Semua Bab GARA-GARA SALAH KIRIM: Bab 11 - Bab 20
75 Bab
MANA KUNCI MOBIL?
"Mbok Juuum ... !" teriak Mas Reyfan sambil menuruni tangga ke lantai bawah. Dia bergerak cepat menuruni tangga sambil sebelah tangannya membenarkan letak dasinya. "Ya, Pak?" Mbok Jum yang sedang membantuku menyiapkan sarapan tergopoh-gopoh menghampirinya. "Mbok liat kunci mobil nggak?" tanyanya panik. Astaga!!! Jantungku rasanya mau copot mendengar itu. Bagaimana aku bisa salah taruh kunci? Harusnya kutaruh kembali di atas nakas tadi malam. Duuuh, bagaimana ini? Jantungku sontak berdegup kencang sementara keringat dingin sepertinya sudah mulai membasahi tengkukku. "Nggak liat tuh Pak. Apa biasanya ndak di kamar Bapak?" Mbok Jum balik tanya. Untuk menghindari kecurigaan, aku segera berjalan menghampiri Mas Reyfan. "Nyari apa sih Mas? Kok teriak-teriak gitu?" "Itu ... kunci mobil. Dimana ya kok ngga ada?" "Kan biasanya di kamar. Di atas nakas," kataku meyakinkan. "Iyaa, seingatku juga kemarin aku taruh di sana, tapi nggak ada." "Yakin?
Baca selengkapnya
DIA ITU KAN ...
Aku kembali ke rumah dengan perasaan tak menentu. Kembali kuingat-ingat lagi pesan Adam sebelum aku meninggalkan cafe tadi. Dia bilang, aku tidak boleh gugup, bersikap tenang seolah tak tau apa-apa. Jangan sampai membicarakan masalah ponsel itu. karena jika mas Reyfan tahu ponsel itu aku yang bawa, maka rencana untuk melaporkan kasus itu bisa jadi berantakan. Sebelum aku memarkirkan mobilku di garasi, sempat kulihat mobil mas Reyfan terparkir di jalan depan rumah kami. Dengan tenang, kuayunkan langkah menuju ke dalam. Di ruang tengah, Mas Reyfan sedang berdiri mondar-mandir dengan gelisah di depan mbok Jum yang sedang duduk di sofa memangku Keenan. "Ada apa, Mas?" tanyaku saat akhirnya aku mencapai tempatnya berdiri. Mimik mukaku kubuat senatural mungkin. "Han, kamu nggak buka mobilku semalam kan?" Mas Reyfan menatapku tajam.Sudah kuduga, sepertinya dia sudah tahu bahwa ponselnya hilang. Dan sekarang dia sedang kebingungan mencarinya. "Buka mobil? Memangnya
Baca selengkapnya
ADA TAMU
"Han, kenalin ini Kompol Daniel Devanno. Beliau dari Satuan Reskrim," kata Adam padaku saat memperkenalkan seseorang yang katanya sahabatnya itu. Dan dia, si Daniel itu, ternyata adalah lelaki yang aku jumpai diparkiran tadi. Jadi, lelaki tadi adalah seorang polisi? Aku bangkit dari dudukku saat lelaki itu mengulurkan tangannya hendak menyalamiku. Rasanya aku seperti kehilangan muka saat dia menatapku sangat lekat dengan kedua matanya. Ternyata mata yang tadi sempat membuatku penasaran, yang ditutupinya dengan kacamata itu, memiliki sorot yang begitu tajam hingga seolah jantungku berhenti berdetak seketika saat telapak tangannya berhasil mendarat di telapak tanganku. Pemandangan yang terjadi selanjutnya adalah bahwa tangan kokoh itu kini seperti tangan raksasa yang akan meremukkan tulang-tulang tanganku yang kecil. Mendadak aku bergidik ngeri saat dalam beberapa detik tangan itu tak jua dilepaskannya dariku. Kurasa sepertinya dia memang berniat ingin meremukkan tulangku karen
Baca selengkapnya
TERDUGA
"Di luar ada polisi yang mencari Bapak," kata Mbok Jum memberi tahu. Mas Reyfan dan aku saling berpandangan, dan aku yakin aku tak salah lihat kalau wajah suamiku saat ini berubah pucat. Tak berapa lama kemudian kami bertiga menuruni tangga menuju lantai bawah berurutan dengan saling membisu. Kami seperti larut dalam pikiran masing-masing. Dan saat sampai di ruang tamu, aku melihatnya. Daniel, si manusia tanpa senyum itu, sedang berdiri di sana berbicara dengan tiga orang berseragam polisi lengkap. Sementara dia sendiri, masih mengenakan blue jeans dan atasan kaosnya yang sore tadi dia kenakan, hanya saja telah terbungkus rapat dengan jaket warna hitam. "Selamat Malam, Pak Reyfan. Saya Daniel Devanno dari Polresta. Kakak Anda, ibu Tantri Kusuma, beberapa saat yang lalu telah tertangkap tangan tengah melakukan kagiatan prostitusi. Dan anda diduga terlibat dalam kasus ini. Untuk itu, Anda harus ikut dengan kami untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut di kantor."
