Semua Bab TRUE LOVE BEAST HUSBAND: Bab 11 - Bab 20
76 Bab
Kedatangan Nenek Mira
“Kamu tahu Mira, aku menyukaimu sejak SMA. Dulu, diriku tidak percaya diri seperti sekarang, hanya bisa melihatmu dari jauh, memendam rasa.”“Kamu menghilang saat kuliah di kota. Setelah lulus dan kembali ke desa ini lagi, ternyata sudah memiliki kekasih. Hatiku patah rasanya. Akhirnya aku berusaha mencari cara agar bisa bersamamu”Leo mendekati Mira, memandang dan menggenggam tangannya, berusaha meyakinkan bahwa yang dikatakannya adalah benar. “Maafkan aku, caraku memang salah.” Leo mencium tangan Mira dengan penuh perasaan.“Namun, berhasilkan?!” seru Leo tiba-tiba, mengagetkan sekaligus membuat Mira akhirnya tertawa melayangkan tangannya ke lengan Leo dengan mesra.“Aduh ...” canda Leo sambil mengelus tangannya.Keduanya saling tertawa lepas, hingga tak sadar kalau Mama Leo telah berdiri mengamati mereka sambil menyilangkan tangannya.“Bagaimana kamu bisa masuk ke sini, Mira?” tanya Mama Leo, mengagetkan mereka berdua.
Baca selengkapnya
Rintangan Kedua
Mira mengamati Nenek yang semakin jauh dari pandangannya, sambil terus memegangi perutnya. Ketika hampir mendekati apotek, Mira langsung berkata kepada Leo kalau perutnya tidak sakit lagi. Leo kemudian berkata kepada Mira. “Lebih baik kita pulang saja, kamu istirahatlah di rumah. Aku takut kalau nekat pergi ke kota, perutmu sakit lagi.”Mira mengganggukkan kepala pertanda setuju dengan yang dikatakan Leo.Mira terus memutar otak selama perjalanan menuju ke rumahnya, tentang bagaimana cara mengenalkan Leo kepada neneknya? Dia berpikir, tidak mungkin menyembunyikan Leo terus menerus. Gadis manis itu menarik nafas panjang berkali-kali.Leo melihat kegelisahan di wajah Mira. “Ada apa, Mir? Apa ada masalah?” tanya Leo sambil memegang salah satu tangan Mira.Mira memandang Leo penuh rasa iba. “Bagaimana mungkin aku tega menceritakan ini kepadamu Leo? Aku takut nanti kamu sakit hati,” batinnya.Leo melihat Mira semakin berta
Baca selengkapnya
Operasi Plastik
“Operasi plastik. Apa kamu gila!” teriak Leo sambil mondar mandir  di depan Mira. Nafasnya bergerak cepat, dadanya kembang kempis, naik turun, wajahnya memerah. Dia benar- benar tidak terima, merasa terhina, namun tidak bisa membalas.“Sabar, Leo. Nenekku memang seperti itu. Segala perkataannya, sangat sulit untuk dipatahkan.” “Kalau aku mau, dari dulu sudah aku lakukan.” Leo masih saja tersulut emosi.“Kalau boleh tahu. Kenapa dari dulu, tidak kamu lakukan?” tanya Mira dengan hati-hati, berharap kekasihnya itu tidak semakin emosi.Leo kemudian duduk di sebelah Mira. Kepalanya mulai dingin. “Mamaku adalah orang yang paling tidak menginginkan itu. Dia selalu berkata kepadaku kalau tompelku adalah jimat keberuntungannya. Sebenarnya aku sendiri tidak paham maksudnya,” kata Leo. Bibirnya bisa sedikit tersenyum jika mengingat perkataan mamanya saat itu.“Mama berkata tompel ini adalah anugerah dari sang pencipta untukku, agar a
Baca selengkapnya
Bukti Cinta Leo
