dalam perbaikan. Terpaksa ia harus menaikki anak tangga sebanyak 7 lantai."Ahh sial!" umpatnya kesal karena membayangkan lelahnya harus menaiki beberapa tangga. L
Tak lama kemudian, seorang pelayan datang membawa 3 gelas minuman diatas nampan yang berbentuk lingkaran dan berwarna coklat ke meja mereka, ia meletakkan dimasing-masing depan meja sesuai pesanan."Jadi kronologis lengkapnya gimana Mba Lula? Pak Henry hanya menjelaskan garis besarnya saja pada saya." Tanya Frank kepada Lula. Tugasnya memang untuk menggali informasi darinya.Lula menjelaskan semua kronologis kejadiannya dengan detail agar Frank memahami semua kejadian yang ia alami. Setelah selesai menjelaskan panjang lebar, tiba-tiba Frank memberitahu Lula bahwa akan ada dua orang rekannya yang datang. Awalnya Lula tak merasa keberatan sama sekali."Mba sebenarnya saya datang bersama dua orang teman saya, nanti tunggu sebentar ya. Dia sedang berada diperjalanan menuju kesini. Sebenarnya saya ada di divisi kriminal Mba, jadi saya akan mengalihkan kasus ini pada teman saya yang bertugas di divisi narkoba." Jelasnya pada Lula. Setelah mendengar penjela
Hari itu Lula menjalani rutinitas pekerjaannya dengan semangat penuh karena mengetahui besoknya adalah hari libur, rasanya tidak sabar ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya meski hari masih pagi.Tak terasa waktu berlalu begitu cepat hingga tanpa sadar sudah menunjukkan waktu pulang, beruntung semua pekerjaannya sudah selesai. Jadi Lula bisa kembali kekos tepat waktu.***Malam harinya.Saat sedang bersiap-siap untuk mengistirahatkan badannya, tiba-tiba ponselnya kembali berbunyi.Drrrrrrt.Drrrrrrrt.Drrrrrrrrt."Siapa malam-malam begini?" gumamnya sambil meraih ponsel yang ia taruh diatas nakas. Terlihat nama kak Ayya tertera di layar ponselnya. Tak butuh waktu lama, Lula segera menggulir tombol berwarna hijau dilayar ponselnya."Hallo Kak Ayya, ada apa telpon malam-malam begini? tumben." tanyanya penasaran karena tak biasanya Ayya menghubunginya seperti itu."Hallo La, b
Lula sampai rumah ketika hari sudah petang. Dengan rasa tidak sabar, ia segera masuk kedalam rumah tanpa ada yang mempersilahkan. Keluarganya sedang berkumpul diruang tengah tanpa mengetahui kedatangannya, mereka pun terkejut melihat Lula yang tiba-tiba ada dirumah. Dengan segera semua orang menyambutnya, sang ibu dengan sigap segera menyiapkan makanan kesukaannya."Kamu kok gak bilang dulu kalau mau pulang La? kok sampe malem gini baru sampe rumah kenapa?" tanya Ibu Lula. Raut wajahnya terlihat mengkhawatirkan sosok anak gadisnya itu."Biasanya kan aku selalu pulang setiap weekend Bu, Ibu masa gak hafal sih?" Lula sudah duduk dimeja makan. Ia mulai memasukkan makanan kedalam mulutnya."Iya sih, gimana kerjaanmu? Lancar kan Nak?" ucapnya sambil sibuk menghidangkan makanan diatas meja untuk putrinya itu."Alhamdulillah lancar Bu." Lula masih sibuk memasukkan makanan kedalam mulutnya."Yasudah, makanlah dan segeralah istirahat! pa
Sore harinya setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Lula segera keluar dari gedung kantornya yang megah itu dan pulang kekosan. Karena paginya ia telah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari kampung halamannya dan langsung bekerja tanpa istirahat, rasanya badan begitu lelah dan ingin segera mengistirahatkan tubuhnya.Ceklek!Lula membuka pintu kamarnya pelan dan langsung masuk kekamar mandi bermaksud untuk membersihkan tubuh. Tak sabar untuk segera menikmati guyuran air yang terasa begitu segar menerpa tubuh lelahnya.Setelah cukup lama menghabiskan waktu dikamar mandi, Lula kemudian merebahkan tubuhnya keatas ranjang sambil memerhatikan layar ponselnya yang terlihat ada beberapa notifikasi masuk yang belum sempat ia baca.Lula melihat satu persatu notifikasi tersebut dan kedua matanya terfokus pada satu pesan dari Langit. Ia mengirimkan sebuah screenshoot foto bukti nomor resi dari ekspedisi yang ia pakai untuk mengirim paketnya ke a
Lula menoleh kekanan dan kekiri mencari sumber suara tersebut. Ia membuang nafas lega setelah menemukan sumber suara tersebut. Ia melihat seorang wanita tengah sibuk menjemur pakaian dibalkon lantai 2 kosnya dan tersenyum kearah Lula dengan memanggil namanya berulang-ulang. Wanita itu tak lain adalah Risti teman kos Lula sekaligus teman kuliahnya."Dari mana La?" tanyanya dengan senyuman yang lebar."Tuh dari warung kopi dibawah." jawabnya jujur sambil menggerakkan jari telunjuknya ke bawah."Kok gak ngajak-ngajak sih. Perutku kosong pengen yang anget-anget juga." ia terlihat mengerucutkan bibirnya menunjukkan rasa kecewa dan kesalnya."Yahh aku kan gatau. Lagipula aku tadi kesana ada urusan bertemu dengan Polisi yang akan mengurus kasus Langit." Jelas Lula padanya untuk mengurangi rasa kecewanya."Hah? memang kapan rencana eksekusinya?" tanyanya sambil mengerutkan kedua alisnya penuh penasaran. Ia tahu tentang masalah yang Lula