Baca selengkapnya
HARTA REYFAN?
"Mami? Mami kapan datang? Maaf Mi, aku nggak tau," kataku penuh penyesalan, lalu bermaksud mencium tangannya. Tapi perempuan paruh baya itu menolak mengulurkan tangannya padaku. Wajahnya mencelos, membuatku menelan ludah. "Udah jangan basa basi, Han. Mami sudah tau, kamu kan yang melaporkan Ratri sama Reyfan ke polisi?" Pertanyaannya yang tiba-tiba, membuatku sangat terkejut. Bagaimana mungkin mereka mengetahui hal itu? "Kamu benar-benar istri nggak tau diri, Han. Lihat apa yang Reyfan sudah berikan sama kamu. Bukannya berterima kasih kamu malah nusuk dia dari belakang," lanjut wanita itu mulai mengumpatiku. Walaupun selama ini aku tahu bahwa ibu mertuaku itu tak pernah bisa menyukaiku dengan tulus, tapi aku tidak menyangka dia akan datang dengan marah-marah tidak jelas seperti sekarang. "Mami, apa yang sedang Mami bicarakan ini sih?" Aku mencoba mencari tahu. "Halah jangan pura-pura kamu, Hani. Kita semua sudah tau apa yang kamu lakukan di rumah Ratri. Kamu
Baca selengkapnya
REYFAN DIBEBASKAN
"Maaf Pak Randi, tapi kenapa ya rumah saya harus diamankan? Apa Bapak juga polisi?" "Oh bukan, Bu. Saya bukan polisi. Saya hanya salah satu kenalan Pak Daniel. Lebih tepatnya, anak buah Pak Daniel. Tapi untuk pertanyaan ibu itu, mohon maaf saya tidak bisa menjawab, karena saya hanya diberi amanat saja sama beliau untuk berjaga di sini," kata pria bertubuh kekar itu. Aku mendesah, pria itu semakin aneh saja. Tadinya kupikir Pak Randi juga anggota kepolisian, tapi ternyata bukan. Jadi penjagaan atasku dan keluargaku ini berarti bukan resmi dari kepolisian dong. Apa sebenarnya tujuan pria bernama Daniel itu? "Ya sudah Pak, kalau begitu saya permisi dulu. Saya harus ke rumah orang tua saya. Permisi," pamitku dengan sopan pada pria yang kutaksir berusia lebih dari 30 tahunan itu. "Silahkan, Bu," sahut Pak Randi. Kemudian pria itu membantuku membukakan pintu pagar dan menutupnya kembali. "Terima kasih, Pak," kataku sebelum akhirnya melajukan mobilnya pelan. . .
Baca selengkapnya
HONEY
Pria gagah bertubuh tinggi besar dengan seragam kepolisian lengkap itu turun dari mobil SUV hitam yang diparkirnya di depan rumah yang sudah nampak lengang. Jarum jam di arloji yang melingkar di pergelangan tangan kokohnya sudah menunjuk angka 10 saat ia tiba di rumah itu. Mendengar deru mobil di halaman rumah, bergegas seorang wanita paruh baya membukakan pintu depan rumah dan menyambut sang tuan yang pulang dengan rasa lelahnya seperti biasa. "Tasya sudah tidur, Bi'?" tanyanya pada wanita paruh baya saat si pembantu rumah tangganya itu mengulurkan tangan ke tas kerjanya seperti biasa. "Sudah Pak, dari habis isya' tadi," jawabnya. Daniel melepas sepatunya di kamar tamu. Kebetulan hari ini dia hanya berdiam diri di kantor, jadi tentu saja sepatu itu tak terlalu kotor untuk dibawanya masuk rumah. Masih dengan seragamnya, pria berusia 35 tahun itu bergegas ke kamar mandi membersihkan diri. Guyuran air dingin malam itu membuat wajah lelahnya segar kembal
Baca selengkapnya
TAMU ATAU MADU?