Nenek menutup mulutnya dengan kedua tangan, merasa tidak percaya dengan yang baru saja dia dengar. “Apakah aku bermimpi? Leo ini berbeda sekali dengan yang pertama kulihat. Apakah dia benar-benar operasi plastik?” batin Nenek, sambil menelan salivanya.Leo berjalan satu langkah ke depan dari tempat dia berdiri. “Perkenalkan, saya adalah Leo, kekasih Mira,” ucap Leo sambil melihat ke kanan dan ke kiri memastikan setiap orang mengamatinya. Dia berbicara dengan gagahnya penuh percaya diri.Perkataan Leo disambut riuh oleh saudara Nenek Mira. Ada yang merasa sial karena terlambat mendekati Mira, wajahnya penuh penyesalan, ada yang ikut bangga dengan Mira karena memiliki kekasih sangat tampan, ada pula yang iri dengannya. Mira mendekati Leo, menggenggam tangannya dengan mesra dan memandang kedua matanya penuh takjub sambil memberikan senyuman terindah. Menjadikan mereka berdua seperti sejoli yang baru jatuh cinta.Setelah itu, suasana menjadi
Baca selengkapnya
Di Klinik Kecantikan
“Hallo Leo, bisakah kamu ke sini siang nanti, pukul dua. Nenek yang meminta,” ucap Mira melalui teleponnya.“Oh ... oke, aku akan ke sana nanti siang,” jawab Leo sambil menutup teleponnya. Sesaat kemudian, dia berpikir sebentar, di kepalanya terselip pertanyaan, tentang apa yang akan diinginkan Nenek Mira kali ini?Di rumah Mira, Nenek menelepon seseorang untuk diminta datang pukul satu siang nanti, satu jam lebih awal dari kedatangan Leo. Tepat pukul satu siang, dua orang laki-laki telah datang menemui Nenek di ruang tamu. Mira mengintip dari kamarnya karena sangat penasaran dengan gerak gerik neneknya, namun sayang, dia tidak mendengar apapun dari sana.Tiba-tiba Nenek berdiri dari sikap duduknya dan berjalan ke arah kamar Mira, dengan segera gadis manis itu berjalan menjauhi pintu dan duduk di tepi kasur, seolah-olah bersikap tidak terjadi apa-apa barusan.“Mira, apakah Leo nanti bisa datang?” tanya Nenek Mira sambil membuka
Baca selengkapnya
Reuni Cinta Nenek Mira dan Kakek Leo
Ternyata Kakek mengerjai Leo. Setelah itu mereka berdua saling bersua. Leo sangat bahagia karena kakeknya sangat merindukannya. Kemudian Leo bercerita tentang kisah cintanya dengan Mira dan sikap Nenek Mira sebagai rintangan cinta mereka berdua. Kakek sangat memahaminya, karena pernah merasakan yang dirasakan oleh Leo ketika masih muda dulu.“Baiklah Leo, Kakek akan datang ke rumahmu. Kakek ingin melihat Mira secara langsung, dan menilainya, untuk tahu, apakah kamu pantas memperjuangkan cintamu atau tidak dengannya?” kata Kakek Leo yang sudah lima belas tahun belum bertemu dengan Leo.“Iya, Kek. Semoga Mira bisa datang untuk bertemu Kakek. Kalaupun tidak bisa, maka Leo akan mencari cara agar Kakek bisa bertemu dengannya,” ucap Leo.“Bagus, kamu benar-benar cucu Kakek, punya banyak akal. Siapkan rencanamu Leo,” kata Kakek dengan tegas.“Siap, Kek. Laksanakan.” Leo menutup teleponnya sa
Baca selengkapnya
Rintangan Ketiga
Setelah bersih-bersih, Mira segera mandi dan bersiap pergi ke rumah Leo. Hatinya saat itu sangat berbahagia karena akan menghadiri acara reuni teman-teman kuliahnya, dan yang paling membuatnya lebih bahagia adalah dia bisa ke acara itu bersama Leo, kekasihnya.Tiba di rumah Leo, seperti biasa, dia akan disambut hangat oleh kekasihnya itu. Saat berada di ruang keluarga, Mira mulai menceritakan tujuannya bertemu dengan Leo.“Leo, besok sabtu, akan ada acara reuni teman-teman kuliahku. Aku bahagia sekali ... dan yang paling membuatku senang, kamu boleh ikut. Kamu ada waktu ‘kan?” tanya Mira dengan wajah berseri-seri.Leo berpikir sebentar, kemudian dia menjawab pertanyaan Mira. “Hmm ... sabtu ya. Sepertinya aku bisa ikut,” jawabnya datar.“Kenapa responmu biasa saja? Apa kamu tidak bahagia pergi bersamaku?” tanya Mira sambil memajukan bibirnya.“Bukan begitu Mir. Entahlah, sesuatu yang baru buatku ... tapi semuanya pasti akan menyenangk
