All Chapters of Be My Princess Adibrata: Chapter 21 - Chapter 30
75 Chapters
21
Di kediaman Cahyani. Adnan tengah turun dari tangga bersama August, tentu dia dibantu karena kepalanya masih sedikit pening, sebetulnya ... August menawarkan diri untuk membawakan bocah tersebut makanan, akan tetapi, Adnan terus menolak dengan mengatakan bahwa dia baik-baik saja walau kepalanya sedikit pening, tapi, lagi-lagi August menawarkan hingga adiknya itu merasa kesal sendiri dan menolak dengan kalimat, "Kalau lo tetap maksa, gue enggak mau makan, Bang." Pada akhirnya, August lah yang menyerah dan memilih untuk mengikuti kemauan sang adik.Keluarga Cahyani makan bersama di ruang keluarga, dilengkapi oleh Pak Raden juga, mereka lebih memilih di sana karena bisa duduk di lantai dan areanya lebih luas, apalagi terdapat hiburan seperti menonton televisi, mengingatkan para putra Adibrata tersebut dengan masa kecilnya.Setibanya Adnan di sana, Cahyani langsung tersenyum dan menghampiri putra bungsunya itu."Kamu keras kepala sekali
Read more
22
Di subuh hari Adibal berangkat dan meninggalkan Aristela sendiri di rumah, tapi sebelum itu, sang papah mengatakan bahwa jaga dirimu baik-baik dan jangan merepotkan orang-orang di rumahnya Cahyani, Aristela mendengar semua ucapan sang papah lalu memeluknya dengan erat disertai kalimat agar ayahnya selalu hati-hati agar pulang dengan selamat."Papah pergi dulu yah, inget pesan Papah, jangan nakal di rumahnya Cahyani, okey?""Siap, Pah," jawab Aristela sembari hormat ke sang papah yang akhirnya masuk ke mobil dan meninggalkan pekarangan rumah."Hati-hati," gumam Aristela yang memandang mobil Adibal yang semakin menjauh. Kini dirinya harus memersiapkan diri untuk bersih-bersih karena sekarang sudah setengah enam, lumayan Aristela memanfaatkan waktu tersebut untuk mandi lebih lama agar dapat merilekskan diri di air hangat.《☆☆》"Paling lambat semi
Read more
23
Hampir pukul tujuh pagi dan Adnan memicingkan matanya ketika abang-abangnya sedang bermalas-malasan, terutama Abraham yang sekarang sedang sibuk dengan ponselnya, begitupun Agam, August, dan Aderald."Sepertinya enggak biasa Bang Abraham sama Bang Agam terlambat kayak gini, pasti ada sesuatu nih," curiga Adnan yang tak tahan untuk menyahuti mereka."Gue cuti," balas Abraham singkat jelas dan padu, begitupun dengan Agam yang menambah, "gue lagi males kerja hari ini, lagi pula gue enggak ada jadwal ceklok juga."Adnan percaya kepada dua abangnya ini, tetapi tidak dengan August dan Aderald, di antara keduanya, Aderaldlah yang menjadi musuh bulan-bulanannya sang adik bungsu."Bang Rald, lo enggak kuliah lagi hari ini?""Mana ada gue kuliah jam tujuh pagi, hari ini lagi libur soalnya dosen lagi sakit.""Bang August?""Kepo amat lu, semuanya ditanyain, lo harus bersyuk
Read more
24
"Bang ketawa lo kek orang psikopat yang berhasil ngebunuh mangsanya, ngeri banget, tetapi untuk menyambut Aristela di luar sana, mohon maaf, takkan kubiarkan karena hati Aristela hanya milik Adnan seorang!"Adnan berusaha lepas dari cengkeraman kedua kakaknya ketika Abraham dan Agam lebih dulu keluar untuk menemui Aristela yang berada di ruang tamu."Bang, ayolah ... jangan giniin gue, pasti Kak Aristela rindu banget sama gue, tolong lepasin," ucap Adnan dengan nada yang mengajak kedua kakaknya ini untuk berdamai, tetapi tidak untuk August dan Aderald yang menggeleng sembari menunjukkan senyum jahatnya."Lo kan lagi sakit, cocoknya tuh ada di kamar, tenang aja ... nanti kami kasih tau ke Aristela kalau lo lagi sakit kepala, okey?""Licik lo, Bang!"Aderald dan August tertawa puas kemudian membawa sang adik ke kamarnya dan mengunci pria tersebut dari luar agar tidak bisa menemui Aristela, August
Read more
25
Aristela telah berada di kamar yang telah August tunjukkan padanya, kamar tamu yang begitu luas untuk satu orang dan dilengkapi oleh televisi pula yang membuat Aristela nyaman di sana nantinya."Bagaimana? Lo suka kamar ini, kan? Kalau enggak gue anter lagi di kamar lain," tanya August dan Aristela menggeleng karena kamar itu sudah lebih dari cukup dan membuatnya sangat suka."Terima kasih, kamar ini udah cukup banget," jawab Aristela lalu meletakkan kopernya di samping lemari, August masih memerhatikan gadis tersebut yang menggeser resleting koper dan mulai memilah-milah pakaiannya di atas ranjang."Eum ... nyusunnya nanti aja deh," gumam Aristela ketika risoles dan salad buahnya terlintas dalam pikiran gadis tersebut, Aristela pun menghampiri August lalu menarik tangan pria tersebut untuk kembali ke ruang tamu, di mana dirinya meletakkan makanan untuk Adnan di atas meja tempat tersebut.August tentu tidak me
Read more
