Home / Romansa / silhoute of love / bab 2 Kenapa harus aku?

Share

bab 2 Kenapa harus aku?

Author: Dea
last update Last Updated: 2025-04-30 13:30:06

**Flashback on**

Rosalin berdiri terpaku di kamar, tubuhnya gemetar setelah pertengkaran sengit dengan ibu mertuanya. Perasaan bersalah bercampur amarah menyelimutinya, seperti awan hitam yang tak kunjung pergi. Pikirannya berputar, kembali ke kata-kata terakhir yang diucapkannya kepada ibu mertuanya sebelum perempuan tua itu pergi meninggalkan rumah.

Ia sudah tidak tahan lagi. Setelah bertahun-tahun diperlakukan seperti budak, akhirnya dia melawan—dan membentak.

Dan apa yang dikatakan suaminya setelah itu?

“Apa sulitnya mengalah dan mengikuti keinginan ibu?”

Rosalin terdiam, hatinya semakin perih mendengar kalimat itu. Mengalah? Lagi-lagi mengalah? Seolah-olah segala yang sudah ia lakukan selama ini tidak cukup. Seolah-olah ia bukan manusia dengan perasaan, hanya sekadar pelayan yang harus patuh.

Dia merasakan sakit yang menumpuk di dadanya, kenangan 10 tahun terakhir menghantui pikirannya. Hidup yang selama ini ia jalani—apakah itu benar-benar hidup? Selama ini, ia diperlakukan bukan sebagai istri, tetapi lebih seperti hewan yang diatur-atur dan diperas tenaganya.

“Betapa menyedihkannya jika hidup diperlakukan seperti binatang selama 10 tahun,” gumamnya, suara lirihnya hampir tak terdengar di dalam ruangan yang kosong.

Perkataan ibu mertuanya selalu menggema di benaknya, setiap kalimat penuh hinaan yang pernah dilontarkan kepadanya selama bertahun-tahun.

“Meski kau tidak bersekolah, setidaknya ibumu mengajarkanmu cara menjaga harga diri. Kau hamil sebelum menikah!”

Rosalin merasa sakit saat mengenang kembali ejekan itu. Mereka tak pernah mengerti betapa sulitnya hidup yang ia jalani.

“Apa kontribusimu di rumah ini? Sampai kapan kau akan terus menyusahkan kami? Kau bahkan tidak bisa menjaga kandunganmu!”

Perasaan bersalah terus menghantui Rosalin, seolah-olah kesalahannya tak terampuni. Tapi dia tahu, tidak ada yang pernah peduli pada apa yang ia rasakan.

“Kau tidak lihat suamimu kerja banting tulang?”

Banting tulang? Apa mereka buta? Selama ini, ia bekerja keras, sering kali mengambil dua hingga tiga pekerjaan demi menopang kebutuhan rumah tangga mereka. Sementara suaminya, meski sehat, selalu berkelit mencari pekerjaan yang layak. Tapi ibunya tetap memujanya.

“Kau mau pergi ke mana?”

“Suamiku mengajak pergi berlibur, dengan temannya bersama pasangannya. Aku sudah pernah memberi tahu ibu.”

“Ya. Ibu tahu kalian akan pergi berlibur.”

“Kau benar-benar beruntung. Aku membesarkan dia dengan susah payah. Tapi kau yang menikmati hasilnya. Dunia sungguh tidak adil.”

Tidak, ibu mertuanya salah besar. Rosalin tidak pernah beruntung menikahi putranya. Tidak ada kebahagiaan, hanya penderitaan selama 10 tahun ini. Semua waktu dan tenaga yang ia curahkan, tak satu pun yang dihargai.

Setelah satu jam bertengkar dengan ibu mertuanya, kebenaran yang lebih menyakitkan menghantamnya seperti badai. Suaminya... pria yang selama ini dia percayai... ternyata telah berselingkuh. Dan lebih dari itu, dia sudah memiliki dua anak dari wanita lain.

"Kenapa kau tidak menceraikanku saja dari dulu? Kenapa kau terus menyakitiku setiap saat, setiap waktu, bahkan setiap detik dalam hidupku? Kenapa!?" Rosalin menatapnya dengan air mata yang mengalir tanpa henti, tubuhnya bergetar di bawah beban emosi yang tak bisa lagi ditahan.

Suaminya hanya menatapnya dengan dingin, tanpa sedikit pun rasa penyesalan. "Kau bilang tidak pernah tertarik oleh wanita lain, tapi apa kenyataannya? Kau bahkan terlihat bahagia bersama wanita itu!"

