Share

Bab 3

Author: Jasmine
Ponsel yang tergeletak di bawah pecahan kaca masih berdering.

Ardian mencondongkan tubuh, lalu menekan orang di pelukannya ke sofa sambil berujar, "Cuma mau aku? Kalau begitu, mau ini?"

Dia mengangkat tangannya dan sebuah kalung berayun turun dari genggamannya.

Alena pun terbelalak. Sebab, Ardian pernah memberinya kalung yang sama persis sebelumnya. Namun, Ardian juga dengan jelas mengatakan bahwa kalung itu hanya ada satu di dunia ini.

Alena segera mencari sebuah foto dan mengirimkannya kepada seorang teman yang berkecimpung dalam bisnis perhiasan. Tak lama kemudian, dia menerima balasan.

[ Itu barang palsu. ]

Setelah membaca beberapa patah kata itu, Alena tiba-tiba tertawa. Kalung yang dimilikinya juga palsu, sama seperti statusnya sebagai istri Ardian. Ternyata, sebuah hati yang tulus memang tidak dapat mencintai dua orang sekaligus.

Alena menggenggam erat ponselnya, lalu melihat Larissa yang berlinang air mata dan berkata dengan genit, "Aku punya satu permintaan lagi ...."

Pada detik berikutnya, Ardian menelepon. "Lena, aku harus melakukan perjalanan bisnis selama dua hari. Selama aku pergi, kamu harus makan dengan baik, ya."

Setelah menutup telepon, Alena berkendara ke perusahaan Ardian dalam keadaan linglung. Dia kebetulan melihat mobil Ardian melaju pergi. Setelah perjalanan yang sangat panjang, mobil itu perlahan-lahan memasuki jalan pegunungan yang berkelok-kelok dan akhirnya berhenti di depan gerbang menuju sebuah kuil.

Hujan gerimis membuat jalan pegunungan licin. Ardian membungkuk dan menggendong Larissa mendaki gunung.

Alena tentu saja familier dengan tempat ini. Di ujung seribu anak tangga batu terdapat sebuah kuil. Setelah menikah, dia tidak kunjung hamil. Jadi, Lestari, ibunya Ardian, membawanya ke tempat ini.

"Dengan bersujud setiap naik satu anak tangga untuk tunjukkan ketulusan hati, seseorang baru bisa hamil."

Hari itu, hujan juga turun seperti hari ini. Lutut Alena awalnya memar dulu, lalu baru lecet dan berdarah.

Di anak tangga terakhir, Ardian tiba dan bersujud bersama Alena. Dia memarahi ibunya karena terlalu percaya pada hal-hal mistis. Selama setengah tahun itu, dia bahkan tidak pergi menjenguk ibunya.

Alena masih ingat bahwa pada hari itu, mereka telah menggantungkan gembok cinta bersama. Tak disangka, Ardian malah kembali ke tempat ini bersama wanita lain.

Keduanya akhirnya berhenti di Jembatan Cinta. Larissa mencari sesuatu di antara gembok-gembok yang berdempetan, lalu tiba-tiba mengulurkan tangannya kepada Ardian.

Ardian tersenyum dan mengeluarkan sebuah kunci. "Kamu benar-benar menemukannya."

Alena berdiri di balik pohon. Kukunya menancap di telapak tangannya. Sesuai dugaan, pada detik berikutnya, Larissa membuka sebuah gembok dan melemparkannya dari puncak gunung, lalu menggantinya dengan yang baru.

Larissa berkata dengan angkuh, "Kamu sudah janji. Selama aku temukan gembokmu dan Alena, aku boleh lakukan apa pun yang kuinginkan pada gembok itu. Berhubung dia sudah jadi mantan istrimu, gembok cintamu dengannya tentu saja nggak boleh tergantung di sini lagi."

Mantan istri? Alena ingat pada hari mereka mendaftarkan pernikahan, Ardian juga menyiapkan setumpuk dokumen yang menyatakan bahwa dirinya akan mengalihkan properti dan beberapa aset kepadanya. Dia menandatangani semuanya tanpa membaca isinya.

Siapa sangka akan ada perjanjian kesepakatan cerai di antara tumpukan dokumen itu? Hanya dalam tujuh detik, pernikahan yang dia impikan sejak muda pun berakhir.

Sementara itu, alasan Ardian menunggu selama setahun untuk mendaftarkan pernikahannya dengan Larissa adalah demi menunggu Larissa mencapai usia pernikahan yang sah.

Ardian rela menghabiskan setahun untuk menunggu Larissa dewasa, tetapi hanya memberi Alena tujuh detik. Inilah cinta yang tidak berhenti dia bicarakan.

Ketika Ardian kembali, dua hari telah berlalu sejak tanggal yang dijanjikannya. Begitu dia masuk, Linda langsung berseru, "Indah sekali bunganya! Aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya!"

