Semua Bab DENDAM: Bab 11 - Bab 20
26 Bab
Datang Ortu Amira
Part11Pak Arman menghubungiku melalui sambungan telepon, ia memintaku untuk segera datang ke kantor.Aku pun bergegas menuju ke sana seorang diri.Sesampainya aku di kantor, Pak Arman pun mulai menjelaskan kronologi penangkapan Amira."Apakah benar, jika saudara Amira itu kekasih gelap Pak Raka?" selidik Pak Arman.Mati kutu aku, mau tidak mau aku harus mengakuinya, demi kelancaran proses penyelidikan kasus pembunuhan Alenaku.Aku mengangguk lemah, rasanya mendadak ingin pingsan."Kemungkinan besar, saudara Amira lah dalang di balik pembunuhan ini. Semua bukti mengarah kepadanya, kami juga menemukan handphone yang Amira gunakan untuk meneror Alena, dan berkomunikasi dengan dua pembunuh itu."Pak Arman menyodorkan handphone jadul itu. Aku melihat isi percakapannya dengan Alena, sama seperti yang aku temukan di gawai Alena saat itu.
Baca selengkapnya
Dihajar Mamah
 Part12 "Kami akan menuntut anak kalian, yang sudah menghamili Amira." "Silahkan, Raka pantas menerima itu semua! Dan kamu harus ingat, saya akan membuat anakmu membusuk di penjara."  Wajah orang tua Amira semakin menegang, rahang Bapaknya mengeras menatap Mamah penuh kebencian. "Keluarga sialan," maki Tante Nita, Mamah Amira. Mata Mamah berkaca. "Apakah harus saya buat kalian merasakan hal yang sama? Betapa hancur dan terlukanya hati saya dan Ibunya. Kehilangan menantu yang amat saya sayangi, dan itu perbuatan anak kamu, yang hanya wanita simpanan anak saya!"  Mamah berkata dengan suara lirih. "Jangan hina anak kami, kamu tidak tahu apa-apa tentang hidupnya."  Tante Nita tidak terima dengan hinaan Ibu, bahkan suaranya bergetar, seiring dengan tatapan matanya yang mulai berembun.&nb
Baca selengkapnya
Rahasia alia
Kado Terakhir IstrikuPart13Alia diam, ekspresi wajahnya kembali berubah tenang. "Mas akan keluar dari kamar ini, setelah melihat isi lemari itu."Alia tidak menyahut, ia tersenyum, menatapku dengan pandangan dingin. Entah kenapa, aku merasa takut dengan pandangan Alia seperti itu."Al, Alia ..., dimana kamu? Nak." Terdengar suara Mamah memanggil-manggil Alia.Alia beranjak dari duduknya, kemudain berjalan ke arah luar kamar, wajahnya datar melewati aku dan bibi tanpa suara.Aku berjalan cepat ke arah lemari, kubuka cepat daun pintunya. Aku memekik, dua tikus berlarian mengejutkanku, sial.Untung saja Bibi juga ikut keluar, jika tidak, maka aku akan malu.Aku pun berjalan cepat ke arah luar, menghampiri Mamah dan Alia yang masih berdiri di dekat Mamah."Mamah tunggu ya! Nak."Alia mengangguk, ia pun berjalan menuj
Baca selengkapnya
Waspada
Part14"Berani sekali kamu menuduh Alia, untuk apa? Raka. Apakah kamu berniat membebaskan gundikmu itu? Dan menjadikan Alia kambing hitamnya?" Tatapan penuh amarah Mamah layangkan kepadaku."Mah, Raka tidak menuduh, Alia sendiri yang mengakuinya. Dikamar Alia, bau amis darah, banyak mata pisau dan foto-foto keluarga kita.""Omong kosong macam apa, Ini Raka?"Mamah kembali menghardikku."Al, buka kamar kamu!" pintaku, Alia menatap datar ke arahku, kemudian ia tersenyum."Jika mas menuduhku, dan tidak menemukan bukti apa-apa, bagaimana?" Wajah Alia begitu tenang, bahkan ia berkata diiringi sunggingan senyum kecil di bibirnya."Tidak mungkin, kecuali kamu menyembunyikannya.""Menuduh tanpa bukti itu, jatuhnya fitnah." Alia berkata santai, tatapannya tajam dan dingin.
Baca selengkapnya
Sandiwara Alia
Part15Terdengar suara gaduh dari dalam, membuatku semakin panik. Akhirnya aku memutuskan untuk mendobrak pintu kamar Ibu Mumun."Alia .... benar-benar keterlaluan kamu!" bentakku.Alia membalikkan badannya, ia menyunggingkan senyum, seraya menggendong kucing milik Mamah."Al, kenapa kucing Mamah kamu bawa kesini?" tanyaku, berusaha tenang.Alia mengelus-elus bulu kucing milik Mamah, namanya Brodi. Kucing lucu, berbulu tebal berwarna abu-abu."Kamu mau nyusul Puse nggak?" ucapnya, sambil menatap tajam Brodi, ia bahkan mengabaikan kepanikanku sedari tadi. Ia mengelus leher Brodi dengan sebilah pisau, yang sedari tadi ia mainkan."Alia, kamu jangan gila, bisa ngamuk nanti Mamah."Alia tersenyum kepadaku, matanya tajam, pandangannya seolah kosong."Kamu tau, itu yang aku suka! Melihat kalian menangis dan berduka.
