Share

are we in love yet?
are we in love yet?
Penulis: tigagita

#1

"Kakek akan menjodohkan kamu dengan cucu teman kakek" ucap seorang lelaki yang sudah mulai renta kepada cucunya

"Kenapa?" tanya perempuan itu setengah kaget

"Kamu ingin kakek meninggal tanpa pernah melihat cucu pertama dan satu satunya kakek menikah? Nanti kakek gentayangi kamu setiap harinya" ancam kakek

"Tapi kek, aku baru saja 21 tahun" elak perempuan tadi

"Berarti kamu sudah legal untuk menikah, baguslah" jawab kakek dan di susul hembusan nafas kasar perempuan itu

Tepat dua hari setelah obrolan itu. Dua orang lelaki datang ke rumah kakek. Lelaki paruh baya dan juga lelaki yang umurnya cukup matang memakai setelan jas.

"Assalammualaikum" ucap lelaki paruh baya itu

"Waalaikumusalam" jawab kakek, ketika salah satu pembantunya membuka pintu utama rumahnya.

"Pak Bambang, masih ingat saya?" tanya lelaki paruh baya itu sambil memegang dadanya

"Tentu saja. Kamu Ikhsan anaknya Hatta dan ini?" Tanya kakek sambil menengok kearah lelaki yang memakai setelan jas itu.

"Ini anak saya, Beno" jawab pak Ikhsan

"Halo kek, saya Beno" ucap lelaki berjas itu

"Jadi ini toh yang akan di jodohkan?" Tanya kakek

"Benar kek, karena anak saya yang laki laki hanya dia" jawab pak Ikhsan di akhiri kekehan

"Hahaha, bagus bagus tampan. Cocok dengan cucu saya. Bibi, tolong panggilkan Lara serta suruh dia pakai baju yang bagus, yang sopan" titah kakek dan di balas anggukan pembantunya

"Mari mari duduk dahulu, kita berbincang tentang pernikahannya" ajak kakek

"Jadi pak bagaimana dengan tanggal pernikahannya?" Tanya pak Ikhsan

"Lebih cepat, lebih baik. Benar kan nak Beno?" tanya kakek dan Beno pun mengangguk kaku

"Apa perlu kita mengadakan pesta pernikahan?" Tanya pak Ikhsan lagi

"Perlu, tentu saja. Tetapi usul saya, hanya pesta untuk keluarga saja"

"Baik pak, jika itu keinginan bapak"

"Kakek manggil aku?" Tanya seorang wanita sambil menghampiri kakek yang berada di ruang tamu

"Ya, kemari duduklah" titah kakek sambil menepuk sofa yang ditempatinya

"Ada apa kek?" Tanya perempuan itu tadi

"Ini nak Beno, calon suami mu" ucap kakek. Lalu Lara menyedorkan tangannya untuk bersalaman dengan Beno

"Lara" ucap perempuan itu dengan sedikit anggukkan

"Ini Ikhsan, calon mertua mu" lalu Lara melakukan hal yang sama seperti kepada Beno tadi

"Halo pak, saya Lara"

"Jadi, kalian akan menikah kira kira sebulan lagi. Bagaimana?" Tanya kakek sambil melirik Lara dan Beno

"Baik kek, lebih cepat lebih baik" jawab Beno

"Dan kamu, Lara?" Tanya kakek sambil menggenggam tangan kiri Lara

"Lara menurut saja" jawab Lara dengan tersenyum

"Baiklah, kalian pergi saja ke taman dan buat diri kalian dekat. Biar urusan pernikahan ini kakek dan Ikhsan yang atur" ucap Kakek lalu Lara dan Beno pergi ke taman kompleks

●●●

Kedua pasangan itu jika sudah pantas disebut pasangan, mengingat mereka belum ada ikatan. Bahkan pertukaran cincin tunangan saja tidak ada. Mereka berjalan menuju taman dengan keheningan. Bingung harus memulai obrolan darimana, karena semua terasa asing.

"Mas ini... kerja?" Tanya Lara membuka obrolan

"Iya, saya bekerja di perbankan" jawab Beno dan dibalas anggukkan Lara

"Kamu... Lara?" Tanya Beno ragu

"Temenku biasa panggil Lala. Mas boleh panggil saya apa aja" ucap Lara

"Mungkin Ara?"

"Ara? Boleh" jawab Lara sambil tersenyum kearah Beno

"Ara ini sedang kuliah?" Tanya Beno

"Iya. Tingkat 2. Jurusan teknik mesin" jawab Ara

"Berarti sekitar dua puluh atau dua puluh satu?" Tebak Beno

"Dua puluh satu, tahun ini"

"Selisih 8 tahun dengan saya"

"Dua puluh...sembilan?" Dan Beno balas mengangguk

"Ara, mengapa kamu menerima perjodohan ini? Mengingat kamu masih muda, dan mungkin saja kamu sudah mempunyai pacar" tanya Beno

"Saya ingin membahagiakan kakek saja, membalas budi lebih tepatnya kepada kakek yang telah merawat saya sepeninggalan ibu dan ayah. Kalo untuk pacar...untungnya saya belum punya. Kalo untuk mas sendiri, kenapa?"

"Ada alasan lain dari diri saya selain ingin menjadi anak yang menuruti kemauan orang tua" ucap Beno

"Dan itu...apa?" Tanya Lara sambil memberhentikan langkah seraya menatap Beno

"Nanti kamu tahu sendiri" jawab Beno sambil tersenyum

●●●

7 hari sebelum pernikahan. Segala persiapan pernikahan sudah selesai termasuk pakaian, makanan, tempat. Hanya tinggal menghitung hari. Beno menyesap secangkir americano panas sambil menatap ke arah luar jendela yang menampilkan sebuah mobil berwarna hitam berhenti dan keluarlah dari mobil itu sosok yang ia kenali berlari kecil menerobos gerimis untuk memasuki cafe itu. Tak lama setelah sosok itu keluar, mobil yang dikemudikan laki laki itu pergi meninggalkan tempat ini.

