Share

2

Sesampainya di dapur, Xue Ling memegang dadanya. Debaran di dadanya masih belum hilang sementara airmatanya hampir saja tumpah. Xue Ling menghapus air mata dengan menggunakan ujung pakaiannya. Dia tidak boleh membiarkan Tuan Muda melihat tangisannya.

Kata-kata Tuan Muda masih terngiang-ngiang dalam kepalanya. Calon istri.

Xue Ling tidak mengerti kenapa dadanya terasa sesak dan sakit. Seolah dadanya di pukul dengan keras. Membuatnya sesak napas.

Setengah melamun, Xue Ling menyeduh teh dan membawanya ke depan. Ia melihat Tuan Mudanya tersenyum menatap nona Mo Fan Wan yang sedang melihat kaligrafi miliknya.

Nona Mo Fan Wan menyentuh setiap kaligrafi dengan sangat hati-hati dengan pandangan penuh kekaguman. Tulisan Xue Yao memang sempurna dan tak bercacat. Ia bahkan sudah berlatih berkali-kali membentuk mantra dengan gaya penulisan Xue Yao. Namun, bahkan dengan latihan yang terus menerus, ia masih tidak dapat menyamai keanggunan tulisan Xue Yao.

Xue Ling meletakkan teh di atas meja lalu berdiri di samping kursi yang biasa di duduki oleh Tuan Mudanya.

“Nona Ketua, tehnya.”

Nona Mo Fan Wan menoleh pada Xue Ling dan tersenyum. Ia melangkah mendekat kemudian duduk di kursi di ikuti oleh Xue Yao. Mereka duduk berhadapan dan saling tersenyum.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status