Zean & Zetta

Zean & Zetta

Oleh:  Hujan Reda  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
10Bab
273Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Zetta memiliki trauma yang sangat mendalam di sekolah lamanya, dengan rasa dendam atas tuntutan keadilan yang ingin dia dapatkan, Zetta pindah sekolah ke SMA Brinlight. SMA Brinlight adalah saingan dari sekolah Zetta yang dulu yakni, SMA Starlight. Demi membalaskan dendam temannya, Zetta mengincar ketua geng motor sekolahnya yang bernama Zean. Zetta berencana untuk membalas geng motor SMA Starlight yang sudah merusak masa depan temannya lewat Zean. Bagaimana kelanjutan kisah Zetta dalam aksi membalas dendam pada ketua geng motor Starlight? Apa saja yang akan di lakukan Zetta untuk mewujudkan keinginannya? Akankah Zean membantunya?

Lihat lebih banyak
Zean & Zetta Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
10 Bab
Prolog
SMA StarlightSudah hampir tiga puluh menit aku menunggu Noe, dia bilang dia hanya ingin pergi ke toilet. Aku sudah menawarkan diriku untuk mengantarnya. Tapi, Noe menolaknya dengan mengatakan dia ingin sendiri.Noe juga bilang. "Udah lo tunggu aja di sini, sambil nyicil tugas juga, jadi nanti cepet Zet," katanya.Aku menuruti apa yang dia ucapkan, sebenarnya aku khawatir. Dia orang yang sangat penakut, pemalu, dan takut bertemu kerumunan orang. Ini kali pertama Noe pergi ke kamar mandi sendiri.Aku khawatir, ponsel Noe ada di hadapanku. Dia tidak membawanya, aku tidak bisa lagi menunggunya lebih lama. Ku putuskan untuk pergi mencari Noe di toilet wanita.Begitu sampai di pintu masuk toilet, aku sedikit berteriak mencarinya, tapi tidak ada jawaban apa-apa. Sampai dimana aku mendengar satu teriakan yang membuat seluruh tubuhku mendadak lemas."TOLONG! AAAAAA JANGAN.... ZETTAAA... AAAAAKK."Aku segera berlari dan membuka satu persatu pintu kamar mandi yang ada di sana, sampai pada pintu
Baca selengkapnya
Bab 1 ~ One
Zean berjalan masuk ke dalam kelasnya. Belum sempat masuk langkahnya terhenti kala Fasha, teman satu kelasnya menepuk pundak Zean.Zean tersenyum paksa. "Tumben berangkat pagi? Ada apa nih?" tanya Fasha pada sahabatnya."Nyari contekan. Bisa ga biarin gua masuk dulu ke dalem? Hawa ga enak nih.""Halo Kak Zean, ini ada coklat buat Kakak.""Ini aja Kak, aku bikin kue ini dari semalem loh, cobain ya?"Benar saja yang di rasa Zean, dua cewek kelas satu kini sudah berada di hadapannya. Zean, ketua geng motor sekaligus ketua tim basket di SMA Brinlight. Semua cewek mau itu kelas satu ataupun dua begitupun tiga. Semuanya pernah memberikan hadiah untuk cowok ini. Hasilnya? Di tolak mentah-mentah!Zean tersenyum kecut. "Makasih, tapi gua lagi diet," ucap Zean sambil melangkah masuk ke dalam kelasnya menghiraukan dua cewek semok itu.Mata Fasha berbinar kala melihat coklat yang di pegang oleh cewek berambut pendek. "Boleh buat gua aja ga coklatnya?"Kedua cewek itu bergidig, mereka melihat sini
Baca selengkapnya
Bab 2 ~ Two
Langkah Zetta semakin cepat ketika mendapati teriakan Noe yang begitu kencang. "Enggak! Tolong! Zettaaaaa .... "Cewek itu segera masuk ke ruangan dimana Noe berada. "Kenapa?" tanya Zetta begitu masuk ke ruangan.Terdapat tujuh kelas ruangan di RSJ tempat Noe di rawat. Ruang kelas VVIP yang hanya ada satu tempat tidur. Ruang kelas VIP dengan empat tempat tidur. Ruang non kelas dengan lima tempat tidur. Ruang kelas satu dengan sebelas tempat tidur. Ruang kelas dua dengan dua puluh empat tempat tidur. Ruang kelas tiga dengan seratus lima puluh tiga tempat tidur. Terakhir, ruang isolasi dengan tujuh puluh tujuh tempat tidur.Noe berada di ruang kelas VVIP yang hanya di huni oleh satu orang. "Kami mau menyuntikkan obat tenang buat Noe tapi dia berontak," jelas salah satu perawat yang sedang memegangi Noe.Wajah Zetta terlihat sangat marah. "Kenapa? Kenapa di kasih obat tenang?""Dari tadi Noe berontak terus, kami kewalahan." Zetta segera menghampiri Noe yang sudah menatapnya dengan tata