Ardian menyodorkan bunga itu bak harta karun. Bunga itu adalah varietas langka yang tumbuh di gunung belakang kuil, juga hanya tumbuh di tebing. Orang yang ingin memetik bunga itu tidak perlu membayar uang, tetapi harus mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkannya.

Alena hanya melirik bunga itu sekilas, lalu berkata, "Bi Linda, taruh saja di vas."

"Kenapa? Kamu tidak suka?"

Ardian merasakan kedinginan Alena dan memeluknya sambil berujar, "Sayang, jangan marah. Aku nggak pulang tepat waktu karena ada stasiun TV yang mau undang kita untuk syuting acara mereka. Aku duluan pergi periksa lokasi syutingnya."

"Itu acara wawancara di luar ruangan, tempatnya punya pemandangan indah. Akhir-akhir ini, aku terlalu sibuk dan mengabaikanmu. Maaf. Kali ini, aku mau sekalian aja kamu liburan."

Sebelum Alena sempat bereaksi, Ardian sudah menginstruksikan Linda untuk mempersiapkan berbagai macam barang untuk perjalanan itu.

Namun, Larissa baru saja memperbarui media sosialnya. Dia menggenggam buket bunga yang sama. Bekas merah di lehernya juga terlihat jelas. Foto itu juga diberi sebaris keterangan.

[ Dia baru pergi, tapi kerinduanku sudah tumbuh lagi ]

Alena mencengkeram dadanya. Hatinya bagaikan perahu yang hanyut dan kesepian. Kebahagiaan yang dia hargai selama tiga tahun terakhir pasti telah disalin berkali-kali seperti ini. Namun, yang dia terima adalah kepalsuan.

Rasa sakit hati itu lenyap dalam seketika dan hanya menyisakan mati rasa. Alena merasa mungkin kondisinya memburuk lagi ....
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ⁠Dari Luka Menuju Kebebasan   Bab 25 

    Dua tahun kemudian.Alena berjalan cepat dengan ponsel menempel di telinganya. Tangannya yang lain dengan cepat membolak-balik draf akhir proposal penawaran yang baru saja diserahkan sekretarisnya."Kapan kita kembali ke pulau?" Suara Darian di ujung telepon terdengar diselingi tawa.Bibir Alena tanpa sadar melengkung membentuk senyuman. "Beberapa hari lagi. Aku sibuk banget akhir-akhir ini." Alena melirik kartu pos yang dikirim ibunya di meja. "Sejak ibumu dan ibuku keliling dunia bareng, lalu tinggalkan perusahaan mereka untuk kita kelola, aku nggak pernah tidur nyenyak lagi.""Apa presdir satu ini lagi ngeluh?" Nada menggoda Darian diwarnai rasa sayang. "Seingatku, ada orang yang baru saja dinobatkan sebagai 'Pengusaha Muda Paling Berpengaruh Tahun Ini' bulan lalu.""Itu juga karena kamu nggak kalah unggul," jawab Alena sambil menutup dokumen itu. Tatapan mereka bertemu sejenak, lalu mereka menutup telepon bersamaan.Kedua tim berdiri saling berhadapan. Alena berkata dengan serius

  • ⁠Dari Luka Menuju Kebebasan   Bab 24 

    Tiga tahun yang lalu, Alena berjalan melewati jendela ini dengan mengenakan gaun pengantin dan penuh sukacita. Dia percaya bahwa yang menantinya adalah kehidupan bahagia.Kini, jika direnungkan kembali, pernikahan itu terasa bagaikan mimpi. Di mimpi itu, dia mencintai Ardian dengan rendah hati dan menanggung rasa sakit yang luar biasa. Ketika terbangun, yang tersisa hanya kenangan.Melihat Darian berbincang riang dengan ibunya, Alena menghela napas. Takdir benar-benar telah mempermainkannya. Namun, dia segera tersenyum lega. Berhubung telah kembali ke titik awal, dia bertekad untuk memperbaiki keadaan dan memulai lembaran hidup baru. Kali ini, dia akan hidup sepenuhnya hanya demi dirinya sendiri.Tanpa disadari, Alena telah tinggal di rumah lamanya selama seminggu. Berhubung mengkhawatirkan tambak mutiara di pulau, Alena dan Darian memutuskan untuk kembali melihatnya.Dalam beberapa hari yang mereka habiskan bersama, jarak yang memisahkan Alena dengan Anindya selama bertahun-tahun akh

