Share

Bab 4 ~ Four

"Nah dia orang yang paling populer di kalangan cewe-cewe di semua angkatan Zet. Ketua tim basket, juga ketua geng motor yang terkenal di sekolah kita. Namanya—"

"Elang, kan?" lanjut Zetta.

"Loh, tau?"

"Tau, terkenal banget itu di sekolah gua yang dulu. Cuma kalo ternyata dia ketuanya gua baru tahu."

Zetta memang baru tahu kalau ternyata Zean adalah ketua yang baru di geng motor itu. Ah sial, tujuannya pindah ke sini adalah untuk menjadi dekat dengan ketua geng motor elang Brinlight. Tapi kalau ketuanya ternyata cowok nyebelin kaya Zean, akankah Zetta meneruskan tujuannya?

"Eh .... " Zetta terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Apa Zet?"

"Tadi lo bilang kalo Zean ketua tim basket kan Al?"

Alana mengangguk. Cewek itu kembali melahap batagor yang ia beli. "Berarti Zean minggu depan ikut tanding bareng SMA Starlight dong?"

"Hu'um .... kenapa Zet? Mau nonton?"

BRAVO!

Sepertinya kali ini ia harus bersikap baik pada Zean. Bagaimanapun Zetta sangat membutuhkan cowok itu untuk melancarkan misinya. "Noe, tunggu aja. Gua bakal balas dendam ke orang itu." Batin Zetta bergejolak.

"Emm ... iya. Lo ikut juga ya Al?"

"Iya Zet. Cowok gua juga main soalnya."

"Deket gak cowok lu sama Zean?"

Alana kembali mengangguk. "Dia wakil ketuanya."

YASHHAA ....

Seakan sedang ada pesta keberuntungan di dalam diri Zetta. Sepertinya rencana yang ia susun rapih-rapih akan berjalan dengan baik. Mungkin.

"Lo suka sama Zean?"

"Mulai hari ini .... iya."

Alana hanya menggeleng. Pasalnya dia sudah tidak heran dengan cewek-cewek yang menyukai Zean. Ternyata Zetta juga termasuk pada golongan sekte pecinta Zean, ya?

"Lo pulang dari sini mau mampir dulu ke rumah gua gak?"

Zetta menggeleng. Dia akan selalu menemui Noe. "Engga bisa Al. Kenapa emangnya?"

"Yah ... gua pengen ngajak lu nobar anime kesukaan gua. Lu suka anime gak?"

"Anime apa yang lu tonton?"

"One piece ... "

Kedua bola mata Zetta berbinar seakan ada cahaya yang tiba-tiba memancar dari sana. "SERIUS LU SUKA OP?"

"Hu'um .... lu suka juga ya?"

Zetta mengangguk dengan antusias. "Udah chapter berapa?"

"Baru masuk seribu. Kalo lo?"

"Ahahaha .... gua udah ampe chapter 1062 ... tinggal nunggu setiap minggu Al. Mau gua spoiler?" ledek Zetta.

Alana menggeleng dengan cepat. "Jangan-jangan awas aja lu kalo coba-coba spoiler."

"Ah kayanya kita di takdirin buat berteman Al. Temen gua gak suka amine, dia lebih suka drakor. Gua juga jadi kebawa suka gara-gara dia."

"Temen lo yang di sekolah lu dulu ya Zet?"

"Iya, Al. Dia paling males dan bawaannya marah-marah kalo gua udah nonton anime mulu. Ah, jadi kangen gua."

Alana tersenyum melihat Zetta yang sangat antusias membahas temannya itu. "Deket banget ya Zet sama dia? Sampe keliatan bahagia banget gitu."

"Udah kaya sodara Al."

"Beruntung banget dia bisa jadi temen deket lo ya Zet?" tanya Alana sambil menghela nafasnya. Zetta sedikit mengerti dengan reaksi Alana barusan.

"Kan, sekarang gua udah jadi temen lo Al. Kalo temen gua beruntung, lo juga jadi salah satu yang beruntung itu kan?"

"Bisa aja lo," ucap Alana tersipu. "Kapan-kapan main ke rumah gua ya?" lanjutnya.