Baca selengkapnya
Acara Kumpul Keluarga
Di Kota, saat Leo berada si sebuah kafe, sedang sendiri. Dia disapa oleh Om Rudi, yang merupakan kakak dari papanya. Om Rudi menepuk pundak Leo hingga hampir saja membuatnya menyemburkan kopi yang baru saja di seruputnya.Om Rudi kemudian meminta Leo untuk datang ke rumahnya, sabtu depan, karena anaknya yang bernama Rani, yang merupakan sepupu Leo, akan berulang tahun. Tentu saja, akan banyak anggota keluarga yang datang dan berkumpul di sana. Om Rudi juga meminta Leo untuk membawa kekasih. Lelaki gagah itu sampai membulatkan matanya saat mendengar Om Rudi mengatakan itu, karena dia dan Mira saat ini, sedang berjauhan, bukan jarak rumahnya, tapi hati dan perasaan mereka.Leo berpikir lama di kafe itu, setelah Om Rudi berpamitan. Tapi kalau dipertimbangkan, ini adalah saat yang baik baginya untuk berbaikan dengan Mira. Undangan ulang tahun ini bisa dijadikan alasan yang masuk akal untuk membuat dia dan kekasihnya itu pergi berduaan dan melupakan kejadian kemarin.
Baca selengkapnya
Berakhirnya Hubungan
Mira berjalan lunglai menuju ke rumahnya, setelah membantu saudaranya yang sedang hajatan pernikahan. Masih terngiang-ngiang di kepalanya, pembicaraan tantenya tentang Leo saat dia mengejarnya ketika marah. “Sudah ... biarkan saja dia pergi, laki-laki temperamen kayak gitu koq, masih dideketin. Wajahnya sudah buruk, ternyata sifatnya juga sama buruknya ... kalau aku, sudah kutendang jauh laki-laki seperti itu!”“Apa Leo seburuk itu di mata orang-orang? Mengapa selama ini aku merasa baik-baik saja dengan sikap temperamennya? Apa karena cinta, jadi semua terlihat indah? Tapi ... mengapa aku merasa malu, kalau bersama dengan dia di hadapan banyak orang? Apa perasaan cintaku, tidak sebesar yang aku kira? Bagaimana kalau setelah menikah, aku merasa malu memiliki suami bertompel? Terus, bisa bertahan sampai kapan pernikahan seperti itu? Masak ... kemana-mana aku sendirian, tidak mau ditemani suami. Rumah tangga seperti apa itu?” batin Mira berkecambuk. Dia kemudian memukul jida
Baca selengkapnya
Kesadaran Perasaan
Kemudian, Mira memberanikan diri untuk mengeluarkan suara. “Sebaiknya ... kita ...” kata Mira.“bersatu kembali. Itukan yang mau kamu ucapkan, Mir?” batin Leo senang.“Kita ...” ulang Mira lagi, tetap belum melanjutkan bicaranya.“Iya?” tanya Leo tidak sabar. Namun, Mira kemudian terdiam merasa gugup.Baru saja, Leo ingin menanyakan kembali lanjutan ucapan mantan kekasihnya itu, tapi Mira sudah nyerocos terlebih dahulu. “Kita belajar untuk menerima keadaan kalau kita sudah putus. Kita pelan-pelan menghilangkan ingatan saat kita sedang berdua. Itu memang sulit. Mungkin, dengan berjalannya waktu, semuanya akan terlupakan, dan luka di hati ini, akan sembuh dengan sendirinya ... yah, begitulah, kurasa.”Leo menunduk kembali setelah mendengar kata-kata dari Mira. Mereka sebenarnya sama-sama merasa kehilangan, namun tidak ada yang mau mengalah, untuk mengatakan, ayo
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status