Semua Bab GARA-GARA SALAH KIRIM: Bab 41 - Bab 50
75 Bab
MENEMUKANNYA
Tanpa tidur semalaman, Daniel berangkat pagi-pagi sekali meninggalkan rumah. Dia biasanya orang yang tidak pernah suka menyelesaikan urusan pribadinya dengan memanfaatkan fasilitas kantor. Tapi kali ini sepertinya harus dia lakukan demi mencari tau kebenaran. Ada beberapa rumah sakit di kota ini yang harus dia datangi. Hanya akan ada dua kemungkinan jika memang Hani benar-benar sakit, yaitu bahwa wanita itu sengaja menghindarinya atau memang disembunyikan. Instingnya sebagai penegak hukum memang jarang salah selama ini karena seringnya menemui kejanggalan pada kasus-kasus yang dia tangani di lapangan. Daniel hanya butuh kepastian apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh kekasihnya itu. Jika dia memang ingin bersembunyi darinya, artinya Daniel akan mundur. Walaupun sifat posesifnya terhadap Hani sangat besar hingga dia bahkan rela kehilangan seorang sahabat seperti Adam, namun jika wanita itu sendiri yang tidak menginginkannya, maka dia tidak bisa memaksanya. Dan
Baca selengkapnya
KEPUTUSAN
Adam baru menuruni tangga lantai dua rumah orang tuanya, sementara mama dan papa nya sudah bersiap di lantai bawah. "Nanti kamu langsung ke kantor apa nganterin kami pulang dulu, Dam?" tanya sang papa saat Adam sampai di hadapan mereka. "Gampang, nanti Adam anterin pulang, Pa. Adam nggak ngantor hari ini." "Nggak ngantor? Memangnya mau kemana?" tanya sang mama "Di rumah sakit lah, Ma, kemana lagi," ujar Adam pasti. "Ya sudah kalau gitu papa ngga usah bawa mobil sendiri aja kalau gitu," kata sang papa. "Eh, Dam, kenapa sih kamu nggak langsung lamar aja Hani ke orangtuanya?" Sang mama yang duduk di jok belakang memulai percakapan saat mobil melaju pelan meninggalkan rumah. Papa Adam menoleh ke anaknya yang berada di belakang kemudi. Namun sepertinya Adam tak ambil pusing dengan pertanyaan yang dilontarkan sang mama. "Mama ini ngomong apa? Ya terserah Adam lah, jangan dipaksa-paksa nanti jadinya nggak baik," jawab papanya dari jok depan mencoba membela
Baca selengkapnya
KEMBALI
Adam baru menuruni tangga lantai dua rumah orang tuanya, sementara mama dan papa nya sudah bersiap di lantai bawah. "Nanti kamu langsung ke kantor apa nganterin kami pulang dulu, Dam?" tanya sang papa saat Adam sampai di hadapan mereka. "Gampang, nanti Adam anterin pulang, Pa. Adam nggak ngantor hari ini." "Nggak ngantor? Memangnya mau kemana?" tanya sang mama "Di rumah sakit lah, Ma, kemana lagi," ujar Adam pasti. "Ya sudah kalau gitu papa ngga usah bawa mobil sendiri aja kalau gitu," kata sang papa. "Eh, Dam, kenapa sih kamu nggak langsung lamar aja Hani ke orangtuanya?" Sang mama yang duduk di jok belakang memulai percakapan saat mobil melaju pelan meninggalkan rumah. Papa Adam menoleh ke anaknya yang berada di belakang kemudi. Namun sepertinya Adam tak ambil pusing dengan pertanyaan yang dilontarkan sang mama. "Mama ini ngomong apa? Ya terserah Adam lah, jangan dipaksa-paksa nanti jadinya nggak baik," jawab papanya dari jok depan mencoba membela
Baca selengkapnya
DIVA UNTUK ADAM