26
Setelah bertanya, Aristela mengambil satu buah risoles dan memberikannya ke Abraham, Abraham menerima risoles tersebut lalu mengatakan terima kasih lalu meninggalkan Aristela yang menghela napas kecewa karena respon pria tersebut benar-benar cuek dan tampak biasa saja.Aristela tenggelam dalam ketermenungannya sehingga ia mendengar sesuatu dari belakang, di mana Adnan, Aderald, August, dan Agam sibuk menikmati risoles buatan Aristela, Aristela pun berbalik dan langsung memicingkan matanya, menatap empat pria dengan melekat disertai gelengan kepala karena tidak habis pikir jika mereka sesuap itu."Aduh ... jangan dihabisin, aku juga mau makan nantinya!" protes Aristela menghampiri mereka berempat dan Aristela mengembuskan napas lega karena ternyata, keempatnya telah memisahkan bagiannya ke atas piring."Eh, jangan salah paham Kakak cantik, kami udah misahin kok," ucap Adnan.Aristela menatap bagian yang sudah d
Read more
27
Aristela menatap Abraham dengan tidak enak hati karena dia ingin menolak tawaran dari pria di hadapannya, Abraham terlalu baik menawarkan hal tersebut, maka dari itu, dirinya memilih untuk ...."Maaf, Kak. Aristela enggak bisa lanjut kuliah, mending kerja aja deh atau bantu Papah supaya pekerj-""Mending jadi istri Adnan saja, Kak Aristela enggak perlu capek-capek kuliah, cukup jadi ibu rumah tangga dan nungguin Adnan pulang sekolah, sehabis pulang sekolah nanti Adnan manjain deh di kamar, eh maksudnya di rumah, he he," sambar Adnan memotong ucapan Aristela, di sisi lain Adnan begitu senang mendengar penolakan dari Aristela dan itu membuat hatinya bergejolak untuk mengejek sang abang."Hadeuh, bocil ... bocil, pikirannya cuma sebatas kelonan, nanti lo impoten baru tau rasa, bhaks, HA HA HA." Suara berasal dari Aderald yang sangat puas meledek Adnan yang menunjukkan kekesalannya."Heleh, ngejek gue impot
Read more
28
"Haish ... Mah apa salahnya Adnan nikah sama Aristela nanti? Kan saudara tiri juga," tanya Adnan yang tak mau menyerah dan membuat sang mamah nampak lebih malas lagi untuk meladeni pertanyaan putra bungsunya itu."Nikah, nikah, kamu ini masih sekolah malah mikir ke situ, nikah itu enggak segampang yang kamu pikirin Adnan, lagipula Nak Aristela juga belum tentu mau sama kamu, kalaupun memang berjodoh, palingan sama Abraham juga, Nak. Kamu harus mengerti ucapan Mamah yang barusan, okey?""Haduh Mamahku enggak ngasih restu, udah ah, ini kue enggak jadi enak, Adnan bohong doang," balas Adnan dengan wajah cemberut membuat Cahyani menjadi garang."Enggak enak katamu? Hooh kamu mulai bohong-bohongan sama Mamah yah, okey, Mamah juga bohongin kamu tadi," balas Cahyani pula dan wajah Adnan langsung tersenyum lebar."Beneran nih, Mah?""Yeay, kamu kena prank, Nak. Itu kameranya Mamah taruh di depa
Read more
29
Di sisi lain, Abraham seorang dosen, tentu dirinya tidak mengajar di satu kampus saja, tetapi ada dua, dan satunya itu memiliki pendidikan non formal, dan dia mengajar di mata kuliah public relation, sekarang ini dirinya berada di kampus non formal tersebut untuk memeriksa laporan para mahasiswa yang habis menjalankan Praktik Kerja Lapangan (PKL), Abraham tipe dosen idaman bagi para mahasiswa, tidak memberatkan dan tidak pula membuat mahasiswanya repot-repot untuk mengejar dirinya.Tempat berkumpul mereka adalah di salah satu kantin kampus, Abraham memilih tempat tersebut agar mahasiswanya peka untuk membelikannya sebuah cemilan, karena dia lupa membawa dompet hari ini, benar-benar dosen yang cerdas."Atas nama Suherman?""Benar, Pak."Abraham mulai meneliti laporan yang diberikan oleh Suherman, yang pertama adalah kertas konsultasi, di mana Abraham langsung menatap mahasiswanya itu."Hm, pertama ka
Read more
30
Di malam hari, keluarga Cahyani pun berkumpul dan dilengkapi oleh Pak Raden yang ikut bergabung lantaran disuruh oleh Abraham.Mereka sedang makan roti yang dibalut dengan nutella cokelat, sungguh sedap ketika dikunyah, hal tersebut dirasakan oleh semuanya, terutama Cahyani yang lagi dan lagi mengambil roti lalu membalutinya dengan selai cokelat."Hm, gini aja enak yah, padahal sederhana," ucap Cahyani, Aristela pun sama, dirinya juga menambah satu roti lagi, sementara yang lain sudah merasa enek dengan cokelat."Nak Aristela, tadi Nak Adnan kasih tau saya kalau kamu katanya mau jualan kue di sekolahnya, itu beneran?" tanya Cahyani."Iyah, Tan. Beneran, Aristela pengen kerja, he he.""Kenapa harus jualan kue di sekolahnya Adnan, Nak? Kan Papah kamu ada bisnis kecil-kecil juga, kenapa bukan kamu yang ngurusin?""Iya juga sih, Tante. Lebih tepatnya ada toko bunga, cuman A
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status