Baca selengkapnya
Tertangkap
Part16"Mang, silahkan balik ke Pos," titahku."Baik, Pak!" sahutnya."Sebentar, Pak, Tuan. Bukan maksud saya menebar gosip atau membual. Hanya saja, kemarin saya melihat non Alia menari di depan rumah, tepat tengah malam."Mamang menunduk."Saya sebenarnya ngeri melihat semua itu, apalagi wajah non Alia, begitu mirip non Alena.""Mamang yakin itu Alia?" tanya Papah."Yakin, Tuan.""Raka juga baru lihat, malam tadi. Pah, tolong jaga Mamah, Alia sangat mencurigakan." Aku hanya berkata seperti itu, aku berkata dengan hati-hati, takut Papah malah tidak percaya denganku seperti Mamah."Papah akan minta orang, menyelidiki siapa Alia sebenarnya.""Berhati-hatilah, Pah. Jangan sampai Mamah menjadi sasarannya.""Apa maksud kamu? Raka.""Alia, dia psikopat.
Baca selengkapnya
Masa lalu Alia
Part17°Pov Alia° FLASHBACK."Ini videonya!" Toni menyerahkan video enak-enak yang di perankan suami dari Alena, ia bersama selingkuhannya seakan terbuai cinta berlumur dosa. Aku muak melihat lelaki seperti ini."Oke. Pantau Alena malam ini, jika ia keluar kandang, berarti itu saatnya."Aku tersenyum sinis, melihat video gila itu. Dasar laki-laki bejat, tunggu saja! Akan kubuat kamu menyesal seumur hidup. Alena, akan kukirim kamu ke surga, agar kamu tidak ikut menderita. Cukup Ibu dan suami sialanmu ini, dan tentunya, wanita itu pun akan merasakannya juga.______Dari kejauhan, aku selalu memantau kebahagiaan Alena, kembaranku yang pergi bersama Ibu. Ia meninggalkanku di rumah Nenek, saat aku terlelap tidur.Flashback."Nenek, Ibu dan Alena mana? Kok Alia dari tadi nggak ada liat ya." Saat itu, aku masih berumur em
Baca selengkapnya
Sudut pandang Alia
Part18▪Pov Alia▪Aku kembali teringat, Bu Nunung yang tiba-tiba mati gantung diri di belakang rumah, membuatku semakin hancur dan sakit hati. Lagi-lagi aku harus sendiri, aku benci."Bu ..., kenapa Alia di tinggal dengan cara seperti ini? Bukankah ibu sudah berjanji, tidak akan meninggalkan Alia juga."Aku menangis tersedu, di depan jenazah Bu Nunung."Sepertinya, dia anak pembawa sial.""Iya, Ibunya saja meninggalkannya. Neneknya mati terbakar dan Bu Nunung mati bunuh diri. Hiiiyy.""Jangan dekat-dekat kitanya, takut sial juga." Terdengar bisik-bisik para tetangga, yang menggunjingku. Mereka seakan menabur garam di luka basahku.Suami dari Bu Nunung datang, ia pun sama, memarahiku dan menyalahkanku.Ia bahkan bejat, datang dengan perempuan barunya, yang kini hamil tua.Aku benci laki-laki,
Baca selengkapnya
Kebebasan
Part19Lumayan berat, selama enam bulan ini aku lalui, di penjara. Bukan hanya menjadi babu para napi, aku juga menjadi bulan-bulanan mereka. Parahnya lagi, aku mendapatkan pelecehan seksual. Rasanya aku jera setengah mati, semoga setelah keluar dari neraka dunia ini, aku tidak akan pernah menginjakkan kaki disana lagi.Tiba hari kebebasanku, Papah menjemputku di depan gerbang.Mobil meluncur pelan, menuju rumah."Pah, bagaimana keadaan rumah?" tanyaku."Mamah sih sehat, semua normal. Tapi, keadaan Bu Mumun, semakin memprihatinkan.""Memperihatinkan bagaimana?" tanyaku penasaran."Bu Mumun semakin kurus, bahkan kini terlihat hanya kulit keriput yang membalut tubuhnya.""Astagfirullah, yang ngasih makan, obat dan vitamin siapa?" tanyaku."Alia, pernah Papah carikan perawat, sudah tiga perawat yang tiba-tiba men
Baca selengkapnya
Tertangkap dalangnya
Part20Aku bergegas pulang ke rumah, dan menitipkan Anita kepada suster.Mobilku kini memasuki pekarangan rumah, ketiga penyidik itu tengah menungguku, di ambang pintu.Aku pun membuka pintu rumah, dan mempersilahkan mereka untuk menyelidiki barang-barang bukti, yang akan menyeret Alia lebih dalam lagi, ke dalam neraka dunia itu.Para penyidik itu mengawali penggeledahannya dari kamar Alia, namun tidak ada satupun barang bukti yang mereka temukan.Kemudian ke kamar Ibu Mumun. Ia mereka menemukan tumpukan baju kotor berlumur darah kering, juga bau. Baju milik Ibu Mumun. Kemudian beberapa mata pisau, selanjutnya, mereka menuju kamarku.Aku syock. Ketika melihat foto-foto yang sebelumnya ada di kamar Alia, kini malah tersimpan rapi di dalam lemariku."Ini fitnah," kataku. Mamah menatap tajam ke arahku. Apalagi, ketika ia melihat beberapa lembar foto Alena,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status