Beberapa bulan setelah putusnya hubungan bisnisku dengan Adam, kami sudah tidak pernah lagi bertemu ataupun mengirim pesan. Padahal saat ini aku masih tinggal di rumah orang tuaku yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah orang tua Adam. Aku dan Daniel merencanakan untuk mengadakan acara perayaan pernikahan sederhana dengan hanya dihadiri oleh kerabat dan teman-teman dekat saja. Dan saat ini hanya beberapa hari saja menjelang tanggal yang telah kami tentukan untuk merayakan kebahagiaan kami itu. Seringnya Daniel datang dengan Tasya ke rumahku sepertinya membuat hati ibuku sedikit luluh. Tasya yang sangat manis dan tingkahnya menggemaskan itu selalu bisa membuat ibuku tersenyum bahagia saat dia menghabiskan waktu di rumah orangtuaku. Gadis kecil itu bahkan sering berada seharian di rumah bapak sementara Daniel berada di kantornya. Begitu pun sebaliknya, Keenan sering merengek minta diantar ke rumah calon kakaknya. Lalu aku pun akan berada di rumah Daniel seharian hanya
Baca selengkapnya
VIDEO PANAS CALON SUAMI
Aku begitu kaget siang itu saat ibu bilang ada seorang wanita mencariku. Aku yang sedang berdua dengan Keenan di kamar segera bangkit. "Siapa, Bu?" "Ibu nggak nanya. Teman kamu barangkali, Han. Tapi ibu belum pernah lihat sih." Ibu berjalan ke arah Keenan yang sedang tertidur. Lalu mengusap kening anakku penuh kasih. Dan dengan rasa penasaran aku berjalan menuju ruang tamu. "Anda mencari saya?" tanyaku pada wanita yang sedang duduk dengan anggun di kursi ruang tamu rumah bapak itu. Kurasa agak kurang sopan karena dia tidak melepas kacamata hitamnya, padahal dia sedang bertamu di rumah orang. Dia segera berdiri menyambutku yang berjalan ke arahnya. "Masih ingat saya, Hani?" tanyanya sambil membuka kaca mata hitamnya. "Kamu ...." Aku agak kesulitan mengingatnya. Mungkin karena banyak hal yang sedang kupikirkan belakangan ini terkait pernikahanku dengan Daniel. "Clarissa," ucapnya, yang kurasa dengan sangat bangga saat dia menyebutkan namanya,
Baca selengkapnya
PENGAKUAN DANIEL
Aku melajukan mobil sangat pelan menuju tempat dimana aku sudah berjanji untuk bertemu dengan Daniel. Satu jam yang lalu aku menghubunginya melalui pesan. [Bisa ketemu sepulang kantor di Cafe Red Bar?] [Setelah ini aku ke rumahmu, Sayang. Aku sudah hampir selesai. Tunggu ya?] [Tidak, Dan. Aku tunggu di Kafe saja. Satu jam lagi ya? Ada hal penting yang ingin kubicarakan.] [Baiklah, Sayang. Sampai nanti.] Aku tidak yakin apakah aku akan mendapatkan jawaban yang membuatku bisa mempercayainya atau tidak. Tapi yang jelas, sejak kedatangan Clarissa tadi ke rumah bapak, hatiku menjadi tidak tenang. Ada perasaan menyesal kenapa harus mempercayai wanita itu untuk kusaksikan video mes*mnya dengan mantan suaminya, yang juga adalah calon suamiku. Dan sekarang akhirnya kepercayaanku pada Daniel menjadi luntur karenanya. Video beberapa detik itu sungguh mengoyak jiwaku. Adegan demi adegan yang tergambar seolah tak mau pergi dari pelupuk mataku hingga membuatku su
Baca selengkapnya
TERKUAK
"Clarissa! Heii!" Daniel memasuki halaman rumah berpagar besi yang nampak gersang itu dengan setengah berlari. Mengejar sang mantan istri yang memasuki halaman beberapa menit sebelum dia sampai di tempat itu. Daniel menarik tangan wanita itu hingga sontak mereka saling berhadapan di halaman rumah sekarang. "Daniel?" Clarissa terpana. Dia tidak tahu kapan Daniel tiba di tempat itu. Dia bahkan baru beberapa menit yang lalu mamarkirkan mobilnya di halaman rumahnya. Dan dia tidak tahu jika ada mobil yang mengikutinya di belakang. "Kapan kamu datang?" tanyanya mencoba basa basi. Senyumnya menyiratkan senang tapi juga was was. Dia sangat tahu Daniel tidak mungkin datang ke rumahnya jika tidak ada maksud dan tujuan yang penting. "Tidak penting! Ayo kita bicara!" kata Daniel sambil menyeret tangan wanita itu menuju ke dalam rumah. Clarissa mengikuti langkah panjang lelaki yang sedang marah itu dengan susah payah Karena heel sepatunya yang juga terlalu tinggi nyaris membuatnya t
