Share

3

Xue Ling masih tetap berada di dapur menjaga api tetap hidup sehingga air panas yang dibutuhkan untuk mandi Tuan Mudanya tidak menjadi dingin. Karena sejak saat Tuan Mudanya mengantar nona Mo Fan Wan ke penginapan baru berjam-jam kemudian kembali. Segera setelah mendengar langkah kaki Tuan Mudanya, Xue Ling menuangkan air panas ke dalam bak mandi.

Xue Yao melangkah masuk ke dalam dapur sambil bersiul gembira. Ia tidak memperhatikan Xue Ling yang bersikap tidak seperti biasanya. Xue Ling menjadi pendiam, padahal biasanya ia sangat cerewet. Selalu ada yang dapat ia jadikan bahan obrolan dengan Tuan Mudanya.

“Air mandiku sudah siap?”. Xue Yao mengangguk puas saat melihat bak mandinya sudah siap. “Pergilah,” katanya pada Xue Ling. “tidak perlu membantu menggosok punggungku, aku bisa melakukannya sendiri.” Ucap Xue Yao pada Xue Ling saat ia melihat Xue Ling sedang membuka tali baju luarnya, hal yang selalu dilakukan oleh Xue Ling saat membantunya mandi agar bajunya tidak basah.

Gerakan tangan Xue Ling langsung berhenti. Tuan Mudanya sudah berubah. Xue Ling tidak mengatakan apa-apa. Ia bergegas keluar dari dapur. Menyibukkan diri dengan membersihkan seluruh rumah untuk menghibur dirinya.

Selama beberapa hari sejak Tuan Mudanya kembali dari gurun pasir, waktunya dihabiskan dengan menemani nona Mo Fan Wan. Berjalan-jalan mengelilingi kota, berlatih kaligrafi, menulis mantra atau hanya sekadar bercengkrama. Setiap hari Tuan Mudanya selalu bersama dengan nona Mo Fan Wan dari pagi hingga malam, malah terkadang baru kembali ke rumah dini hari. Xue Ling merasa tersisih.

Padahal ada begitu banyak hal yang ingin dia ceritakan pada Tuan Mudanya. Dari betapa sedih dirinya saat pertama kali harus berpisah begitu lama dengan Tuan Mudanya, tentang guru master cahayanya, dan bahwa ia sudah menemukan orang tua kandungnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status