Senyuman sinis tersungging di bibirnya. "Karena kau terlalu bodoh untuk melihat kenyataannya, Rosalin. Biar kuberi tahu soal pria. Semua pria selingkuh. Punya istri sekalipun bisa menyukai orang lain! Itulah pria!"

Rosalin tertegun, seakan semua harapan yang pernah ia miliki hancur berkeping-keping di depan matanya. Dia tidak bisa mempercayai telinganya. Kata-kata itu seperti belati yang menusuk hati dan jiwanya.

"Kau tahu apa tipe ideal pria? Wanita asing."

Sekarang, Rosalin mengerti semuanya. Suaminya tetap bersamanya bukan karena cinta, bukan karena komitmen. Alasan satu-satunya adalah uang dan tenaga yang ia berikan. Selama ini, suaminya menemukan kebahagiaan di tempat lain, bersama wanita lain. Sementara dirinya... hanyalah mesin pencetak uang dan pelayan yang tak pernah berhenti melayani.

Selalu saja wanita yang disalahkan atas kesalahan pria. Mereka bilang:

"Rosalin lah yang salah. Kenapa dia tidak bisa menjaga tubuhnya tetap langsing? Kenapa dia tidak merawat dirinya sehingga suaminya tidak akan memilih wanita lain? Kenapa dulu dia tidak bisa menjaga kandungannya? Rosalin lah yang salah."

Semua orang selalu menuding Rosalin. Kenapa selalu wanita yang disalahkan atas segala sesuatu yang telah terjadi? Kenapa perselingkuhan dianggap wajar jika dilakukan oleh pria?

Air matanya kembali mengalir deras. Sebenarnya, dosa apa yang telah Rosalin perbuat? Kenapa semuanya terasa begitu berat baginya? Kenapa masalah terus datang silih berganti, seolah-olah ia tidak pernah diberikan ruang untuk bernapas?

Flashback off

Malam itu terasa dingin, bahkan angin yang bertiup seolah menusuk tulang. Rosalin berdiri di atas jembatan penyeberangan yang sepi, hanya ada cahaya lampu jalan yang temaram di sekitar. Di bawahnya, sungai hitam mengalir pelan, memantulkan kilauan bintang yang samar. Matanya kosong, tatapannya lurus ke arah air yang terlihat begitu tenang, seolah memanggilnya untuk datang.

Hatinya terasa seperti hampa, tak ada lagi rasa sakit yang bisa dia tanggung. Semua ketulusan yang pernah ia berikan, cintanya, pengorbanannya, hanya dibalas dengan luka yang semakin hari semakin menganga. Pria itu—makhluk yang dulu dia percayai sepenuh hati—telah menghancurkannya, menghancurkan segalanya. Setiap janji manis yang pernah diucapkan kini terasa seperti racun yang membakar perlahan dari dalam.

"Kenapa harus aku?" gumamnya lirih, bibirnya gemetar oleh dinginnya malam dan pedihnya kenyataan. "Apa semua ini layak untuk cinta yang pernah ku beri?"

Dia menatap air di bawah sana, begitu dalam, begitu gelap. Seolah-olah sungai itu memanggilnya, menawarkan kebebasan dari segala beban yang kini menindih jiwanya. Bayangan hidup yang bebas dari rasa sakit, bebas dari penyesalan, tampak semakin dekat. Tanpa berpikir panjang, Rosalin melangkah ke tepi pembatas jembatan. Tangannya meraih dinginnya besi, merasakan angin semakin kencang di wajahnya.

"Aku ingin mencoba menjalani hidupku sebagai orang yang berbeda... aku ingin pergi ke tempat di mana tidak ada yang mengenaliku. Hidup seolah aku tidak punya masa lalu," bisiknya pada dirinya sendiri, suaranya hampir tertelan oleh angin malam.

Tanpa menoleh ke belakang, tanpa rasa ragu, dia melompat. Tubuhnya seketika tenggelam dalam kegelapan air yang menyelubungi seolah merengkuhnya dalam pelukan yang dingin. Seketika dia menghilang, tak ada yang melihatnya, tak ada yang tahu bahwa Rosalin telah memilih untuk meninggalkan segala penderitaannya.