"Mas udah nunggu lama?" Tanya sosok yang tadi menerobos gerimis

"Sekitar 15 menit yang lalu. Setelah ini kamu pulang atau?" Tanya beno

"Saya harus ke kampus lagi, laptop saya tertinggal di kelas" jawab Lara dan dibalas anggukan Beno

"Jadi...Ara. Apa yang ingin kamu bahas?" Tanya Beno

"Perjanjian pra nikah"

"Oke...bagaimana?"

"Saya sudah menuliskannya. Mas tinggal tandatangan saja dan mungkin merevisinya jika ada yang kurang pas" ucap Lara sambil menyodorkan 2 lembar yang bertuliskan hal yang sama kepada Beno

Perjanjian Pra-nikah

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Larasathi Karinna Putri

Umur : 18 tahun

Dan

Nama : Rendhika Beno

Umur : 23 tahun

Mengadakan perjanjian pra-nikah sebagai berikut :

1. Kedua belah pihak tidur dikamar masing-masing sampai pihak perempuan mendapat gelar sarjana.

2. Kedua belah pihak menjalankan peran nya sebagai suami dan istri dengan baik. Suami dengan cara memberi nafkah dan istri dengan cara merawat rumah.

3. Hubungan dilakukan atas dasar suka sama suka atau cinta dan dilakukan setelah pihak perempuan mendapat gelar sarjana. Selain itu, tidak boleh melebihi batas selain berpegangan tangan.

4. Selama kedua belah pihak belum mempunyai rasa cinta, di perbolehkan mempunyai pacar dengan syarat pihak lain mengetahuinya.

5. Bersikap layaknya suami istri di depan kakek dan orangtua.

Dengan ini kami menandatangi perjanjian ini tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Pihak perempuan,                Pihak laki-laki

Lara                                              Beno

"Ara...saya agak keberatan di poin ketiga" ucap Beno

"Kenapa mas?" Tanya Lara khawatir

"Jika setelah akad. Saya sudah mencintai kamu, dan kamu sudah mencintai saya. Apakah saya harus menunggu 4 tahun sampai kamu lulus hanya untuk mengekspresikan perasaan saya dengan cara sesimpel mencium kening?" Kritis Beno

"Jadi.. selain berpegangan tangan dan ber...ciuman?" Tanya Lara

"Ya, dan untuk poin keempat. Kamu berpikir untuk mempunyai pacar setelah mempunyai suami?"

"Ya...bagaimana jika saya jatuh cinta kepada yang lain. Perasaan kan tidak ada yang tahu"

"Lalu kamu akan meninggalkan saya, jika jatuh cinta kepada yang lain? Pernikahan kita jadi semacam pernikahan kontrak?"

"Kalau mas tidak setujui, tidak apa" ucap Lara sambil hendak mencoret poin keempat

"Bukan Ara. Saya mengerti kamu ingin seperti yang lain. Jatuh cinta dengan siapa saja. Saya tidak melarangnya. Hanya saja, poin ini terlalu ambigu. Seakan akan pernikahan ini akan berakhir jika kita tidak saling jatuh cinta. Mungkin kamu bisa menambahkan 'tidak untuk kearah yang lebih serius' jadi kamu tidak bisa meninggalkan saya hanya untuk menikah dengan lelaki pilihanmu"

"Tapi ini tidak adil mas. Mana mungkin kita tetap bertahan, jika hati kita saja untuk yang lain. Kita akan mempertahankan pernikahan tanpa ada rasa cinta?"

"Oke Ara, bagaimana jika 'selama kedua belah pihak belum mempunyai rasa cinta, diperbolehkan menpunyai pacar dengan syarat pihak lain mengetahuinya, dan tidak untuk kearah yang lebih serius kecuali pihak lain melepasnya untuk menikah' ?" Tanya Beno

"Oke setuju"

"Lalu poin kelima, saya rasa itu tidak perlu karena saya pasti akan bersikap seperti suami" ucap Beno

"Untuk memastikan saja mas" ucap Lara diakhiri kekehan

"Baiklah Ara. Saya tinggal menandatanganinya kan?"

"Iya mas, dua kali karena ini dibuat 2 lampiran agar mas juga menyimpan perjanjian ini" jelas Lara. Lalu mereka berdua menandatangani surat tersebut.

"Ayo saya antar kan ke kampus" ajak Beno

"Eh.. boleh mas" jawab Lara

Lalu mereka berjalan keluar cafe. Terlihat mobil hitam yang tadi mengantarkan Lara, kembali datang.

"La! Ini" ucap seorang lelaki sambil menyerahkan tas berisi laptop Lara

"Baru aja mau balik ke kampus. Thanks ya Al" ucap Lara

"Yaudah gue anter pulang sekalian" ajak Al yang mungkin teman satu kampusnya Lara

"Saya pulang dulu ya mas" ucap Lara pamit kepada Beno

"Mas?" Ucap Al bingung

"Oh iya, kenalin sama Beno. Mas nya Lara" ucap Beno sambil mengulurkan tangannya

"Saya Alvi sahabatnya Lara. Masnya itu maksudnya kakak? Gue baru tahu lo punya kakak La" ucap Alvi

"Eh itu maksudnya..." ucap Lara gelagapan

"Yaudah kalian pulang duluan saja, saya masih ada urusan" titah Beno

"Kita duluan ya kak" ucap Beno sambil menarik tangan Lara

●●●

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status