Zetta mengangguk. Pasti, dia akan main ke rumah Alana. Selain untuk bermain, juga untuk mencari informasi lebih mengenai Zean.

~~~

"Noe ... "

Zetta sedikit berlari kala melihat sahabatnya sedang duduk di kursi roda di taman depan kamar Noe. "Lo udah mau keluar Noe?"

Salah satu perawat perempuan menghampiri Noe dan Zetta. "Kak Zetta," sapa nya.

"Eh, iya Mbak? Noe sejak kapan di luar?"

"Sejak tadi pagi Kak Zetta. Dia tadi banyak bicara loh, nyeritain Kak Zetta. Tapi setelah ingatan buruk itu datang lagi, Noe langsung diem lagi sampe sekarang."

Ada senyuman yang tercipta di mulut Zetta. Tak apa kalau Noe masih trauma dengan itu. Noe pasti akan sembuh. Apalagi dengan mau bercerita saja itu sudah sebuah kemajuan yang sangat-sangat pesat sekali. Begitu pikir Zetta.

"Jadi lo udah mulai baikan ya Noe? Setelah lo sembuh, kita bakal satu sekolah lagi dan ngejar impian lo itu ya Noe?"

"Noe sayang banget kayanya sama Kak Zetta, sampe Noe tadi sempet nangis Kak."

"Nangis?"

"Iya. Dia ada bilang kalau Kak Zetta ke sini tolong bilangin kalau Noe sangat menyayangi Kak Zetta. Dia berpesan juga agar kak Zetta tidak memaksakan diri untuk melakukan sesuatu hal secara berlebihan."

Zetta kembali tersenyum. Noe tetap Noe. Noe tetap sahabat yang akan selamanya seperti itu. Tidak peduli sekarang kondisinya seperti apa. Zetta akan berusaha lebih keras lagi untuk membalaskan dendamnya. Kebahagiaan dan senyum Noe adalah kebahagiaan dan senyum Zetta juga. Itu mutlak menurut Zetta.

"Noe udah lama kan di luarnya Mbak? Masuk aja. Kasian takut kedinginan. Kayanya ini juga bakal hujan," ucap Zetta pada perawat itu.

Perawat itu mengangguk. Memang dia akan memasukkan Noe ke dalam, namun karena ada Zetta barusan jadi segan.

Setelah melihat Noe masuk ke dalam kamarnya, Zetta ingin melihat-melihat halaman di sini. Sudah berulang kali Zetta menemu Noe ke sini, tapi dia belum sempat melihat-lihat ada apa saja.

Pandangan Zetta bertemu dengan seorang Ibu-ibu yang juga sedang melihat ke arahnya. Dia sendiri dengan kursi roda dan coklat di lengan kanannya.

"Anakku ... " seru Ibu-ibu itu. Pada Zetta.

Seakan bingung, Zetta melihat kanan kiri takut kalau-kalau Ibu itu memanggil orang lain. Di rasa tidak ada lagi orang selain dirinya di sini, Zetta menghampiri Ibu itu.

"Anakku ... " ucap Ibu itu lagi, kini suaranya lebih pelan.

"Ibu ... nama Ibu siapa?"

Ibu itu terlihat sedikit berfikir. "Nama Ibu?" Zetta mengangguk.

"Siapa nama Ibu?" Ibu itu bertanya balik pada Zetta.

Senyum Zetta mengembang. Bukan karena senang melihat Ibu ini tidak mengingat namanya. Tapi, Ibu ini sangat mirip dengan Ibu Zetta.

"Ibu lupa nama Ibu siapa?"

Ibu itu mengangguk. Tidak ada salahnya kan untuk memberi nama pada orang yang sedang hilang ingatan? Zetta ingin sekali lebih dekat dengan Ibu ini. Wajahnya sangat mirip dengan Ibu Zetta yang sudah meninggal belasan tahun yang lalu.

Rasa rindunya begitu besar.

"Em ... gak apa-apa kalo Ibu lupa. Nama aku Zetta."

"Zetta .... "

"Ih Ibu pinter. Iya nama aku Zetta, aku baru pulang sekolah Bu. Sekolah baru yang bagus banget."

"Kaya apa? Apa lebih bagus dari coklat yang Ibu pegang?"

Zetta mengangguk. Dia sangat antusias sekali. "Iya ... nanti kalo Ibu sudah sembuh Zetta ajak Ibu ke sekolah Zetta ya?"

Ibu itu mengangguk. "Em ... Ibu mau gak Zetta kasih nama ke Ibu?"

"Nama? Mau!"

"Oke ... sekarang nama Ibu itu—"

"Nama nya Kasih."

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status