Dan dalam keheningan itu, sungai kembali tenang, seakan menelan seluruh kisah dan kesedihan yang pernah ada.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • silhoute of love    bab 4 the return of kilian

    Saat Rosalin melangkahkan kakinya keluar kamar untuk pertama kali, suasana kastil yang suram langsung menyergapnya, membuat ia tertegun. Rosalin sebelumnya membayangkan kastil ini mewah dan indah seperti dalam dongeng, namun kenyataannya sangat berbeda. Dinding kastil yang seharusnya putih bersih tampak kusam dan seperti tak pernah diganti. Beberapa barang di lorong terlihat tertutupi kain putih polos, menambah kesan misterius yang menyelimuti tempat ini.Sejenak, Rosalin merasa seperti sedang berada di dalam sebuah film horor. Perasaan asing dan ketidaknyamanan semakin menguasainya. Matanya melirik Emma, pelayan setia yang mengantarnya, dengan tatapan curiga dan sedikit takut."Apakah Emma benar-benar manusia?" gumamnya dalam hati, tak mampu menahan rasa takut yang tiba-tiba muncul.Emma, yang menyadari ketegangan Rosalin, menoleh dengan senyum lembut dan bertanya, "Ada apa, Tuan Putri?"Dengan suara kecil, hampir tak terdengar, Rosalin bertanya, "Emma... apa kau manusia sungguhan?"

  • silhoute of love    bab 3 The Curse of the Crown

    Rosalin membuka matanya perlahan, disambut oleh bayangan kelam yang menempel di atap tinggi dari kanopi tempat tidurnya. Langit-langit itu tampak asing, ukiran-ukiran rumit berlapis emas menghiasi pinggirannya, memancarkan kilau lembut di antara tirai-tirai sutra berwarna merah marun yang melambai pelan tertiup angin dari jendela terbuka. Udara terasa lebih dingin dari yang biasa ia rasakan, aroma rempah dan kayu bakar memenuhi ruangan. Sinar matahari yang menerobos masuk memberikan sentuhan hangat pada lantai batu yang halus, tapi itu tidak cukup untuk meredam kedinginan yang merayap ke dalam tubuhnya. Ia mencoba menggerakkan jari-jarinya, merasakan tekstur selimut beludru yang mewah di atas kulitnya. Rasanya begitu nyata, terlalu nyata. Padahal, seharusnya ini hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir. Namun, setiap detik yang berlalu hanya menambah keheningan yang menakutkan. Di sudut ruangan, perapian berderak pelan, kobaran api kecil mencoba menghangatkan ruangan yang luas da

  • silhoute of love    bab 2 Kenapa harus aku?

    **Flashback on** Rosalin berdiri terpaku di kamar, tubuhnya gemetar setelah pertengkaran sengit dengan ibu mertuanya. Perasaan bersalah bercampur amarah menyelimutinya, seperti awan hitam yang tak kunjung pergi. Pikirannya berputar, kembali ke kata-kata terakhir yang diucapkannya kepada ibu mertuanya sebelum perempuan tua itu pergi meninggalkan rumah. Ia sudah tidak tahan lagi. Setelah bertahun-tahun diperlakukan seperti budak, akhirnya dia melawan—dan membentak. Dan apa yang dikatakan suaminya setelah itu? “Apa sulitnya mengalah dan mengikuti keinginan ibu?” Rosalin terdiam, hatinya semakin perih mendengar kalimat itu. Mengalah? Lagi-lagi mengalah? Seolah-olah segala yang sudah ia lakukan selama ini tidak cukup. Seolah-olah ia bukan manusia dengan perasaan, hanya sekadar pelayan yang harus patuh. Dia merasakan sakit yang menumpuk di dadanya, kenangan 10 tahun terakhir menghantui pikirannya. Hidup yang selama ini ia jalani—apakah itu benar-benar hidup? Selama ini, ia diperlakuka

  • silhoute of love    bab 1 pengorbanan

    Rosalin tiba di depan rumah kecil mereka saat senja mulai turun. Langit kemerahan di ufuk barat mulai meredup, pertanda malam segera tiba. Nafasnya tersengal, pakaian kerjanya masih kotor oleh debu dan keringat. Meski tubuhnya terasa berat oleh kelelahan, dia memasang senyum, berharap bisa menyembunyikan rasa letih di hadapan ibu mertuanya. Pintu kayu berderit saat ia membukanya. Udara dalam rumah terasa pengap dan dingin, seolah tak ada kehangatan di dalamnya. Rosalin melangkah masuk dengan lembut, berharap tak ada yang menyadari betapa lelah dirinya. "Aku pulang," katanya dengan nada ceria yang dipaksakan. Matanya langsung bertemu dengan tatapan tajam ibu mertuanya yang duduk di kursi kayu di sudut ruangan. Sejak Rosalin menikah dengan putranya, rumah ini selalu dipenuhi oleh ketegangan yang tak berujung. "Kenapa baru pulang?" suara ibu mertuanya menggema, menusuk telinga. "Apa kamu ingin kita mati kelaparan?" Rosalin menggigit bibirnya, mencoba menahan kata-kata yang ingin mel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status