Baca selengkapnya
Bab 3 ~ Three
"Hai Zetta."Zetta menoleh ke arah sumber suara setelah dia menutup pintu mobilnya. "Eh, Dilan. Ada apa?""Nyapa aja. Mau bareng ke kelasnya?"Zetta mengangguk, dengan langkah sejajar Zetta dan Dilan menuju ke kelas mereka bersama. "Lo tahu gak kalau minggu depan bakal ada tanding basket di sekolah kita?""Antar mana?" tanya Zetta yang tertarik dengan pertanyaan Dilan."SMA kita sama SMA lo yang dulu. Itu udah final tau," jawab Dilan diakhir dengan senyuman."Starlight?" Dilan mengangguk. Zetta ingat, orang itu dulu adalah ketua basket di Starlight. Ia harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Zetta tersenyum licik."Kenapa?" tanya Dilan heran dengan raut wajah Zetta yang berubah."Gak apa-apa. Eh lo itu ketua OSIS ya?"Dilan mengangguk. "Ko tahu?"Zetta melirik ke bet di tangan kanan Dilan dengan tulisan 'ketua OSIS angkatan 23/24' seakan paham dengan lirikkan Zetta, Dilan tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal."Iya gua ketua OSIS, kenapa?""Gua butuh bantuan lo L
Baca selengkapnya
Bab 4 ~ Four
"Nah dia orang yang paling populer di kalangan cewe-cewe di semua angkatan Zet. Ketua tim basket, juga ketua geng motor yang terkenal di sekolah kita. Namanya—""Elang, kan?" lanjut Zetta."Loh, tau?""Tau, terkenal banget itu di sekolah gua yang dulu. Cuma kalo ternyata dia ketuanya gua baru tahu."Zetta memang baru tahu kalau ternyata Zean adalah ketua yang baru di geng motor itu. Ah sial, tujuannya pindah ke sini adalah untuk menjadi dekat dengan ketua geng motor elang Brinlight. Tapi kalau ketuanya ternyata cowok nyebelin kaya Zean, akankah Zetta meneruskan tujuannya?"Eh .... " Zetta terlihat sedang memikirkan sesuatu."Apa Zet?""Tadi lo bilang kalo Zean ketua tim basket kan Al?"Alana mengangguk. Cewek itu kembali melahap batagor yang ia beli. "Berarti Zean minggu depan ikut tanding bareng SMA Starlight dong?""Hu'um .... kenapa Zet? Mau nonton?"BRAVO!Sepertinya kali ini ia harus bersikap baik pada Zean. Bagaimanapun Zetta sangat membutuhkan cowok itu untuk melancarkan misiny
Baca selengkapnya
Bab 5 ~ Five
Ibu itu mengangguk. "Em ... Ibu mau gak Zetta kasih nama ke Ibu?""Nama? Mau!""Oke ... sekarang nama Ibu itu—""Nama nya Kasih." Zetta menoleh ke arah sumber suara. Sedikit terkejut karena itu adalah Zean. Seakan takdir mempertemukan mereka di tempat yang tidak terduga. "Zean?"Zean berjalan mendekat ke arah Kasih, Ibunya. "Loh belum abis coklatnya? Padahal Zean bawain lagi loh Bu.""Ternyata ini Ibunya Zean?" batin Zetta. Zetta sedikit menjauh dari pasangan serasi Ibu dan anak itu. Ia memilih duduk di kursi besi yang terpasang di taman mini ini. Senyumnya sedikit mengembang."Ibu tadi mau abisin tapi di suruh sama Pipit buat makan sedikit-sedikit aja," keluh Kasih. Pipit adalah perawat yang di khususkan untuk menjaga Kasih.Zean menggeleng. Ia tersenyum manis pada Kasih, Ibunya. "Ya bagus itu, jangan banyak-banyak. Tapi karena Zean bakal sibuk akhir-akhir ini jadi Zean beliin Ibu coklat lagi. Ibu simpen ya, makannya jangan banyak-banyak. Dikit-dikit aja, oke?""Emang mau kemana?""