  • ⁠Dari Luka Menuju Kebebasan   Bab 23 

    Di rumah lama Keluarga Pradita.Alena duduk di sofa sambil memandangi pemandangan di luar yang buram karena hujan. Tiga tahun telah berlalu. Sejak menikah dengan Ardian, dia hanya pernah mengunjungi rumah orang tuanya beberapa kali. Tadi, dia sudah menceritakan tentang perceraian dan seluruh pengalamannya selama menikah dengan Ardian kepada ibunya."Dasar biadab!" Anindya langsung bangkit dan berjalan menuju meja kerjanya. Dia menelepon seseorang dan memberi perintah, "Segera tarik semua dana investasi kita dari Grup Baskara! Sekarang juga!" Anindya kembali ke sisi Alena dan berujar dengan berlinang air mata, "Lena, Ibu yang bersalah padamu .... Setelah ayahmu meninggal, aku tenggelam dalam kesedihan dan mengabaikanmu. Dulu, aku setuju kamu menikah sama Ardian karena kamu menyukainya. Aku kira ... setidaknya kamu akan bahagia ...." Alena menggeleng dan menggenggam tangan ibunya. "Itu bukan salah Ibu. Aku yang terlalu naif dan mengira cinta bisa menaklukkan segalanya." Tatapan Anindy

  • ⁠Dari Luka Menuju Kebebasan   Bab 22 

    Di ruang rapat, Ardian sedang mendengarkan laporan triwulan. Dia membolak-balik dokumen dengan tidak fokus. Matanya sesekali melirik ponselnya.Sejak Alena pergi, Ardian telah mengembangkan kebiasaan ini, seolah-olah dia akan menerima pesan dari Alena kapan saja. Namun, dia selalu kecewa."Selanjutnya ...." Suara asisten Ardian menariknya kembali ke kenyataan. Namun, pintu ruang rapat tiba-tiba dibuka dan terdengar suara nyaring nan kuat dari sepatu hak tinggi yang beradu dengan lantai.Ardian mendongak dan seketika membelalak tidak percaya ketika melihat siapa yang datang.Alena mengenakan setelan jas putih yang berpotongan rapi. Rambut panjangnya disanggul, sedangkan tatapannya terlihat tajam. Di belakangnya, terdapat sebaris penyidik yang mengikutinya datang.Salah satu dari mereka menunjukkan sebuah dokumen dan berujar, "Kami menerima laporan bahwa perusahaan ini terlibat dalam beberapa transaksi bisnis ilegal. Kami perlu selidiki masalah ini dan berharap kalian bisa bekerja sama.

  • ⁠Dari Luka Menuju Kebebasan   Bab 21 

    Ardian tentu saja tidak akan menyerah begitu saja. Akan tetapi, dia memilih untuk menghormati keinginan Alena dan akhirnya naik ke kapal yang akan meninggalkan pulau itu.Alena mengira kehidupannya di pulau ini akan kembali damai. Namun, sebelum dia tertidur, Linda bergegas ke atas dengan terengah-engah dan pucat."Gawat! Tambak mutiara ... tambak mutiaranya sudah dirusak!""Apa?" Raut wajah Alena langsung berubah drastis. Dia bergegas berlari ke depan jendela. Dari sudut ini, dia bisa melihat tambak mutiara di teluk. Pada saat ini, permukaan air dipenuhi benda-benda putih yang mengapung. Semuanya adalah jaring tambak yang robek dan kerang mutiara yang berserakan.Hati Alena langsung tenggelam. Tambak mutiara adalah sumber pendapatan utama Pulau Isla. Keluarga-keluarga di pulau ini bergantung pada tambak itu untuk bertahan hidup."Ini ulah siapa?" Di sisi lain, Darian juga sudah mendapat kabar dan bergegas datang.Linda mengikutinya dan menjawab dengan suara gemetar, "Kata penjaga ma

  • ⁠Dari Luka Menuju Kebebasan   Bab 20 

    Namun, sebuah kekuatan yang nyata tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangan Ardian dan menariknya ke permukaan dengan kuat.Dalam keadaan linglung, Ardian melihat wajah yang samar. Itu bukan Alena, melainkan wajah yang sama sekali tak dikenal.Byur! Ardian ditarik keluar dari air dan merasa seperti terlahir kembali. Dalam keadaan yang sepenuhnya sadar, Ardian mendapati dirinya berada di ruangan yang tak dikenalnya. Dia turun ke lantai bawah dan melihat sosok Linda di dapur.Linda menatapnya, tetapi hanya menunjuk dingin ke arah makanan di atas meja sebelum berbalik untuk pergi. Ardian memanggilnya, tetapi bukan untuk bertanya kenapa Linda ada di tempat ini."Bi Linda, kamu lihat Lena? Di mana dia?" Linda melepas celemeknya dan menjawab dengan mata penuh keluhan, "Lepaskanlah Lena. Keadaannya sekarang sangat baik. Bertemu denganmu nggak akan baik untuknya." Seusai berbicara, Linda membanting pintu dan pergi."Lena pasti ada di sini! Aku jelas-jelas melihatnya!" Ardian bergegas kelua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status