Home / Young Adult / Terjebak Gairah Liar Tante Sarah / Kehangatan Luki x Keputusan Ajeng

Share

Kehangatan Luki x Keputusan Ajeng

Author: NomNom69
last update Last Updated: 2025-12-03 15:24:07

Lampu kamar Luki sudah padam sejak beberapa jam lalu, hanya temaram cahaya dari luar jendela yang sedikit menembus tirai tipis. Suasana rumah sunyi sekali—terlalu sunyi hingga suara pintu kamar Luki yang terbuka perlahan terdengar sangat jelas.

Mbak Ajeng berdiri di ambang pintu, diam sebentar sambil menatap punggung Luki yang tertidur menyamping. Nafas Luki teratur, pelan, menandakan tidurnya cukup dalam. Wajahnya terlihat tenang, membuat dada Mbak Ajeng terasa semakin sesak.

Ada sesuatu yang sejak tadi ia tahan. Entah itu perasaan, rindu, atau sekadar keinginan untuk merasakan kehangatan seseorang yang selama ini menjadi satu-satunya laki-laki yang dekat dengannya di rumah ini. Dan tanpa ia sadari, langkahnya mulai bergerak sendiri.

Pelan-pelan ia masuk, menutup pintu tanpa suara.

Ia berhenti tepat di sisi ranjang Luki, memandang wajah itu lama—lebih lama daripada yang seharusnya. Ada rasa bersalah, tapi ada juga rasa yang lebih kuat, rasa yang sejak beberapa hari ini tidak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Kabar dari Tante Sarah

    Siang itu rumah terasa lebih tenang dari biasanya. Televisi menyala dengan volume sedang, menampilkan acara yang bahkan tak benar-benar ditonton oleh Ajeng. Ia duduk bersandar di sofa, satu kakinya dilipat, matanya sesekali melirik ke arah Luki yang mondar-mandir di kamar, sibuk bersiap. Tak lama kemudian, Luki keluar dengan kemeja rapi dan jam tangan yang baru saja ia kenakan. Gerakannya terlihat tergesa tapi masih terkontrol, seolah ia sendiri belum sepenuhnya yakin dengan kepergiannya. Ajeng menoleh, mematikan suara televisi lalu bertanya dengan nada datar, tapi penuh perhatian. “Kamu mau ke mana, Luk?” Luki berhenti sebentar, lalu berjalan mendekat sambil merapikan ujung bajunya. “Ke rumah Tante Sarah bentar, Mbak,” jawabnya ringan. “Katanya ada yang mau diomongin.” Ajeng mengernyit kecil. Ia menegakkan duduknya, menatap Luki lebih serius. “Ngomongin apa?” Luki mengangkat bahu pelan. “Gak tau. Katanya nanti aja ngomongnya di sana.” Ajeng terdiam sejenak, pikira

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Maria x Kekhawatiran Sarah

    Siang itu, di dalam sel, Pak Herman sedang duduk bersandar di dinding ketika seorang petugas lapas berhenti di depan jeruji. “Pak Herman,” panggil petugas itu dengan nada datar. Herman mengangkat kepala. “Iya, Pak?” “Ada yang mau besuk.” Herman sedikit mengernyit. “Siapa? Bukannya tadi sudah… Luki sama Ajeng.” Petugas itu melihat catatannya sebentar. “Namanya Bu Sarah.” Herman terdiam sesaat. Ada jeda yang cukup jelas sebelum akhirnya ia bangkit berdiri. Wajahnya tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, meski langkahnya tetap tenang mengikuti petugas menuju ruang besuk. Begitu sampai, Herman langsung melihat sosok Sarah sudah duduk di kursi seberang meja pembatas. Sarah menoleh, tersenyum tipis, tanpa langsung bicara apa pun. Herman duduk perlahan. “Kamu ke sini?” Sarah mengangguk kecil. “Udah ketemu Luki sama Ajeng, Man?” Herman semakin heran. “Kok kamu tahu mereka habis dari sini?” Sarah menyandarkan punggungnya, ekspresinya tenang. “Semalem Luki cerita. Katany

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Besuk Papah x Kedatangan Tante Sarah