Baca selengkapnya
Bab 6 ~ Six
Ternyata, ingatan kita akan sesuatu akan selalu tersimpan rapih di rak seperti buku-buku yang tertata dalam otak kita. "Hey,"Zetta terperanjat kaget dengan tepukan pelan di pundaknya. Seakan kembali pada dunia nyata, ia mencoba menggelengkan kepalanya supaya ingatan itu hilang. Ingatan yang membuatnya trauma bertahun-tahun lamanya.Zetta tidak berani melihat jalanan. Tidak bisa juga mendengar suara motor. Bahkan untuk sekolah dia selalu menutup matanya agar tidak melihat jalanan."Lo kenapa?""Eh, gak papa Ze. Sorry."Zean mengangguk. "Lo, kenapa pindah dari Starlight?" tanya Zean terdengar ragu-ragu.Zetta tersenyum. Rencananya akan berjalan dengan lancar, sepertinya. "Lo harusnya tahu kalo pas pertama kali gua masuk, lo dengerin gua.""Gua gak perhatiin lo waktu itu," kata Zean menyesal."Ya, kalo gitu suatu hari nanti lo bakal tahu." Zean mengangguk. Meski dirinya masih penasaran dengan alasan Zetta, tapi jika Zetta bilang dia akan segera mengetahuinya seiring dengan berjalannya
Baca selengkapnya
Bab 7 ~ Seven
Tepat pukul tujuh. Zetta keluar dari dalam mobilnya. Segera ia tutup lalu berjalan menuju kelas 11 IPS 5. Kelas barunya dalam beberapa hari ini."Pagi Zet."Setelah pertemuan dan perbincangannya kemarin dengan Zean. Kini Zetta sudah di pertemukan lagi dengan lelaki itu. Katanya jodoh tidak mungkin kemana kan?"Eh Zean. Pagi juga. Tumben jam segini baru berangkat?" tanya Zetta sambil memasukkan kunci mobil pada tasnya."Iya. Gua udah minta contekan semalem sama Bianca soalnya.""Dia emang jadi ladang tugas lo ya Ze?" sindir Zetta dengan kekehan pelan.Zean mengangguk dengan tawanya. Entah bagaimana tapi rasanya alasan yang akan membuat Zean tertawa bertambah satu.Tidak hanya saat bermain basket. Tidak hanya saat dapat contekan. Tidak hanya saat bermain motor. Sekarang, berbicara dengan Zetta juga sepertinya sudah menjadi alasan ke empat Zean tersenyum.Aneh.Mereka berjalan seiringan menuju kelas. Tatapan murid-murid lainnya tertuju pada Zean dan Zetta. Zetta tidak mengerti, tapi yang
Baca selengkapnya
Bab 8 ~ Eight
"Ngomong-ngomong makasih ya udah izinin gua masuk di panitia ini," ucap Zetta."Selow aja. Gua kan ketua panitia, gua yang tanggung jawab juga. Gua juga yakin kerja lo bakal bagus."Zetta tersenyum. "Bisa aja lo. Semoga aja ya Lan.""Ya lagian santai aja.""Iya semoga gua gak bikin masalah," ujar Zetta pelan."Maksudnya?"Zetta terkekeh. Ia menepuk pundak Dilan sedikit kencang. "Enggak lah. Gila aja."Cowok itu menggelengkan kepalanya heran. Dengan tawanya yang seakan mengikuti kekehan Zetta."Udah sampe nih, ayo masuk."Zetta mengangguk. Mengekor langkah Dilan memasuki ruang rapat. Sudah banyak panitia yang berkumpul, terhitung oleh pandangan Zetta ada sepuluh orang lebih di dalam ruangan ini.Semuanya menatap ke arah Zetta dengan tatapan penuh tanya. Mereka tidak salah. Dilan berdiri di samping tempat duduknya. "Temen-temen, kenalin ini Zetta. Dia mau ikut di panitia kita. Banyak benefit yang kita dapet kalo dia join di sini. Semoga kita semua bisa bekerja sama dengan baik.""Benefit
Baca selengkapnya
Bab 9 ~ Nine
"Siapa?" tanya Boy pada Zean yang juga mendengar teriakan Zetta.Zean menggeleng. Ia kembali fokus pada latihannya. Boy menanggapinya dengan mengangkat kedua bahu. Tanda tak tahu.Di sisi itu, Zetta mengeluarkan ponselnya. Dia fokus membidik Zean yang sedang latihan itu menggunakan kamera di ponselnya. Beberapa gambar ia dapatkan. Senyumnya mengembang. "Cakep juga ya," gumam Zetta pelan. Ia kembali memperhatikan sang bintangnya yang sedang sibuk di lapang.Keringat yang terus bercucuran dari dahinya, Zean menggunakan bagian bawah bajunya untuk menghilangkannya. Sudah seperti roti sobek yang terpampang di sana.Berulang kali Zetta mengerjapkan matanya. Juga mencoba mengatur deru nafas yang mulai tak teratur. "Kenapa gua gugup banget liat dia?" batinnya."Duh," umpat Zetta."Oke guys. Sampe sini dulu, lanjut jam satu ya," seru Zean pada keempat temannya. Mereka menjawab dengan seruan juga."Lo mau ke kantin?" tanya Boy kala Zean meninggalkan lapangan."Iya kayanya. Gua laper juga sih."
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status