Baik aku maupun Mas Reyfan sama sekali tak ada yang berbicara mulai dari kami bertemu di kantor polisi. Bahkan saat kami berdua memasuki halaman rumah dan turun dari mobil, Mas Reyfan meninggalkanku melangkah duluan tanpa kata. Aku merasa dia sangat marah padaku. Tapi entahlah, dia belum mengatakan apapun setelah pertemuan hari ini. "Makan malam sudah saya hangatkan, Bu." Mbok Jum menyambutku di pintu rumah. "Ya Mbok, sebentar saya bersihkan diri dulu." Aku bergegas naik ke lantai atas. Dan saat berada di kamar, kulihat Mas Reyfan sedang menyiapkan pakaiannya untuk mandi. Kalau biasanya aku pasti akan dengan sigap melakukannya untuknya, meladeni segala keperluannya, namun tatapan tidak bersahabatnya malam ini membuatku tak ingin mendekatinya. Setelah siap dengan pakaian gantinya, dia berjalan melewatiku begitu saja menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar kami. Sekitar lima menit kemudian, dia keluar lagi dengan balutan handuknya. Tak seperti biasa dia se
Baca selengkapnya
SHASHA HAMIL
Kalimat yang hanya tiga kata, tapi mampu memporak-porandakan hati dan perasaanku. Sejak kapan sebenarnya mereka berhubungan hingga sekarang perempuan ini mengaku bahwa dirinya hamil? Mas Reyfan pun sepertinya sama denganku. Shock dengan ucapan gund*knya sendiri. "Ma-maksud kamu apa, Sha?" "Aku hamil. Dan ini anak Mas Reyfan." Perempuan itu terlihat mulai menangis lagi. Sepertinya badanku rasanya ingin limbung jika saja Mbok Jum tidak berada di dekatku dan memegang lenganku. "Kita masuk saja, Bu," ajaknya. "Nggak Mbok, biarkan aku disini." "Sha, itu nggak benar kan?" Kudengar Mas Reyfan bersuara lagi. "Benar Mas, ini anak Mas Reyfan." Perempuan itu lalu merogoh ke dalam tasnya mengambil benda putih pipih dan menyerahkannya pada Mas Reyfan. Itu sebuah testpack yang sedang dia berikan pada suamiku. "Tapi ini belum tentu benar 'kan?" Dia masih menyangkal. "Belum tentu benar gimana Mas? Kita sudah melakukannya." "Iya aku tahu. Tapi .
Baca selengkapnya
KEBABLASAN
"Awalnya aku pikir aku telah jatuh cinta untuk kedua kalinya. Tapi sepertinya aku hanya sedang khilaf sampai kebablasan. Setelah kusadari, semuanya telah terlambat." -Reyfan Andriano Semalaman pria itu tidak bisa memejamkan mata. Entah sudah berapa kali dia mengetuk pintu kamar tidur istrinya, namun tak satupun panggilannya dihiraukan. Nampaknya sang istri sudah tak lagi bisa memaafkannya. Penyesalan memang selalu datang belakangan. Hingga hampir subuh, pria itu hanya duduk di sofa ruang tengah sambil menatap kosong layar TV plasma yang entah sedang menayangkan apa. Dia sendiri tertidur beberapa menit dengan sangat tak nyenyak. Saat Mbok Jum keluar dari kamar dan menghampirinya, Reyfan baru berpikir untuk bangkit. "Bapak mau makan atau minum sesuatu? Biar saya siapkan," tawar perempuan baya itu. Reyfan hanya menggeleng tak minat. Lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa menit kemudian dia sudah mengganti baju dengan dengan pakaian kerjanya dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status