Baca selengkapnya
ROLLER COASTER
"Yang ini bagus nggak, Kak?" Diva menunjukkan sebuah dress panjang berwarna salmon yang dipegangnya padaku. "Cantik, cobain gih. Pasti cocok banget di badan kamu," kataku dengan senyum manis ke arahnya. "Nggak terlalu simple kan, Kak?" "Enggak, Sayang. Kaka' juga nggak suka yang terlalu rame kok. Itu bagus banget ayo cobain deh." "Ya udah, Diva cobain dulu ya." Dengan senyum manisnya, Diva segera menuju ke fitting room. Aku yang sudah selesai dengan semua belanjaanku, menunggunya sambil duduk di sebuah kursi stainless tak jauh dari tempat Diva menjajal gaun barunya yang nanti rencananya akan dikenakannya di hari pernikahanku dengan Daniel. Meskipun aku dan Daniel hanya menyelenggarakan pernikahan sederhana yang hanya akan dihadiri oleh kerabat dan teman dekat saja, tapi Diva bersikeras harus tetap tampil paling cantik diantara semua tamu undangan. Itu selorohnya saat Daniel selalu menggodanya 'Kamu itu pakai baju dari karung goni juga udah cantik'. Beg
Baca selengkapnya
SABOTASE
P.O.V Daniel Baru 1 jam yang lalu dia mengirimiku pesan. Dia menyuruhku untuk menelponnya. Aku terperangah saat telepon diangkatnya dan dia justru mengoceh sendiri tanpa mempedulikan aku bicara apa. Calon istriku itu terkadang memang aneh. Tapi aku selalu menganggap semua tingkahnya itu unik dan menggemaskan. Dia berpura-pura bahwa aku menelponnya agar dia bisa meninggalkan adik sepupuku berdua saja dengan Adam. Meskipun aku sering bingung dengan segala tingkahnya, tapi aku tahu dia selalu ingin melakukan segala sesuatu untuk membuat orang yang dia sayangi bahagia. Dan kali ini adalah untuk Adam. Aku tahu Hani sudah menganggap Adam seperti saudaranya sendiri, walaupun terkadang itu masih saja membuatku sedikit cemburu. Bahkan walaupun dia sudah memutuskan untuk memilihku. Untuk membuatnya bahagia, maka kuputuskan untuk menghentikan saja pertikaianku dengan sahabatku itu. Mulai memperbaiki hubunganku dengannya yang pernah sangat kacau. Dan akhirnya, semalam a
Baca selengkapnya
PERNIKAHAN
Ini bukan yang pertama kali buatku. Namun berdebarnya jantung saat dia mengucapkan janji suci ikatan pernikahan beberapa jam yang lalu tak ayal membuat air mataku meleleh juga. Entah dengan Daniel, tapi saat malam harinya, untuk pertama kali kita berada di dalam satu kamar yang sama hanya berdua saja, sepertinya aku lihat dia pun sedikit gugup. Aku sedang menunggunya di dalam kamar usai membersihkan diri dan bersiap dengan kedatangannya. Hati rasanya tak karuan setiap mendengar langkah kaki mendekat ke kamar. Dalam hati berharap itu bukan suamiku. Tidak, jangan, aku belum siap. Karena saat ini aku merasa bagai kembali menjadi gadis yang baru akan mengalami malam pertama saja. Tiba-tiba semua terasa belum sempurna dan ada saja yang kurang dalam penampilanku malam ini. Padahal aku sudah mengenakan pakaian malam terbagus yang aku punya. Dan berdandan mati matian untuk membuatnya terpesona. Namun saat semua ritual bersolekku beres, justru pangeranku itu tak juga menampakk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status