    Sabtu siang itu cuaca terasa terik, tapi Luki tetap menyetir dengan tenang. Di kursi sebelahnya, Mbak Ajeng duduk sambil memangku plastik berisi bakmi yang baru saja mereka beli—bakmi kesukaan papah Luki, yang sejak tadi terus Ajeng jaga agar tidak tumpah. “Harusnya masih anget pas nyampe,” kata Ajeng pelan sambil melirik jam di dashboard. “Iya, Papah pasti seneng,” jawab Luki singkat, meski nadanya terdengar sedikit tertahan. Sepanjang perjalanan menuju lapas, suasana di dalam mobil lebih banyak diisi diam. Luki fokus ke jalan, sementara Ajeng beberapa kali menoleh ke arah Luki, seolah ingin memastikan kondisi batinnya baik-baik saja. Tapi Ajeng memilih tidak banyak bicara, memberi ruang pada Luki untuk tenggelam dalam pikirannya sendiri. Setibanya di depan lapas, Luki memarkir mobil dengan rapi. Ia menarik napas dalam sebelum mematikan mesin. “Siap, Mbak?” tanyanya sambil menoleh. Ajeng mengangguk. “Siap. Kamu juga udah siap kan, Luk.” Mereka turun dari mobil dan berja

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Menjenguk Papah x Bersama Ajeng

    Siang itu, ruangan Gladys terasa cukup tenang. AC menyala pelan, sementara berkas-berkas kontrak tersusun rapi di meja. Luki memperhatikan satu kontrak yang sedang Gladys jelaskan.“Jadi yang ini tinggal kamu cek ulang pasal pembayarannya aja, Luk,” kata Gladys sambil menunjuk halaman terakhir.Luki mengangguk. “Oke, gampang. Nanti malam aku rapihin terus kirim revisinya.”Rapat kecil itu berjalan sekitar 20 menit. Setelah semuanya dirasa cukup, Gladys menutup map berkas dan bersandar.“Udahan dulu. Kita makan siang yuk?” ajaknya.“Gas,” jawab Luki sambil merapikan meja.Mereka berjalan menuju kantin kantor. Suasananya lumayan ramai, tapi masih dapat meja kosong. Saat makanan baru sampai, Luki mengambil ponselnya sebentar. Ada satu pesan WhatsApp baru.Dari Om Iksan.Luk, Papah kamu minta dijenguk minggu ini. Kalau bisa ajak Ajeng sekalian ya.Luki menarik napas pelan, kemudian membalas singkat.Iya Om, insyaallah Sabtu ya.Gladys melihatnya dari seberang meja. “Chat dari siapa? Mbak

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Tawarin Kerja x Untuk Ajeng

    Setelah itu, suasana kamar masih hangat dan sunyi. Tante Sarah berbaring menyandar di dada Luki, tubuhnya masih dibalut selimut yang sama, napasnya perlahan mulai stabil. Luki mengusap pelan kepala Tante Sarah, gerakannya lembut, seperti mencoba menenangkan sekaligus menormalkan kembali suasana. Tante Sarah menarik sedikit selimut naik ke bahunya, lalu berkata dengan suara lirih, “Aku sebenarnya mau ajak kamu sama Ajeng kerja di butik aku nanti…” Luki menoleh kecil, masih mengusap rambutnya. “Aku kan udah kerja, Tan,” jawabnya pelan. “Kalau mau ngajak, coba tawarin Mbak Ajeng aja.” Tante Sarah mengangkat wajahnya sedikit, menatap Luki dengan alis terangkat. “Ajeng? Kan dia juga kerja, Luk.” Luki menggeleng. “Mbak Ajeng udah nggak kerja, Tan.” Tante Sarah diam sebentar, kagetnya terlihat jelas. Ia bangkit sedikit, bersandar di lengan Luki sambil memegang selimut agar tetap menutup tubuhnya. “Serius?” tanyanya. “Kenapa udah nggak kerja?” Luki menarik napas pelan

  • Terjebak Gairah Liar Tante Sarah   Malam, Tante Sarah Berkeringat

    Setelah memastikan mobil tamu tadi benar-benar menjauh, Luki akhirnya memajukan mobilnya perlahan. Ia berhenti tepat di depan pagar rumah Tante Sarah. Rumah itu terlihat tenang sekarang, hanya lampu teras yang menyala lembut. Luki turun dari mobil, menoleh kanan–kiri sejenak untuk memastikan situasi aman, lalu berjalan masuk melewati pagar yang sedikit terbuka. Pintu rumah ternyata masih terbuka lebar, seperti sedang menunggu seseorang. “Assalamualaikum…” suara Luki terdengar pelan tapi jelas. Dari dalam, muncul Tante Sarah sambil tersenyum kecil. “Waalaikumsalam. Masuk sini, Luk. Tante kira kamu nggak jadi datang.” Luki hanya membalas senyum itu. “Tadi nunggu tamunya pergi dulu, Tante.” “Oh begitu…” Tante Sarah mengangguk, belum menanggapi lebih jauh. “Ngopi dulu? Tante bikinin ya?” tawarnya sambil berjalan ke dapur kecil. “Boleh, Tan. Makasih.” Tidak butuh lama, Tante Sarah kembali membawa dua cangkir kopi panas. Dia meletakkan satu di depan Luki, lalu menutup pint

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status